Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2019

tentang Love for Sale 2

akhirnya, penasaran juga nonton kelanjutannya, setelah nonton kekejian mb Arini Kusuma terhadap bang Richard di bagian pertamanya. di sekuelnya ini namanya berubah jadi Uni Arini Chaniago, masih berbasis love.inc, perusahaan berbasis   mobile  yang masih misterius keberadaannya, saking canggihnya. ceritanya sih berputar-putar di seputar jodoh yang tak kunjung datang pada anak kedua dari ibu siapa sih namanya lupa, yang tak kalah pusing dengan jodoh  anak pertama dan ketiganya.  Sampai kemudian datanglah Arini.. bagian yang paling bikin penasaran di film ini bagi saya adalah, saat tetangga depan rumahnya si Adipati Dolken ngasih tebak-tebakan tentang pohon, dan ga dikasih jawabannya, menyebalkan sekali hedeh. mungkin, sedikit kebalikan dari film pertama, menurut saya, kalo di bagian pertama lelakinya yang baper, di film ini kebalikannya.  Selain itu, filmnya mengalir begitu saja, dan menyenangkan karena setingnya kebanyakan di rumah yang ada di sebuah gang beserta kehidupan seki

jejak 1997.

22 tahun sudah berlalu kawan. pertamakali menyeberang lautan ke Jawa Dwipa, menjejak tanah dan pengalaman baru.  Menghirup udara yang belum pernah kita rasakan.  Melihat hirukpikuk yang sebelumnya cuma bisa dilihat dari layar televisi dan terbaca di lembaran koran. Praktek hutan tanaman yang tak sampai dua minggu, untuk dilanjutkan , dengan urusan masing-masing.  Aku sendiri ke arah barat, naik Kertajaya, atau Kereta Gaya Baru, persisnya lupa.  Menuju ibukota dari Lempuyangan, menikmati kereta api ekonomi tak lelah, sampai di ujung rel: stasiun Jakarta Kota.  Cukup sebentar untuk kemudian berganti kereta listrik, KRL dengan tiket seharga sembilan ratus perak.  Menuju kota hujan, kota yang aku impikan sejak lama untuk di datangi, untuk menemui dirinya, dirimu. (bersambung kapan2)

tentang leptop dan debian yang menyertainya

leptop fujitsu saya sudah ringkih bener, banyak scratch dan batrenya tak juga sempat terganti, mungkin suatu saat akan saya bawa ke Jogja saja, ganti layar dan batre sekalian. dan soal OS, saya masih setia dengan debian, satu-satunya sistem yang saya percayai saat ini, basic, ringan dan nyaris tak pernah ada masalah saat menggunakannya. dan tentu kinerjanya masih yahud untuk leptop yang usianya sudah berapa abad ini. barusan iseng ngecek, lah skarang sudah ada versi 10.1 nya, dengan code name buster.  hmm jadi tertarik pengen upgrade.  Tak tahu diri sekali ya, sudah tahu leptop ringkih, penasaran aja pengen apdet sana sini hehe. tapi bentar, saya ya kudu gugling juga, wong lupa lagi perintah-perintahnya haha dasar awam.

tentang senin yang dibenci

terus terang, di saat orang lain (mungkin) semangat menyongsong hari awalan minggu: senin.  Saya lambat laun mulai membencinya, lebih bersemangat untuk meninggalkan kantor yang entah kenapa tak tampak begitu menarik. kalau saja saya tak perlu uang untuk sekolah anak-anak- mungkin lebih baik membolos sahaja. nyaris setiap senin pagi, saya kehilangan semangat- ingin lari dan bersembunyi saja entah dimana. entah sampai kapan harus berlaku begitu.  jauh di sisi lain alam pikiran saya, adalah ingin keluar dari sistem yang semakin bikin mual. tapi sekali lagi: saya perlu uang. ingin mencarinya di tempat lain, sampai seusia ini, saya belum punya kebisaan apa-apa, selain sok-sokan mengatur ini itu, sambil sesekali marah di sana-sini.  selain penyakit bernama malas yang berakar dan melenakan. oh beruntunglah mereka dan kalian yang rajin dan punya keahlian lain selain enak-enak di kantor tanpa target yang memberatkan.

tentang rindu yang berkarat

kadang aku rindu bikin fiksi. imajinasiku rada buntu. perasaanku kurang enak. kadang juga rindu hal-hal seperti tidur agak telat seperti sekarang, menikmati hari-hari dengan senyap. tanpa perlu dan bermimpi yang macam-macam. aku hanya ingin bernapas seperti biasa, dan bangun pagi dengan ringan. untuk kemudian menuliskannya: di kertas, di blog, di notes  hape, dimana saja. kadang aku rindu diriku yang dulu.  yang sendiri di sudut, tanpa peduli apapun kelakuan orang lain.  diriku saat 29 tahun yang lalu, yang seringkali kurang uang namun tenang.

tentang akhir-akhir ini

rasanya cukup melelahkan, mengejutkan dan random. hidupku yang sangat random. kerjaan yang entahlah, seringkali bikin emosi, bikin masalah dimana-mana. di sisi lain, semangat untuk membaca, bahkan untuk sekedar membaca novel atau fiksi pendek pun seperti beku, stagnan, punah entah kemana.  seekdar menikmati musik pun belum ada yang senyaman.  yang paling parah, perjalanan-perjalanan yang dilalui, belum ada yang memberi apa ya, jejak yang kuat. apalagi? sepedaan yang juga rada jarang, bahkan mengumpulkan niat dan semangat sepedaan ke kantor saja sedikit susah, beh, postingan kok ya isinya keluhan ya.  biar deh.  lha, aku pikir- seidealis-idealisnya di tempat sekarang, tetap saja, lebih baik selow. argh kalimat macam apa ini. intinya aku capek.  sedikit capek. banyak random.  aku ingin pindah rumah saja sudah #lah oh satu lagi. sosmed- sosial media sekarang, tak lebih dari sebuah toxic,  racun yang bikin sakit mata dan pikiran, semua orang seperti yang paling benar dimana-mana,

tentang perfumery

saya harus mengakui, indera penciuman saya terhadap sesuatu yang bernama parfum itu begitu payahnya, setelah membeli starter pack HMNS, menonton channel youtube indofragz dan diskusi dengan kang Inda, seorang teman yang suka dengan wewangian.  Akhirnya tergoda untuk membeli beberapa decant , selain juga iseng membeli beberapa refill 10 ml-an karena penasaran. Sejauh ini saya sudah punya decant Dior Sauvage, Terre d'Hermes, Armaf Ventana, Armaf  Club de Nuit Intense Man, dan punya refill Dunhill London, Bvlgari Men Wood Essence, selain juga membeli AL Rehab Siver. Hasilnya? Indera penciuman saya bingung hahaha Tapi sejauh ini yang enak bagi idung saya sih HMNS Theta dan dan Alpha, Armaf Ventana dan Bvlgari Men Wood Essence.  Tapi masih penasaran dengan Terre yang sepertinya saya beli decant yg meragukan keasliannya, walau beli di toko rekomendasi vlogger eta. Entahlah, masih nyari signature scent yang pas untuk saya.  Yaiyalah, wong sebelumnya saya cuek dengan segala macam