Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2022

tentang bacaan & perasaan hari ini

.. hari ini saya membaca beberapa tulisan mas puthut dan banyak tulisan mas agus di blognya , rasanya cukup lama saya tidak membaca tulisan orang lain cukup lama, selain kemarin sore saat saya menuntaskan bukunya Rustam rasta tentang stempel generasi biru yang isi dan arahnya cukup membingungkan. Satu hal yang terpikir di benak saya saat membaca tulisan mereka adalah: ".. kok bisa, ya.." kok bisa yang pertama adalah : kok bisa ya mereka menulis dengan bagus, sampai nyaman saya baca, soalnya jarang-jarang tulisan orang bisa bikin saya nyaman, apalagi jika ditulisa denga gaya bahasa yang njlimet dan mbulet, puyeng saya. kok bisa yang kedua: kok bisa hidup mereka berjalan dengan tenang seperti itu, dan bisa menikmati hidup semaksimal mungkin, oh ini termasuk juga saat saya membaca tentang penulis satunya : Zen RS, terutama tentang hidupnya dan anaknya. Semua cermin tentang kehidupan orang-orang itu, berhasil membuat perasaan aneh yang menelusup diam-diam ke relung batin saya d

tentang apatis

.. boleh tidak sih saya besikap apatis? apalagi saat terperangkap dalam sistem yang nggatheli.. berkumpul dengan manusia-manusia yang berani bertindak di luar aturan, mengadu domba sesama (yang dulunya seperti) kawan. tapi, masalahnya saya mau sok idealis, nyatanya kinerja juga tak bagus-bagus amat, sudah bercerita entah pada berapa orang, semua jawabannya ngambang, lalu saya harus ngadu ke siapa lagi? -//ini dalam konteks sesama makhluk hidup yang ngaku-ngaku punya akal././ mungkin, saat ini, apatis memang pilihan yang terbaik.  sebulan yang melelahkan, sungguh ..

tentang kerangka pikir males

.. seperti biasanya, bagusnya kan dimulai dari data, fakta, baru kemudian menggali masalah, sampai ke akarnya, lalu bandingkan dengan teori, kebijakan, kejadian di tempat lain, akhirnya dianalisis, trus dibahas dan diambil kesimpulannya, dan kasih solusi.. alurnya sebenarnya sesederhana itu, yang menjadi tidak sederhana adalah, menghilangkan kabut kemalasan dari rongga kepala, saya rasanya tersesat sudah begitu lama euy.. hal apa lagi kira-kira yang bisa bikin saya rajin? sebuah pertanyaan retoris itu, sih.  soalnya yang bisa menjawab ya yang bikin pertanyaan itu sendiri.  hedeh sepagi ini sudah mumet. jadi pengen ke pantai, sepedaan sabtu ini apa ya? #lah

tentang rencana menulis

 komentar mas didut di postingan sebelumnya , singkat namun nampol, kata beliau :  "Jadi mau ngapain nih?" e betul juga, ya.  Saya ki seringkali kakean cangkem, kakean rencana, namun eksekusinya seringkali hedeh  sekali.  Baiklah, untuk tahap pertama, sepertinya saya kudu lebih rajin menulis lagi, ya paling tidak di blog ini deh.  Belajar lagi membaca fakta dan teori trus menghubungkannya sebisa mungkin.  Belajar membaca fenomena, haduh kok saya ngeri sendiri ya haha Kebetulan beberapa waktu yang lalu, saya seakan-akan disindir promotor alias dosen pembimbing disertasi saya saat di Jogja, kata beliau.. kurang lebihnya.. sia-sia hidup jikalau tidak menulis.. Mendadak,. saya jadi teringat kata-kata pak Pram:  menulis adalah sebuah keberanian... kebetulan pula, ujug-ujug seorang kawan yang berprofesi wartawan, seakan-akan menagih janji, bahwa suatu saat saya akan menulis untuk medianya, jadi aja barusan ngobrol panjang, trus dikasih rencana tema tulisan, sampai janjian untuk me

tentang pensiun dini

 setelah diberlakukannya pilkada di daerah sebagai konsekuensi dari penerapan otonomi daerah, saya pikir sistem birokrasi bukannya membaik, tapi semakin ngaco, di beberapa bagian krusial, terutama terkait dengan kendali dan keuangan justru dikuasai oleh sebagian manusia dalam lingkarang bernama tim sukses. masalahnya tidak semua orang berpikiran dan ingat akan fungsi utama di pemerintahan daerah, terutama manusia yang bekerja di dalamnya, yaitu untuk melayani masyarakat, lupa akan hakikat public service,  yang ada hanyalah mengedepankan sikap egois, bagimana agar dirinya dilayani dengan baik dan memperoleh fasilitas yang cukup sesuai jabatan nya.  Sungguh logika yang sangat terbalik. meliat kondisi seperti sekarang, apalagi melihat beberapa orang yang petantang petenteng menduduki jabatan gara-gara merasa ada back up,  dan cuma mikirin dirinya sendiri, rasanya kian hari kian bikin eneg. saya pikir kalo terus menerus begini, lama kelamaan saya jadi mikirin opsi untuk pensiun dini dari