Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2017

tentang Nuran, penulis yang mencoba bengal namun gagal

..."Aku pake topi bergambar macan.."  Demikian isi pesan pendek yang masuk ke telepon genggam jadul saya. Waktu itu adalah acara meet and greet Pidi Baiq di Togamas Gejayan. Akhirnya saya bisa bertemu & bersalaman dengan blogger yang -maaf- baru-baru saja saya kenal waktu itu namun langsung membuat terpikat dengan tulisan-tulisannya. Apalagi beberapa tulisannya menguak lugas berbagai sisi Guns n' Roses, band rock n' roll peringkat satu dalam hidup saya. Itulah Nuran, pemuda bertubuh sehat jebolan Tegalboto. Belakangan saya baru nyadar kalau saya berkenalan dengan wartawan majalah musik ternama. Pantas saja tulisan-tulisannya beralur rapi, batin saya. Beberapa jeda kemudian, saya sempat nengok kontrakannya di Condongcatur. Kenalan dengan peliharaanya yang bertitel Oz. Berkesempatan melihat-lihat sebagian koleksi bacaannya yang.. tampaknya terlalu berat untuk otak saya. Ohiya, waktu itu seorang Nuran masih berstatus maha

tentang Downgrade Debian Stretch

Setelah upgrade ke debian Stretch beberapa pekan kemarin, saya menemukan ada beberapa error yang lumayan mangganggu. Terutama soal wifi yang labil, kadang muncul kadang hilang, seringkali harus direstart baru muncul, utak atik driver untuk Atheros yang dipakai di Fujitsu saya, tak juga berhasil. Lalu kinerja Libre Office 5 yang menurut saya malah lebih lamban dibanding pendahulunya, walau lumayan lebih cepat waktu diseting ulang, tapi ya tetep sahaja kurang asik. Kemudian masalah audio, yang masih saja harus mengetik alsactl init di terminal setiap kali kalau mau leptop saya berbunyi, selain itu ada keterangan apalah gitu tiap kali booting , ada beberapa yang gagal di loading katanya, haish mbingungi pemakai awam semacam saya ini. Akhirnya saya putuskan untuk merelakan Stretch dan instal ulang Jessie. Kebetulan di kantor kemarin sempet bikin usb installer Debian Jessie 8.8 Xfce. Setelah mikir sejenak, akhirnya saya instal ulang, dan kembali terdiam saat memasuki bagian partisi

tentang esmosi (manusia) tanpa faedah

selama bekerja, paling tidak empat kali saya bertemu manusia berstatus pegawai yang entah bagaimana caranya dulu bisa lolos bekerja dengan perilaku sedemikian ajaibnya yang pertama adalah mantan bos, yang seperti tak peduli karir anak buahnya ke depannya, dan ngomong dengan saya sambil meletakan kakinya ke atas meja yang kedua adalah seorang kepala kantor yang menerima saya di ruangannya, ngomong seakan-akan saya sedang tidak ada di depannya, sambil terus asik memegang koran di tangannya, meremehkan masalah yang ketiga adalah saat seseorang yang esmosi dan menyebut-nyebut masalah uang seakan-akan saya bekerja tak dikasih gaji, lalu saat diminta duduku balah balik nyuruh saya yg duduk, padahal itu sedang ada di meja kerja saya yang terakhir adalah, saat saya meminta tolong, permintaan data sederhana, tapi ada yang nyolot dan bilang kalau itu sebenarnya tidak perlu diminta disitu, sambil tak juga berusaha menolong atau memberi jalan keluar .. orang yang pertama sekarang beker

tentang Senyum Dahlan & Tempest

1.  Senyum Dahlan ~ Tasaro GK Katanya ini spin off dari trilogi kisah hidup pak Dahlan, nah harusnya masih ada satu lagi judul yang belum keluar dari karya Khrisna Pabichara.  Senyum Dahlan adalah karya Tasaro GK. Buku yang saya dapatkan dari obralan produk Mizan ini isinya lumayan menarik, sudah lama saya tak menemui buku yang bisa saya habiskan sampai tamat, terakhir buku yang saya nikmati adalah karya terakhir A. Fuadi: Rantau . Senyum Dahlan pada awalnya dibuka dengan membingungkan, yaitu kejadian saat pak Dahlan baru saja selesai senam di Monas lalu bertemu dengan Saptoto, yang berencana menulis biografi tentang Menteri BUMN tersebut.   Kemudian spontan diajak ke kantor menteri sambil membawa dua penumpang dadakan lainnya.  Dari situ kemudian alur cerita beranjak mundur, ke masa-masa penulis biografi yang juga seorang wartawan memasuki awal perkuliahan di UNY. Cerita berlanjut saat berkenalan dengan Kanday, seorang sahabat yang idealis, punya ambisi untuk jadi wartawan dan

