Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2019

tentang merdeka

aku pikir, semua orang ingin hidupnya merdeka, berlaku sesuai dengan keinginannya, itu sudah sifat dan haknya manusia, lalu jadi aneh jika keinginan orang untuk merdeka itu ditentang oleh orang yang sebenernya juga ingin merdeka hidupnya. mbulet? iya. gini analoginya, kamu aja ingin hidup seneng, bebas dari bacotan dan omongan ga jelas, tapi kamus sendiri anehnya ga ingin orang lain seneng seperti hidupmu. apa itu? munafik? lalu berpijak pada tatanan peraturan? peraturan apa? yang semacam penjara? merantaimu untuk berbuat sesuatu yang padahal tidaklah terlarang dan jamak. manusia, kadang emang ingin enaknya sendiri. heu. di satu sisi kamu ingin merdeka, tapi juga ingin memenjarakan hak orang lain. kan aneh, pisan.

tentang roadmap hidup

katanya productplan itu. . a roadmap is a strategic plan that defines a goal or desired outcome and includes the major steps or milestones needed to reach it. It also serves as a communication tool, a high-level document that helps articulate strategic thinking—the why—behind both the goal and the plan for getting there. dan intinya adalah rencana, sebuah kata yang seringkali gagal saya wujudkan, saya memang perencana yang payah, ajaibnya sekarang malah bekerja di institusi perencana. satu hal yang kepikiran pagi-pagi ini, akibat status seorang kawan~ yang bicara soal roadmap kehidupannya, semacam rencana hidup jangka panjang.  Sungguh bertolakbelakang dengan hidup saya yang sungguh banyak tanpa rencana.  Mengalir semengalirnya semenjak dulu kala. Jadi jangan aneh melihat rekam jejak hidup saya yang penuh belokan, tikungan dan tanjakan, rencana hidup itu mungkin saya nyaris tak punya. Padahal sok-sokan belajar dan neliti soal rencana strategis sebuah institusi, sementara

tentang gombal

sudah kubilang diriku gombal, coba lihat, baru tiga hari, beberapa sosmed aktif lagi, cuma satu yang mash keukeuh belum dihidupkan lagi. seperti juga rencana gombal beralih profesi, maksudnya beralih fungsi, menjadi seorang fungsional, ujung-ujungnya masih mikir akan realita juga.  misalnya pindah, sesuai kah perbandingan duit yang didapat? walau tak seberapa, untuk ini, untuk itu, perlu juga dipikirkan, hedeh.  padahal keburu emosi dan gombal berkata rencana itu kesana kemari.  Makanya berapa kali aku bilang pada diriku sendiri untuk menjaga mulut sendiri, agar tidak tumpah kemana-mana. belum lagi, kemarin bicara mimpi dengan seorang kawan, tentang rencana berhenti dari pekerjaan sekarang ini, untuk kemudian menyepi, buka warung dan menulis . rasanya rencana itu masih jauh panggang dari api. tapi kebayang kok, hidup damai bebas tanpa bayang-bayang hirarki yang kurang menyenangkan. mungkin memang, pilihan yang diinginkan adalah, bekerja sendiri, atau sekalian di atas garis hirar

tentang deaktivasi (lagi)

..bosen sih, sudah beberapa kali deaktif akun sosial media, lalu dalam kurun waktu beberapa lama kemudian ya dibuka lagi, ya gimana- namanya juga iseng.  juga kali ini, tak ada maksud apa-apa- selain iseng dan bosan.  banyak bosan. toh, siapa juga yang peduli dengan akun sosmedmu, saya juga bukan apa-apa-, yang dibagikan juga hal-hal remeh standar yang semuanya ya biasa-biasa saja, jadi ya santai wae*  lah. lalu, sampai kapan? entahlah, seperti biasanya. rasanya terlalu banyak masalah (yang dibuat-buat) akhir-akhir ini. dan saya ingin lebih banyak membaca, atau jalan-jalan ke tempat yang sepi? sekali lagi entahlah. entah. btw, template blog yg ini cukup bagus juga, sangat simpel, walau ga ngerti ngatur sidebar-nya. tapi toh itu juga tak terlalu penting juga.

