Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2023

interview.

 Jadi, akhirnya kemarin sampai juga pada tahap akhir assesment yaitu wawancara , dari 10 orang yang ikutan psikotes, tersisa 5 orang untu disaring lagi jadi 3 besar, ceritanya begitu. dan tiap kali mencoba hal baru, selalu saja jantung saya berdebar tak karuan haha.  apalagi kudu nunggu sesuai urutan abjad, itu artinya huruf R tentu saja posisinya ada di urutan yang minimal ada di tengah. saat di ruang tunggu untuk diwawancara paniata pelaksana, saya tolah toleh kok ya peserta lain ada yang bawa leptop, ada yang abwa print out  bahan, lha aku ya ga bawa apa-apa, kan mau ditanya-tanya doang, kan ya? * polos * sampai akhirnya giliran tiba, msauak ke aula, tempat wawancara berlangsung, duduk di tengah ruangan, sementara di depan ada empat orang penguji, mirip ujian tesis saja. Sebenarnya jumlah penguji direncanakan 5 orang katanya, cuma satu orang sedang berhalangan hadir, jadi saja cukup 4 saja. awal masuk ruangan, saya langsung menyapa dan meminta ijin untuk tetap memakai jaket di ruan

interval.

.. masalahnya adalah nilai yang dipakai sebagai dasar adalah angka interval, dan bukan angka absolut, SK pimpinan sebagai dasar penilaian pun tidak ada mencantumkan dan mengatur tentang ranking penilaian.. jadi dasar penilaian yang menetapkan kantor seseorang dengan kinerja terendah itu seharusnya batal demi hukum (dan etika), wong  nilai sesuai kriteria interval masuk kategori sangat baik  kok.  Harusnya kan peringkat ya berdasarkan nilai dengan huruf, dari D yang terendah sampai A sebagai nilai tertinggi. dasar hukum harus dirombak dong, dan sementara itu diproses, penilaian terendah  itu harus dibatalkan atau dihapus, itu juga kalo mau dibilang konsisten sesuai aturan, bukan hanya berdasarkan asumsi sesat. hedeh, mumet.

haruskah demikian?

.. kadang ya orang bikin kebijakan itu entah atas dasar apa, mungkin niatnya bagus tapi caranya yang tidak baik. ini gara-gara barusan liat status seorang kawan yang bekerja di sebuah unit kerja, yang sepertinya berencana memberikan apresiasi atas capaian kinerja organisasi di hari ini, di sebuah forum yang dihadiri para kepala kantor dan juga kepala wilayah.. masalahnya adalah, selain memberikan selempang bertuliskan predikat terbaik, juga tersedia selempang merah bertuliskan kinerja terendah.. seumur-umur saat bekerja tak pernah menemukan hal-hal demikian yang entah sudah pernah disosialisasikan apa tidak sebelumnya. aku cuma membayangkan efeknya ke bawahan nantinya, soalnya untuk penilaian kinerja itu perlu proses cukup lama, yang seringkali berkas kelengkapannya diminta mendadak dan terburu-buru. entahlah, apa gara-gara skor kantorku yang setahun ini emang awur-awuran, atau memang sekedar tak suka dengan cara demikian, yang katanya adalah permintaan dari pusat harus demikian. aku c

psikotes yang kesekian kali dan proposal yang .. lalu gimana?

... tahap ketiga rasanya kemarin itu, bagian dari rangkaian  assesment  favoritku, iya entah kenapa walau selalu ada perasaan sedikit tertekan, antara senang dan penasaran akan beberapa butir soal yang tak terjawab -- karena waktu yang disediakan memang sempit --, dan ada tambahan menuliskan Q test atau competence atau apa ya lupa, ditambah problem analysis, diskusi dalam grup dan wawancara dengan assesor yang ternyata satu alumnus Unair dan punya pembimbing yang sama saat riset, pembimbing tesisku dulu adalah promotor disertasi beliau, malah endingnya ngomongin pa Sur, begitu kami biasa memanggilnya di kampus. satu tahap berlalu dan tinggal menunggu jadwal wawancara dengan pansel alias panitia seleksi di tahap akhir untuk penentuan tiga besar -- wish me luck, then .. lalu barusan, sampai lewat magrib, akhirnya kelompok kami yang paling akhir selesai, jadwal yang berubah total karena penguji ada keperluan di luar kota hingga kudu mundur sekitar 5 jam dari jadwal semula, tapi sukurlah s