tentang lampu LED

..ada 12 titik lampu di rumah yang sekarang saya tempati, dan kemarin akhirnya total semuanya saya ganti dengan LED.  Lumayan je itung-itungannya dengan watt yang cuma separo dari lampu neon biasa dapet terangnya sama.  Kalo soal harganya sih lumayan juga, rata-rata dua kali lipat lampu biasa,  kebetulan pas ada diskon LED Krisbow dan Phillips, Lampu LED yang saya pasang bervariasi dari 3 sampai 11 watt.  Yang paling terang untuk di ruang tamu dan di sisi kanan kiri rumah, tampaknya saya ganti saja itu yg di samping rumah, terlalu terang soalnya. Sepertinya hasil ujicoba sebulan kemarin lumayan, paling tidak dibanding salah satu temen kantor yang punya beban listrik sama yang kemarin saya tanya-tanya. Mari kita cek lagi bulan depan, mudahan masih stabil

kenapa akhirnya memutuskan hijrah ke Debian Linux

Kira-kira setahun yang lalu, saat mewawancarai salah seorang dosen saya waktu S1 untuk keperluan penelitian, entah bagaimana awalnya sampai akhirnya beliau dengan semangat bercerita tentang OS yang beliau pakai, yaitu Ubuntu 14 LTS.  Katanya sudah bertahun-tahun menggunakannya sebagai pengganti windows. Sampai untuk GIS pun, tak lagi menggunakan aplikasi ArcGIS seperti biasanya, tapi memakai QGIS sebagai tools dalam disertasinya. Saya pun tersadarkan, bagaimana bisa sebuah karya ilmiah tapi dibikin dari produk bajakan?  Tak lama setelah itu saya memutuskan untuk hijrah dari windows, malu juga euy, di halaman awal ngaku-ngaku kalo hasil penelitian tidaklah nyontek dari manapun tapi dibikin pake software bajakan. Maka terinstallah (bahasa apa pula ini) Debian Jessie, yang untungnya tetap stabil sampai sekarang, tools penelitian saya pun untungnya masih bisa jalan walau dengan bantuan Wine. Bagi saya, walaupun sampai sekarang, jujur tak bisa sepenuhnya lari dari jeratan hal-hal ya

..memperbaiki flashdisk yang tak terbaca di leptop

..gara-gara kemarin penasaran pengen instal linux di komputer kantor, akhirnya satu usb flashdisk jadi korban.  Sudahlah gagal instal debian..lha kok ya sehabis bikin bootable USB pake rufus , gara-gara semena-mena klik sana sini, ujung-ujungnya flashdisk malah ga kebaca alias ndak kedetek lagi di leptop. Mana itu flashdisk baru beli lagi, mana itu properti kantor pula.  Saya pikir mungkin diformatnya kayak cd-r gitu, jadi ga bisa writable lagi.. ( eh bener ga sih nulisnya gitu? ).. Tapi kok ya saya penasaran.  Ketik fdisk -l di terminal, eh flashdisk saya masih kebaca walau muncul keterangan Hidden HPFS/NTFS di bagian ujung. Akhirnya barusan gugling, dan ternyata ya ga seperti pemikiran saya, itu flashdisk masih ada kemungkinan untuk bisa difungsikan lagi.  Saya nemu caranya di forum ubuntu situ . Bergegaslah saya instal gparted , trus format ulang pake fat32.  Udah deh beres, flashdisk kembali sembuh seperti sediakala.  Hore untuk hal keren ini!

