Baru satu kilometer, tapi sudah tigapuluh menit berlalu. Nafasnya seakan-akan berkejar-kejaran dengan detak jantungnya. Tikungan kedua itu pun akhirnya harus disinggahi, mengatur nafas lagi, berusaha memacu semangat lagi. Tapi belum ada jalan yang datar, sehabis tikungan masih ada berlanjut tanjakan berikutnya, seakan tiada akhir saja. 'Lima menit cukup!' serunya pada diri sendiri. Si merah kembali dituntun, dan berusaha untuk dihela lagi. Tapi tanjakan masih terlalu curam untuk bisa dirayapi dengan mtb 7 speednya. Dua puluh lima meter ke depan, baru sadelnya bisa dinaiki lagi, dan mengayuh pelan, pelan sekali. 'Balik saja, yuk? Masih jauh sepertinya' Tiba-tiba ada bisikan yang seakan luruh dari sela-sela daun tectona yang kembali hidup dari masa hibernasinya, november baru saja sering hujan memang. Tapi tentu saja tak dipedulikannya, jalanan diciptakan untuk ditelusuri sampai ujung, bukan berhenti di tengah lalu kembali pulang ke titik semua.