tentang kordinasi

aku pernah melontarkan pernyataan, bahwa masalah pekerjaan di sektor birokrasi ini bisa diselesaikan dengan memperhatikan dua hal, yaitu komitmen pimpinan dan koordinasi yang baik. lha, pas aku ngomong gitu sama bos, malah diremehkan, yaudah. Itu biar buat ntar bahanku untuk diklat aja #lah Lah, nyatanya gitu, dari pengalaman dan pengamatan kerja selama ini ya gitu.  Ujung-ujungnya dari semua kegiatan ya di kebijakan, kebijakan yang buat ya pimpinan.  Terus kegiatan juga bisa jalan dengan baik kalo koordinasi antar lini bisa berjalan dengan baik pula.  Percaya deh, beberapa unit pemerintahan yang pernah saya datengin karena keberhasilannya dalam pelaksanaan publik ya karena dua hal itu. Mentah sekali memang.  Tanpa teori. Tapi kenyataannya begitu. Asudahlah.

tentang dendam pendendam

saya ternyata, barusan sadar, kalau sudah punya dendam, bisa saya rawat sampai bertahun lamanya, dan susah luntur, bahkan ada yang sewaktu-waktu muncul dan membara lagi. tak bagus memang, tapi saya memang pendendam. yang masih baru bisa dibilang lucu, saya kesel sama ibu-ibu komplek.  omongannya bikin kesel.  akibatnya saat barusan warga komplek ngadain bikin sate bareng2, saya ga mau ikutan - dengan sadar.  karena takut emosi lagi, dengan omongan orang yang susah ditakar. mungkin, satu dendam kesumat saya, yang lumayan bikin hal positif di masa-masa berikutnya adalah, saat seorang adik kelas bilang di depan saya, kalau tiada bisa orang meneruskan sekolah kalo ga punya duit. itulah salah satunya yang bikin saya terus nekat sekolah, walau terseok-seok.  saya mau ngebuktiin, duit bukanlah segalanya, dan tak harus punya duit banyak untuk sekolah. ada beasiswa dll. ya saya baru sadar kalau saya seorang pendendam yang akut. melelahkan memang.

tentang kota tanpa rasa seni

berulangkali aku berpikir, rasanya kota ini- mungkin lebih tepatnya provinsi ini, tempat aku tinggal sejak lahir, adalah tempat yang paling tidak mempunyai cita rasa seni di negeri ini. mungkin akibat dulu dibuai oleh kekayaan alamnya, hutan yang hijau dan lebat, yang setelah dihabiskan entah oleh siapa, kemudian terbuai oleh batubara yang entah kenapa banyak sekali bermukim di bumi ini.  Kemudian setelah batuhitam itu tak begitu menggoda, ramai-ramai orang menanam tanaman yang konon rakus air, sawit. aku pikir, karena apa-apa sudah tersedia dan murah, maka tak banyak yang berusaha membuat kreasi apapun atas hidup, diam tak berbuat apa-apapun di sini sudah bisa hidup.  Beda dengan di pulau seberang, yang sepertinya manusia akan mati jika tak bergerak. anehnya, juga tak ada alam yang benar-bernar perwujudan citarasa yang cukup tinggi.  Sepertinya Sang Pencipta tak tertarik menciptakan sudut-sudut yang cukup bagus digunakan untuk bersantai.  Taman Nasional tak punya, pantai keruh k

