Dinihari tadi, saya terbangun karena mimpi yang kembali menusuk kesadaran saya, dalam mimpi itu saya menyalami orang-orang, lalu berkata pada seseorang, bahwa sebentar lagi usia saya empat puluh, dan itu artinya sebentar juga akan mati. Saya kadang lupa, bahwa waktu yang berjalan ini, tak akan pernah bisa diputar ulang lagi, sering lupa bahwa jatah di dunia itu tak lama, dan tiap hari semakin berkurang. Dunia sering menipu mata dan hati saya, sekan-akan hidup dibumi ini kekal. Sekan-akan apapun yang tak bisa dilakukan sekarang bisa dikerjakan nanti besok, yang padahal belum ada jaminan apakah masih ada buat saya. Lalu, saya teringat dengan sosok Salman Al Jugjawy, yang beberapa bulan yang lalu pernah saya temui di masjid Nurul Ashri seusai maghrib. Rasanya saat ini saya baru mengerti, sekaligus iri, akan jalan hidup yang dia tempuh. Saat dia lagi jaya-jayanya di puncak karir, terkenal dan bisa melakukan apa saja di masa mudanya, justru dia tinggalkan, untuk melakukan hal terbaik