Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2020

virus yang diremehkan

itulah di kantorku, mengesalkan memang.  Satu orang malah ketauan ga begitu percaya akan keberadaan jasad renik bernama virus itu, saat ngobrol tanpa rasa bersalah mengemukakan asumsi-asumsinya, sementara saya eneg dan terus berusaha mengalihkan pembicaraan.  Dia ngoceh gitu sementara ada dua orang yang positif covid dan satu orang lagi diduga juga terinfeksi dari istrinya yang positif. satu orang lagi, beberapa waktu yang lalu, minta saran atas rencananya untuk ngadain pertemuan tatap muka dengan orang-orang dari luar. saya pun kasih saran pake aja ruang yang rada luas di lantai dua, itu pun kalo kepaksa ga bisa pake vidcon.  dan dua kali saya kasih saran, eh tetep aja keukeuh  mau pake ruangan sempit di lantai dasar, dan tetep maksa mau ngadain pertemuan itu.  demi apa, heh? sementara  bigboss? hilih , diem aja, manusia yang suka liat orang wara wiri dan sepertinya ga ikhlas kalo karyawan wfh. maumu apa toh, bos? nunggu ada yang mati dulu baru ngeh? naudzubillah.   ini aja kmaren bar

madre yang mati

ini sebenarnya adalah kejadian yang kedua, setelah beberapa tahun silam pernah gagal bikin starter sendiri.  dulu sih bikinnya dari kismis alias anggur kering, kejadinnya mirip, tak lagi memperlihatkan lagi tanda-tanda kehidupan setelah beberapa hari sebelumnya terlihat sehat walafiat. dulu aku masih bisa tak peduli, ya mungkin ada yang salah entah dimana, lalu menghentikan prosesnya dan tak pernah mencoba membuatnya lagi. tapi kali ini bener-bener bikin penasaran, ragi alami itu mampus di hari kelima, bayangkan, capek-capek melihatnya hidup dan menunggunya nyaris seminggu, harusnya dua hari lagi sudah kuat untuk dijadikan starter alami.  saya mengingat-ingat salahnya dimana, kemungkinan: gara-gara ganti toples kaca sampai dua kali. salah metode, karena setelah saya gugling malah bikin mumet, kebanyakan metode yang disampaikan, terutama terkain feeding. perubahan tepung yang digunakan tidak melakukan discarding. kenapa saya jadi makin penasaran, karena sampai kemarin masih baik-baik sa

negativity

 hari ini, ada dua cerita tentang hal negatif. yang pertama, sukurnya negatif yang positif.  Jadi hasil tes swab hari minggu kemarin adalah negatif.  Surat resminya saya tidak ngeliat, cuma dikasih kabar via whatsapp oleh bagian kepegawaian yang ngurusin tes itu kmaren.  Sukurnya lagi, konon satu kantor hasilnya negatif.  Terkecuali untuk kawan-kawan yang baru bisa ikut tes belakangan di hari rabu. yang kedua, hal-hal negatif di sosial media, terutama twitter.  Platform satu itu memang edan-edanan, cuma beberapa huruf untuk menuliskan asumsi dan opini, tapi banyak yang bikin kesel haha.  Makanya daripada bikin mumet beberapa akun terpaksa aku mute .  Sama sih ada beberapa akun di facebook yang terpaksa aku unfollow , gara-gara tiap kali posting atau komen kok ya menyebalkan.  Sensitif sekali ternyata saya, ya? Lha, kadang bingung juga, orang-orang itu ya kok mudah sekali menyemburkan hal-hal negatif dimana-mana. Ah sudahlah. Mending sibuk bikin roti lagi.  Ohya, barusan akhirnya berhas

pengalaman tes swab

Berhubung di sekitar kantor yang sudah terinfeksi virus covid-19 sudah cukup banyak, situasinya jadi mengkhawatirkan.  Jadi, minggu lalu kantor berencana mengadakan tes swab untuk seluruh karyawan. Baru denger rencana itu, saya sudah deg-degan dan berencana untuk kabur saja pas tar pelaksanaan tes haha.  Tapi setelah merenung dan mikir, akhirnya mutusin untuk ikutan sahaja, itung-itung uji nyali deh. Akhirnya pada hari minggu (16/08/2020), jadi juga itu tes.  diadakan di Lab kesehatan daerah, di belakang Polres.  Sesuai jadwal yang direncanakan, yaitu pada jam 09.00, maka pada ngumpul di situ, sengaja dateng pagi-pagi supaya dapet giliran awal, eh ternyata semua punya pikiran yang sama hehe.  Toh, ternyata juga kudu nunggu giliran satu jam lebih, karena yang duluan dites adalah karyawan dari Dinas Tanaman Pangan, yang mana Kepala Dinasnya wafat gara-gara virus itu :( Menjelang jam 11, akhirnya sampai juga giliran.  Berusaha tegar padahal tetap aja deg-degan hehe.  Saya amati petugas, p

tentang eardbud

saya memang tak begitu memahami istilah teknis dalam hal audio, meskipun tergabung dalam komunitas audio kere hore di facebook.  Beberapa lama mempelajari karakter-karakter audio, lewat beberapa earbud yang saya beli, akhirnya toh kuping dan perasaan saya sekilas akhirnya bisa memilah, jenis suara apa yang saya inginkan, walaupun sekali lagi tak sedetil dan teknis. Suara yang saya inginkan adalah semuanya imbang tentu saja dan tak berlebihan, inginnya source menampilkan apa yang studio rekaman ingin sampaikan, detil setiap instrumen maupun suara yang dihasilkan bagus dan tidak bikin sakit telinga walau dipakai cukup lama, walau tentu pemakaian gadget audio untuk waktu yang lama jelas tidak disarankan. Setelah mencoba dan membanding-bandingkan, secara tidak sengaja saya menemukan komposisi part  audio, earbud tepatnya, yang enak untuk kuping.  Kebetulan saya lebih suka earbud daripada IEM, part utamanya pun cuma tiga: driver, jack dan kabel. Earbud yang sedang ngetop dan naik daun sekar