Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label auk

Pikiran di Akhir Oktober 2023

auk di september 2021 Jadinya kepikiran beberapa hal, hasil perjalanan panjang dan cuti lama semingguan lebih kemarin, kurang lebihnya adalah: pertama ,  mau bikin buku, mau nulis jurnal, mau ngurusin (rada serius) persoalan jabatan fungsional dosen di tempat ngajar -- bentar, kenapa jadi isinya banyak sih ini.   Sebenarnya ada semacam hutang  jadi editor untuk rencana menjadikan buku dari disertasi dari seorang kawan baik, kemudian juga nulis di jurnal itu sebagai syarat untuk upgrade  status pengajar, demi cita-cita sederhana: agar bisa jadi pembimbing skripsi mahasiswa, biar lebih baik lagi. kedua, mau belajar ngomong lebih baik lagi, mengeluarkan sisi lain diriku yang rasanya selama ini tersembunyi jauh di bawah kesadaranku sendiri-- apa sih ini sebenarnya.   ketiga, memperbanyak perjalanan jauh lagi, semenjak sekarang sampai waktu-waktu berikutnya, cukup sudah setahun terpuruk di satu titik tanpa perkembangan yang berarti selain dipaksa  untuk mempelaj...

#15 Where I would go if I could run away

Pas sekilas membaca pilihan judul ini, ingatan saya melesat ke akhir tahun 2016.  Saat otak buntu di Jogja, orang kantor terus nanyain kepan kelar, sementara beasiswa sudah distop dua tahun yang lalu.  Kampus juga tak kalah bikin panik, nanyain progres disertasi sampai mana.   Belum cukup sampai di situ, orang kantor tiba-tiba datang, biasalah monitoring, tapi toh tak sempat bertemu karena waktu itu saya lagi dalam perjalanan pulang naik motor dari Bogor ke Jogja.  Sebenarnya yang bikin kesel adalah perubahan peraturan tentang tugas belajar, bahwa jikalau studi gagal, dengan alasan apapun, terkecuali mati, harus mengembalikan biaya yang telah dikeluarkan oleh kantor.  Ini kebijakan baru yang aneh.  Soalnya sebelumnya, tak ada pasal itu, terkecuali yang bersangkutan mengundurkan diri sendiri tanpa alasan yang jelas.  Tapi jikalau sudah berusaha sekuat tenaga kuliah dan terpaksa drop out  karena terkait deadline misalnya , maka  tak ada kewajib...

#1 my personality

 menurut hasil tes di sintesa : INFP adalah orang yang idealis, pemegang prinsip yang kuat dan setia pada orang yang penting bagi mereka. Mereka ingin hidup ini selaras dengan prinsip yang digenggamnya. Mereka punya rasa ingin tahu yang tinggi dan mudah melihat kemungkinan. Mereka dapat memicu agar ide yang ada bisa terwujud.Seorang INFP ingin bisa memahami orang lain dan membantu agar mencapai potensinya. Mereka fleksibel, mudah beradaptasi, dan menerima, kecuali ketika itu bertentangan dengan prinsip yang mereka pegang.  --- Nah, itu kok ya bener.  Terutama bagian akhir, kalau ada yang bertentangan saya ya suka ngamuk-ngamuk trus tumbuh dendam sampai batas waktu yang tak ditentukan hehehe  --- lalu, menurut hasil tes mgram :   Kemampuan sosialisasi luar biasa rendah / Saya sangat suka ketenangan, karena itu sebisa mungkin menghabiskan waktu yang tenang dengan sedikit orang. Sering memberi kesan sangat tertutup, sangat rendah hati, pendiam, dan tid...

#25 inspired from 11th image from my phone

di hape yang saya pake ini, yang isi fotonya banyak saya hapus-hapusin, trus saya cek foto ke-11, kok ya munculnya foto yang itu.  baiklah saya mau konsisten bercerita tentang foto itu, ya sejarah saya bisa memakai seragam itu, walaupun mungkin tak bakal lama saya pajang hehe saya jarang sekali bercerita tentang kerjaan saya, soalnya kerapkali malu sendiri, sudah 24 tahun lebih bekerja tapi belum ada sesuatu yang menarik untuk ditunjukkan pada instansi induk tempat saya bekerja. tapi mungkin sesekali saya ingin bercerita tentang sejarah saya kenapa bisa jadi pegawai negeri sipil yang sekarang agak rancu dengan ASN yang kepanjangannya saya sering lupa itu. Sejarah dimulai kala saya kuliah di semester 5, di suatu siang, julak (pakdhe) dayang ke kos-kosan, beliau waktu itu kerja jadi PPAT, itu yang ngurusin akte tanah, karena kasian dengan uang saku ponakannya yang pas-pasan, saya dijadiin saksi di akte tanah yang diprosesnya, upahnya adalah 500 rupiah per tandatangan.  Saya sih ...