tentang (tu)lisan

..saya sebenarnya menyadari, akar masalah dari setiap persoalan yang menyangkut hubungan manusia dan sekitarnya adalah sesuatu yang bernama komunikasi.   Segala yang tak disampaikan dengan baik, via lisan maupun tulisan- ujung-ujungnya mesti bikin riweuh.  Pokonya gitu lah. Karena itu, saya selalu ngiri  dengan orang dengan kemampuan komunikasi yang baik, dan biasanya orang semacam itu sabar, baik bertutur kata maupun menuliskan ide-idenya.  Jujue sajalah, ini saya nulis salahsatunya akibat baca postingan (yang lama ga apdet) di blognya mas nuran . Saya sih, jangankan ngomong, bikin status di sosial media saja seringkali rancu, isinya ngaco, ya gitu-gitu lah.  Apalagi postingan di blog ini- wah semau-maunya, entah sejak kapan pengen nulis yang sedikit  terarah gitu, tapi ya akhirnya tetep saja akhirnya sesuai mood. Maksudnya pas mood ya nulis pas males- dan seringnya gitu- ya udah ga nulis. Ini juga sebenernya tentang apa juga.  Intinya kemampuan komunikasi saya jele' .  Seri

tentang kepemimpinan

..saya selalu meyakini, bahwa kepemimpinan itu adalah mengenai seni dan bakat seseorang, bagaimana pun dipelajari tak akan pernah bisa dilakukan dengan baik.  Kalau ada yang bilang: kan manusia dilahirkan sebagai khalifah di muka bumi ini.  Iya, itu benar, tapi kadar kepemimpinan manusia itu beda-beda, ada yang cuma mampu RT, Desa, Lembaga, dan ada yang mimpin satu negara.  Padahal yang paling susah ya mimpin diri sendiri. Dulu, salah satu unsur tesis saya adalah kemimpinan, terkait dengan kerjaan, walaupun ga sepenuhnya murni neliti tentang  leadership -nya, karena benar kata pembimbing saya, kepemimpinan sulit untuk dinilai secara langsung, lebih-lebih dikuantifikasi.  Sebuah konstruk yang dapat lumayan terukur lewat analisa multivariat, itupun saya selalu menyangsikan validitasnya, lebih-lebih dulu sempat ragu karena yang menjadi objek riset adalah kepala kantor.  Untunglah hasilnya cuku valid dan reliabel. Lah, malah nostalgia soal penelitian hehe.  Kembali ke paragraf awal.

tentang I'm neither here nor there

judul di atas itu adalah tulisan di foto profil akun twitternya Ferry Irwanto- nama asli dari bubin LantanG.  Akun yang cuma pernah ngetwit tiga kali, ttg milih pak Jokowi: Sukabumi-BSD 2 jam cuma buat JKW4P. Nyetir 175 di tol jagorawi cuma buat JKW4P. Nyoblos pertama saya buat JKW4P. — Ferry Irwanto (@Ferry_Irwanto) July 9, 2014 tentang sedikit gerutuan: Sleepless nights. Foodless days. City of the damned. — Ferry Irwanto (@Ferry_Irwanto) July 31, 2014 satu lagi, tentang nanyain seseorang- mungkin urusan bisnis. Hidupnya mungkin sepi, karena idealismenya.  Saya pernah dengar cerita tentangnya, yang benar-benar idealis dalam artian sebenarnya.  Apa yang menurutnya tidak boleh- maka itu benar-benar tidak boleh.  Mana yang bukan haknya- maka itu harus ditolak. Keras dengan dunia. Yang tak sepikiran dengannnya, berujung pada kehidupan yang sepi.  Tidak sejalan dengan pikiran dan keinginan orang-orang. Mungkin aku sekarang sedang merintis arah jalan ke situ.  Walau tak

tentang pamer

terkadang, seringkali, manusia tak sabar untuk memamerkan apa saja kesehariannya, saya juga seringkali begitu. Tapi ada saatnya, keinginan itu dipendam dan ditahan untuk sementara waktu.  Bukan demi sendiri kadang, tapi demi orang lain juga. jd kmaren, ..ah biar aja aku cerita sendiri, lagian siapa juga yg iseng baca blog ini. apa ya, pas kmaren jalan2 satu rombongan, ada satu personil yang iseng aplot- jadinya ga enak diomongin orang.

