Langsung ke konten utama

tentang Nuran, penulis yang mencoba bengal namun gagal


..."Aku pake topi bergambar macan.." 
Demikian isi pesan pendek yang masuk ke telepon genggam jadul saya. Waktu itu adalah acara meet and greet Pidi Baiq di Togamas Gejayan.
Akhirnya saya bisa bertemu & bersalaman dengan blogger yang -maaf- baru-baru saja saya kenal waktu itu namun langsung membuat terpikat dengan tulisan-tulisannya.

Apalagi beberapa tulisannya menguak lugas berbagai sisi Guns n' Roses, band rock n' roll peringkat satu dalam hidup saya.

Itulah Nuran, pemuda bertubuh sehat jebolan Tegalboto. Belakangan saya baru nyadar kalau saya berkenalan dengan wartawan majalah musik ternama. Pantas saja tulisan-tulisannya beralur rapi, batin saya.

Beberapa jeda kemudian, saya sempat nengok kontrakannya di Condongcatur. Kenalan dengan peliharaanya yang bertitel Oz. Berkesempatan melihat-lihat sebagian koleksi bacaannya yang.. tampaknya terlalu berat untuk otak saya. Ohiya, waktu itu seorang Nuran masih berstatus mahasiswa pasca sarjana di universitas peringkat satu negeri ini.

Terakhir kali bersua lagi dengannya, adalah saat dirinya menuntaskan studinya. Tapi tentu tak di tempat prosesi wisuda berlangsung, ndak sudi saya. Sungguh tak sopan memang anak itu, duluan saya kuliah di Jogja, tapi kok malah duluan dia lulusnya.

Bulan kemarin, saya membaca kabar, kalau sang master menerbitkan bukunya, yang berisi kumpulan tulisannya, yang berjudul cukup panjang: Nice Boys Don't Write Rock n' Roll: obsesi busuk menulis musik 2007-2017.

Sungguh judul yang menipu, seolah-olah penulisnya adalah brandalan sejati yang punya jargon epik: sex, drug & rock n' roll. Tulisan-tulisannya, yang terangkum dalam buku yang tebalnya mengalahkan disertasi saya itu, memang liar, beberapa bagian membuka sisi tersembunyi dunia musik, tanpa sensor sama sekali, sampai-sampai ada artikel yang terpaksa tak jadi dimasukkan gara-gara judulnya yang menyeret-nyeret nama bagian tersembunyi dari bagian tubuh, sebelah bawah --".

Tapi jangan salah, lelaki berambut megar yang pernah berniat menjalani hidup dengan bersenang-senang layaknya superstar bengal yang tak peduli moral itu, sama sekali jauh dari kesan liar, apalagi urakan. Mimpinya untuk begitu, sayangnya gagal.

Penulis yang berasaskan hair metal itu, adalah seseorang yang hormat & sangat taat pada orangtua, penyayang istri tiada dua dan hidup berdasarkan pada dharma pramuka.

Walaupun, sebagian besar tulisan-tulisannya sudah pernah saya baca, tapi tetap saja, lebih asik rasanya mencermati kembali lembaran-lembaran kertas besutan EA books itu.

Selamat mas Nuran.
Aku bocahmu, mas!

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rekomendasi Toko & Bengkel Sepeda di Jogja

Sejak 'mengenal' sepeda, beberapa kawan yang sangat mengerti anatomi, morfologi dan histologi sepeda, saya pun memberanikan diri memberi rekomendasi beberapa toko dan bengkel sepeda di Jogja yang harus disambangi dikala sepeda memerlukan perawatan dan penggantian suku cadang. Rekomendasi tempat-tempat ini berdasarkan pertimbangan: harga, kelengkapan ketersediaan suku cadang, hasil seting sepeda dan pengalaman empunya bengkel.  Juga pengalaman beberapa kawan saat membeli spare part ataupun memperbaiki sepedanya.  Rata-rata setiap toko atau tempat yang menyediakan sepeda dan suku cadangnya juga menyediakan tempat dan tenaga untuk seting dan reparasi, tapi tak semua hasilnya bagus.   Bengkel sepeda Rofi (Rahul Bike) ,  pemiliknya adalah teman saya di komunitas sepeda Federal , tapi menurut sejarah awalnya justru beliau akrab dengan sepeda-sepeda keluaran baru.  Hasil seting sepeda mas Rofi ini sudah sangat dapat dipertanggungjawabkan, hal ini bisa dilihat dari jej

..mencoba instal Lubuntu di Lenovo S206

..leptop honey, istri saya itu kondisinya sekarang lumayan amburadul, wifi susah konek, batterynya error - ya kalo ini sih salah saya gara-gara pernah nge-charge kelamaan-,  dan terakhir suka mati-mati sendiri sehabis diinstal ulang sama windows 7 (bajakan). Saya putuskan untuk instal linux saja, kali ini saya instalin Lubuntu, turunan ubuntu dengan pertimbangan spec leptop yang lumayan pas-pasan: RAM cuma 2 Gb dan prosesor yang cuma dual core 1,4 Gb.  Sebenarnya saya pengen nginstalin debian lagi, tapi selain lupa caranya, saya juga pengen nyoba OS yang lain, setelah saya timbang-timbang yang file ISO-nya lumayan kecil ya cuma Lubuntu, cuma sekitar 900-an Mb.  Itu juga lumayan lama downloadnya, cuma ngandelin hotspot dari hape. Setelah dapet iso-nya, bikin bootable di flashdisk pake unetbootin , lalu mencoba instal, berhubung saya termasuk user abal-abal yang taunya instal dan klik sana sini, jadi belum berani instal seluruhnya, takut data yang ada di hardisk keformat seperti

jejak bubin Lantang

jika ditanya salah satu kota yang ingin saya datengin sejak berpuluh tahun yang lalu, jawaban saya pastilah: Bandar Lampung.  Tentu karena nama-nama sudut kota itu lekat di otak saya, gara-gara karya bubin Lantang itulah. dan saya, akhirnya menjejakkan kaki juga di tanah impian itu.  Sengaja dari penginepan, naik gojeg ke Jl. Manggis.  Itu kalo di serial Anak-anak Mama Alin adalah lokasi rumahnya Wulansari- ceweknya 'Ra. Sedangkan di novel Bila, itu adalah jalan tempat kediamannya Puji- ceweknya Fay. di Bila, malah jelas dibilangin nomer rumahnya: empatbelas, ya persis nomer rumah saya dulu di kampung.  Melihat plang nama jalan Manggis saja saya senang tak terkira.   Apalagi habis itu menemukan rumah bernomor 14.  Dan saya baru tau kalo itu rumah pegawai perusahaan kereta api.  Rumah tua memang, persis seperti yang digambarin di buku. Belum cukup senang saya, saat berjalan ke arah barat, ternyata ujung jalan bermuara ke Pasir Gintung! Tempat legendaris yang digambarkan sebaga