Sumbu yang Pendek

Anehnya, ucapan itu dilontarkan oleh seorang kawan yang cukup akrab sewaktu kuliah di Jogja, sedikit kaget juga dan menyebalkan tentunya.  Gimana tidak aneh kalau seseorang mengucapkan atau mengungkapkan sesuatu yang jelas-jelas orang lain tidak menyukainya. Gara-garanya karena kasus tanah adat yang mau digusur jadi perkebunan sawit, saya jelas-jelas menentangnya, tapi teman saya- mungkin karena dia bekerja di kementerian yang ngurusin kayu dan kerusakan habitatnya itu- mengalihak fokus ke urusan korporasi.  Entahlah, kalau bicara masalah perusahaan dan urusan hukum, seringkali skeptis aja bawaannya. Kelanjutannya ya mancing-mancing esmosi aja kerjaannya.  Sudahlah cuekin saja. Satu lagi, temen di kantor yang juga sebelumnya cukup akrab dan tak ada masalah.  Suatu saat berkoar-koar minta masukan tentang rencana pertemuan tatap muka dengan orang-orang dari luar kantor.  Di masa yang sedang penuh penyakit gini, coba.  Saya kasih saran untuk pake aula yang ged...

Postingan yang menyebalkan.

Kembali lagi, saya terlalu malas untuk membuka segala macam sosial media dan melihat aliran aktifitas di dalamnya, jadi semua akun dibekukan sementara, lagi-lagi tak tahun sampai kapan.  Tujuannya untuk apa, entahlah. Sepertinya, tujuan sebenar-benarnya tujuan dalam hidup ini pun saya sepertinya belum pernah memilikinya, selain menjalani dan berusaha menikmatinya.  Tapi kalau ditanya tujuan real seperti orang-orang kebanyakan, saya memang tak memilikinya. Oke mungkin ada satu: tak lagi memikirkan soal kecukupan uang tiap bulannya haha Bahkan, sebelum tidur di malam hari pun, akhir-akhir ini tak ada semangat untuk memikirkan besok mau ngapain.  Apakah layak keadaan kantorku ini dijadikan kambing belang hitamnya?  Atau memang aku yang sudah terlampau bosan dengan ketidakjelasan proses bisnis yang berjalan. Semangat hanya muncul di hari jumat, itu pun tak seantusias biasanya, karena saatnya merencanakan rute sepedaan di hari sabtu.  Itu saja. Bahkan anak-anak semen...

napas yang keluar dari mulut

seringkali aku pikir, kian hari mulutku ini semakin tak bisa terjaga, mengeluarkan kalimat yang tak semestinya, mneumpahkan apa saja yang ada di dalam otak dalam bentuk suara hingga membanjir. sekali lagi aku rindu masa sekolah menengah pertama dulu, saat aku lebih sebagai pengamat dibanding ikut dalam riuhnya dunia.  aku ingin kembali menjadi aku di masa itu. belum lagi rahasia-rahasia sederhana tentang dunia, yang kebenarannya tak begitu jelas, dengan gampang diumbar melalui apa saja, di mana-mana, dan kapan pun.  padahal tak begitu jelas apa maunya. diam-diam. seringkali aku kecewa dengan diriku sendiri.

tentang yang terlupa

aku bukan siapa-siapa, jadi kalau suatu saat kalah dan tersingkir dari manapun, sungguh tidaklah masalah besar. bubin LantanG mengajarkan padaku bahwa idealisme harus tetap dipegang, hidup pun harus terus berjalan, dan tak ada pesta yang tak akan usai.  Tak ada juga kisah yang selalu berakhir bahagia, itu cuma di FTV, sementara kisah-kisah karya bubin selalu berakhir tragis. aku hanya ingin belajar menulis lagi, walau  seringkali gagal dan tak tahu arah seperti sekarang ini.  penyebabnya padahal sederhana: malas membuat line out , eh garis besar cerita.  bahkan begitu juga mungkin hidupku yang seperti tetap dibiarkan mengalir, tanpa tahu dimana hilir. tapi sejauh ini, aku menikmatinya. berusaha menikmatinya. dan terus berpikir aku bukanlah apa-apa, juga bukan siapa-siapa. jadilah biarlah terlupa.

tentang wewangian

mungkin aku sedang perlu wewangian, untuk menghiasi senin yang membosankan mungkin?  gara-gara seorang teman, saya lagi penasaran dengan aroma dior sauvage, walau katanya coba aja armaf ventana, yang kloningan sauvage. alih-alih memesan decant -nya, aku malah memesan HMNS, parfum racikan dalam negeri, beli starter pack-nya sahaja, isi 3 variannya: alpa, delta dan tetha.  Deskripsi ketiga notes dari ketiga parfum itu juga menggoda pikiranku.  Entah kapan dikirim karena sistem pre-order, janjinya minggu depan. Aku memang jarang pakai wewangian, tapi suka bila ketemu wangi yang enak, yang awet di otakku masihlah pierre cardin pacarku dulu, yang masih pakai seragam putih, menemuiku di samping laboratorium anatomi, sambil menyerahkan surat, yang isinya kalau tidak salah penundaan jadwal bertemu karena harus pulang dulu... Selain itu, parfum selalu mengingatkanku akan film Perfume: the story of a murderer yang keren itu, lalu novel Aroma Karsa-nya dewi lestari yang bebera...

