Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2022

Reuni Berbayar

Jujur rasanya ga ikhlas saja, reuni kudu bayar yang ada batas minimalnya.  Kalau saja reuni cuma untuk satu angkatan ya gapapa.  Reuni bertajuk 'reuni akbar' yang artinya lintas angkatan seringkali ga efektif.  Pas acara sudah dipastikan masing-masing peserta akan berkelompok-kelompok sesuai angkatan masing-masing. Kalau sudah gitu, apa coba tujuan bayar mahal untuk sebuah acara pertemuan, seperti yang sudah-sudah saya ya suudzon  palingan duitnya sebagian besar untuk operasional panitia yang dianggap berjasa mengadakan temu akbar.  Apalagi rencananya pakai mengundang band terkenal segala, lah esensi reuninya gimana.  Kenapa ga sekalian aja bikin acara pentas trus narik tiket buat pengunjung, sekalian aja adain acara komersil. Bukankah inti reuni adalah bertemu kawan lama, bertanya kabar, ngobrol sambil senang-senang tanpa perlu menanyakan kondisi keuangan dan hal-hal sensitif lainnya, anggap saja sama seperti waktu kuliah, dimana sama-sama belum punya apa-apa. Lagian, bayar de

Kawan-kawan Baik di Masa Lalu

 Kadang merasa beruntung, ada saja ketemu kawan-kawan di tiap fase kehidupan, yang syukurnya sifat mereka adalah antitesis dari sifatku yang suka emosi ga jelas.  Misal saat SD aku yang suka berantem sama Hadi, kawan sebangku, akhirnya tak cocok dan tak sengaja jadi pindah sebangku dengan Sayuti di kelas 4 rasanya, Sayuti ini telinganya congekan, tapi pemberani dan baik hati, entah dimana dia sekarang.  Orangnya juga sabar dan tak pernah protes dengan segala kelakuanku yang seringkali ga penting. Saat SD sebangku eh sebelahan bangku dengan Haspan, pas kelas satu dan kelas tiga, di kelas tiga pula aku baru tahu kalau di adalah sepupuku, hedeh.  Pintar menggambar dan sama-sama tak punya buku teks, sehingga harus meminjam dari Nia dan Emelda kawan cewek di meja sebelah.  Nia yang berangkat sekolah naik sepeda mini, dan cuek pas aku sapa sambil jalan kaki, hedeh.  Tapi Nia dan Emelda tulisan tangannya sama-sama bagus dan rapi. Eh kok malah membicarakan perempuan, toh. Kelas dua SMP rasanya

Hal-yang yang terpikirkan di sepanjang jalan

 ... berkendara sejauh 28 kilometer dari rumah ke kantor, tentu saja membuat banyak hal melintas di otak sepanjang perjalanan, baik itu masalah kerjaan yang tak bakal usai, masalah draft  tulisan, masalah masa lalu, masa kini dan masa depan.  Intinya banyak! Seringkali otakku penuh dan memikirkan cara untuk memilah-milahnya, mana yang harus dihapus, dilupakan dan dihilangkan, mana yang harus diterima dan dilanjutkan.. Kadang-kadang iseng mampir saat menemukan objek bagus untuk difoto, walau biasanya di kemudian hari kebanyakan saya hapus lagi jika diputuskan untuk tidak dipamerin, walau kadang kemudian hari ada sedikit menyesal menghapusnya dikarenakan diperlukan untuk satu lain hal. Hal-hal yang cuma dipikirkan, kadang bisa teralihkan dengan mendengarkan lagu yang sedang disenangi, walau jarang-jarang begitu, soalnya lebih menyenangkan berkendara sambil mendengarkan suara motor yang berpapasan, riuh suara anak kecil yang sedang menuju sekolah walau tak begitu jelas, suara angin, daun,