tentang fiksi yang berlalu

..malam baru saja benar-benar menampakkan jatidirinya, walau tak benar-benar senyap, di dermaga buatan, yang tak seberapa jauh dari tempatnya duduk dan menikmati sebotol minuman hitam, masih ada beberapa orang yang belum menuntaskan obrolannya. suara ombak menyusup, dan ujung buihnya terlihat datang cepat-cepat, lalu mundur pelan-pelan, menyisakan pasir yang basah, padahal laut sedang tidak pasang. Otaknya beku. Langit sedang gelap, bintang yang ada tak mampu menembus pekat sepenuhnya. Pikiran rasanya masih penuh dengan siang yang lengang, jalanan yang sepi, air laut yang memamerkan jernihnya tosca,  langit yang cerah - lalu kenapa tenggelam sendiri di tengah malam? pernah tidak merasakan, kaki ingin lebih jauh berlari, tangan ingin lebih lebih banyak menuliskan cerita, ingin lebih lama bercerita, tapi energi seakan-akan sirna, raib entah kemana, lelah yang entah. 02.30 arlojinya berpendar.  kakinya malah melangkah, ke batas semu antara ombak dan pasir yang bertemu,  berjalan

tentang jeung Indie

.. salahsatu blogger yang sangat ingin saya temuin semenjak tahun jebot adalah: jeung Indie, pemilik blog sumpahserapahku.blogspot.com .  Ngefans berat saya sama itu blog, isinya naudzubillah, pasti kalau dicermati, bakal bikin mencak-mencak uda Ivan Lanin hihi Gaya bahasanya proletar banget, merakyat dan di luar batas-batas kewajaran, postingan beliau pun tiada pernah pendek, panjang sepanjang mbuh- tapi ya saya selalu penasaran dan menamatkan seluruh postingannya dengan rajin, bahkan saling rajinnya, rasanya seluruh postingannya pernah saya kopi paste dalama format .word.  Disimpen dimana ya? malah lupa hihi maapkeun saya mpok. Kenapa saya manggilnya jeung Indie? Karena dienya sendiri manggil namanya gitu, yang konon berasal dari her real first name: Indiana.  Sesuai juga dengan jalan hidupnya, yang punya banyak sahat dari negeri India sono, ya sedikit ga nyambung emang. Pokoknya saya senang akhirnya bisa bertemu, salaman dan ditraktir bubur ayam.  Walaupun kami ternyata beda a

tentang kampung hening yang sederhana

..entahlah, aku pikir kampung yang aku datangi ini adalah sebuah cermin kesederhanaan dan ketidakbegitutertarikan dengan kemewahan dunia.  Bayangkan saja, dalam jarak sekitar 80 km, sepanjang perjalanan mobil yang kutumpangi hanya berpapasan dengan kurang dari lima mobil lainnya, bayangkan itu.  Motor juga rasanya tak sampai sepuluh yang aku temui di sepanjang jalan. Rumah-rumah penduduk yang kadang berkelompok di satu titik, lalu di beberapa ruas jalan berikutnya, adalah sepi. kanan kiri jalan hanyalah tanah berpasir yang selangseling oleh tanaman lada, kadang sawit, ada karet dan tanaman liar, tak ada sejengkal pun sawah kulihat. Jalanan yang halus itu sepi, nyaris sepi.  Keheningan jalan yang aku nikmati. Begitupun titik awal perjalanan, dari Tanjung Kelayang, yang pantainya berpasir halus, dan lautnya berwarna tosca, adalah kedamaian yang belum pernah aku temukan di sisi pantai manapun yang pernah aku datangi.  Batu-batu besar yang berserakan di antara batas laut dan pantai.