..mengingat masa depan

..sedikit sedih rasanya hari ini, di samping senang karena barusan bisa bikin leptop istri rada lumayan sehat.. ketika sesaat yang lalu, si bungsu masih tak bisa tidur, dan sedari pagi eh kemarin sibuk nyiapin tas kecil merah bergambar spiderman yang katanya untuk sekolah .. saya tiba-tiba tersadar, sebentar lagi masa-masa lucunya berlalu, masa-masa dia dengan entengnya minta gendong seperti saat jalan santai menjelang tujuhbelasan di kampung pagi tadi.. mendadak sedih euy, saat ini dua anak saya sudah jauh dari rumah, rasanya sudah sedikit sepi, ada yang kurang tentu saja.  Mendadak nyesel begitu lama ninggalin dan jauh-jauhan dari anak-anak, kehilangan waktu-waktu bersama mereka, dan di saat saya sudah bisa pulang, giliran mereka satu-persatu ninggalin rumah.. tiba-tiba saya kebayang, sepuluh atau dua puluh tahun lagi.. ah entahlah, entah saat itu saya dimana, mereka juga dimana.  ya saya cuma bisa berharap bisa menjadi abah yang lebih baik lagi buat mereka sejak saat saya me

..masalah Wifi di Lenovo yang pake Lubuntu

..sejak diinstal Lubuntu 17.04, Lenovo lebih lumayan dibanding saat pake win 7 (bajakan).  Lebih stabil, ga sering mati-mati sendiri, colokan USB 3.0 bisa berfungsi lagi. Cuma kemarin masalahnya adalah koneksi internet yang aneh, tethering  dengan hape sukses, tapi anehnya ngga bisa browsing sama sekali.  Terkadang bisa konek sesaat setelah meng - apt-get update di terminal.  Tapi setelah restart kembali koneksinya jadi ngaco. Utak atik sana sini berdasarkan petunjuk yang didapatkan dari hasil gugling tak juga menampakkan hasil yang diharapkan.  Sampai akhirnya saya teringat dengan seorang master coding yang memperkenalkan saya dengan makhluk menyenangkan bernama debian, yaitu mas Galih . Tanya ini itu sama beliau via whatsapp, intinya kata beliau kemungkinan masalah ada di driver dan dns, lalu gugling lah kembali saya dengan dua kata kunci itu.  Mencoba merubah seting dns, eh akhirnya berhasil konek, tak lama saya juga langsung update semua software via software updater setelah

..update debian Stretch

..sebagai user OS debian secara harfiah, artinya cuma sekedar pemakai yang sebenernya masih tak banyak mengerti sebuah sistem operasi, saya selalu tertarik mencoba saat mendengar sudah terbitnya apdetan terbaru dari debian jessie yaitu debian 9 yang diberi nama Stretch.. melihat dari rilisnya sepertinya saya ketinggalan berita selama kurang lebih satu bulan, sampai sudah muncul versi 9.1 nya.  Untungnya sudah ada yang rajin posting tentang itu .  Walaupun awalnya ada masalah saat mau update dan upgrade, karena masalah verifikasi apdetan.  Untungnya lagi ada yang sudah posting tentang hal ini . Lalu saya ikutin langkah-langkahnya satu persatu, walaupun perlu waktu nyaris seharian, soale file yang diupgrade lebih dari satu Giga je, tapi ga masalah kali ini karena pake wifi kantor #eh Jadi ya begitulah, debian pun terapdet begitu saja.. Bagian menariknya adalah, saya tak perlu lagi mengetik perintah alsactl init di root tiap kali ngidupin leptop biar suaranya nongol.  Sungguh ho

..tengah malam di awal agustus

...entah kesombongan apalagi yang akan (kita) tampilkan di atas muka bumi ini, apalagi yang akan dipamerkan seolah-olah manusia punya hak atas segala yang diinginkannya.. entah sampai kapan idealisme akan bisa berjalan bersisian dengan kenyataan yang menggerus keyakinan akan hal-hal yang baik-baik.. tapi inilah hidup itu kawan, dimana ekstrak madu hanya terdapat pada beberapa pohon tertentu di rimbunan belantara yang terdiri dari ribuan species .. dan (kita) sedang berjalan di dalam labirinnya, mencari jalan keluarnya masing-masing..