tentang kejadian hari ini

Pagi-pagi masih segar, udara masih bagus, sampai di jam sembilan lewat saat keluar rumah, beberapa ratus meter dari komplek kabut asap menghadang.  terpaksa mampir minimarket, beli masker.  Udara pun terasa lebih panas. Untung saat balik rumah lagi asap sudah reda, dan rasanya beda, di sekitar komplek jauh lebih seger dan lebih enak udaranya dibanding dekat jembatan, sekitar seratus meter dari gerbang komplek.  Yaelah ini aku cerita kok ya mbulet lagi. Aku baru nyadar, di pinggir jalan ada mahoni dan angsana yang tumbuhnya bagus dan daunnya lebat, sekitar rumah juga masih ada pepohonan, nyesel juga dulu nebang  jeruk bali depan rumah.  karena apa dulu lupa. Sementara, soal asap di negeri ini, mau nyalahin siapa? Salahin tuh cukong-cukong kayu yang bertahun-tahun melahap hutan di negeri ini dengan berbekal ijin HPH. Hedeh, dongkol bener kalo inget itu, mana kampusku waktu S1 dulu sedikit banyak ikut peran serta dalam merusak hutan walau secara tak langsung. ...

tentang blank

pernah tidak, mengalami satu titik dimana rasanya otakmu rasanya menghentikan kemampuannya berpikir.  bukan karena malas, tapi karena memang pikiranmu sendiri menolak untuk memikirkan sesuatu.  Saat sesaat aktif kembali, alih-alih memikirkan hal-hal baik dan positif, benakmu malah selalu memikirkan hal terburuk dari akibat sesuatu hal yang bahkan belum kau kerjakan. Denial. Mungkin salahsatu kata yang agak tepat untuk menggambarkannya.  Akan posisimu saat ini. Baik bukan-mu, tapi -ku. Entahlah. Ini bukanlah hal yang baik dan tidak bisa terus berlanjut.

tentang keputusan sederhana

konsekuensi dari pola pikirku yang terlalu sederhana adalah sering memutuskan semua persoalan dengan sangat sederhana pula.  antara lain: menghindar saja jika dirasa ada masalah yang tak bisa terpecahkan, alih-alih berusaha mencari jalan keluar yang mungkin lebih baik. tapi kali ini aku benar-benar lelah, setengah dipaksa mengerjakan sesuatu yang di luar perencanaan benar-benar menguji pendirianku kali ini.  sudah dua hari  lebih semenjak jumat, pikiranku blank , kosong, ditambah dengan gempuran masalah-masalah kecil dan mindset  bahwa kalau akhir pekan ya libur. tak ada yang lebih aku pikirkan lagi selain, mencari cara untuk berhenti dari apa yang harusnya aku hadapi dan jalani besok.  aku merasa sedikit dibodohi.  apalagi semua berujung pada satu hal: duit. beh, aku muak bener.

tentang maramara hari ini

paling tidak tiga kali aku mara-mara hari ini, bukan hal yang baik memang, tapi di saat aku ingin tenang dan tak ingin ada masalah justru ada saja yang memantik esmosy.  Aku menyebalkan memang. Entahlah. Barusan, memutuskan memblok seorang anggota keluarga di akun fb, cuma gara-gara sepele.  Okelah biasanya suka becanda gak jelas, komentar tak jelas.  Tapi barusan, dia ngasih komentar di kolom komentar seorang kawan, alihalih bikin komentar sendiri.  Masalahnya bukan disitu, apa ya, temanku berkomentar dalam bahasa Jawa, dan keluarga saya itu berkomentar ga jelas- seakan-akan menanggapi, tapii ngenyek.  Lah, kok kurang ajar. Kemarin, di kantor, yang bikin esmosi sih temen satu ruangan.  Jelas-jelas aku bermaklumat kalau di dalam ruangan jangan merokok, lah diam-diam menghembuskan asap, walau bukan dari sebatang rokok biasa- tapi dari vapor, tetap saja ngenyek. Kurang ajar sekali. Nantilah aku kasih ultimatum pilihan terakhir kalau memang niat kerja samb...

tentang sebuah marah

kemarin, ada kejadian memalukan, saya sedikit meledak, marah-marah di kantor, marahin lelaki yang -walaupun maksudnya bercanda- megang-megang kedua lengan seorang perempuan dari belakang.  Gimana ya ngejelasinnya, pokoknya gitu deh, saya liatnya risih sendiri, saya tegur malah ngajak becanda, yaudah saya seriusin sekalian. Sebenernya saat marah gitu banyak ga enaknya, ujung-ujungnya nyesel dan malah minta maaf akibat marah-marah.  Walaupun padahal yang salah juga siapa. Ga enakeun euy. Belum lagi perasaan yg ngga nyaman, saya mikir sendiri: saya ini kenapa sih.  Masih saja ga bisa mengendalikan emosi. Entah sampai kapan.  Saya lelah juga.