mengunjungi tempat baru (lagi)

 setelah sekian lama, akhirnya kembali melakukan perjalanan yang cukup jauh dan memerlukan transit pula, kali ini ke arah timur negeri ini, ke salah satu destinasi yang cukup ingin saya datangi dulu. karena terkait dengan urusan pelatihan, tentu saja semua itinerary telah ditentukan oleh pihak penyelenggara dan tour travel yang telah ditunjuk.  Satu hal yang kurang saya sukai, ya karena kurang bisa eksplor dan harus mengikuti apa yang telah ditentukan. Akhirnya saya nyerah di hari ke empat, karena kecapekan dan malas mengunjungi hal dan tempat serupa, selain tentu saja tak bisa kesana kemari semaunya. Tapi ujung-ujungnya seharian toh cuma tidur saja di penginapan, istirahat saja dan terlalu malas kemana-mana. Menyenangkannya adalah menyempatkan diri bersepeda di sebuah pulau kecil yang kelilingnya cuma 7 kilometer, malah sempat dua kali memutarinya karena tentu saja rutenya relatif datar, dan sepeda yang disewa setingannya nyaman untuk dibawa santai, walau kotor sekali bagian rantain

tiba-tiba terbayang lingkungan masa kecil sisi utara jalan

 mungkin karena sebentar lagi lingkungan itu bakal tinggal kenangan, sepetak tanah punya nini akhirnya akan berpindahtangan juga, satu hal yang sama sekali tak pernah terpikirkan di masa kecil nyaris satu RT di sekitar rumah punya kaitan keluarga, dari titik sebelum langgar di timur sampai dengan sekolah dasar di barat, dari sebelah langgar adalah rumah paman, terus ke samping langgar  yang adalah rumah abuya  begitu dulu kami memanggilnya, yang agak menjorok ke utara rumahnya, yang ada pohon mangganya di kanan rumah, walaupun sering berbuah lebat tapi kami banyak yang takut mengambilnya, bahkan yang telah jatuh ke tanah, rasanya karena takut sama nini pemilik pohon. samping barat langgar  adalah rumah abah Maria yang dulu usahanya bikin kerupuk, kemudian ada rumah amang Jidi & acil Hilal yang memanjang ke belakang.   Sampingnya lagi rumah paman Jali, yang sering diolok-olok anak-anak dengan nama Jali Ateng karena perawakannya yang mirip dengan pelawak kondang itu, tentu saja siapa

panyarikan.

 kata dasarnya adalah sarik, itu kosa bahasa Banjar yang artinya marah.  Panyarikan artinya pemarah, kata sifat yang sering disematkan pada diriku, yang kadang-kadang bisa begitu, tanpa kenal tempat dan waktu bisa muncul dua tanduk di kepala, kadang memalukan kadang tak peduli. dan hari kemarin, tepatnya tadi malam kembali kehilangan kesadaran dan kesabaran, gara-gara ada yang ingin sempurna sementara aku inginnya praktis dalam ngerjain sebuah project . masalahnya hasil presentasi kelompokku nyaris tak ada masalah yang urgent,   Hal sederhana yang seharusnya selesai dan aman, lalu ingin ditambahi ini itu yang bagiku  tak penting karena hanyalah kulit, sementara isi dagingnya beres, aman, sehat, bebas sentosa tapi ingin dikasih ornamen sana sini, itu menyebalkan.  Apalagi dikejar tenggat waktu .. dan kail tajam berisi umpan beracun itu pun terkait di otak yang sudah menggelegak sedari sore, dan kembali melakukan hal yang sebenarnya aku hindari, jauh-jauh, karena itu melelahkan sungguh..