Langsung ke konten utama

Menghilangkan Emosi Sebagai Manusia Yang Terbuang

Aku mungkin yang terlalu berekspektasi terlalu tinggi dengan diri sendiri.  Mentang-mentang bisa kuliah tinggi, lalu berharap pemerintah juga memperhatikan akan hal itu.

Itulah nyatanya.  Pemda tak seperti tentara atau polisi, yang memandang jabatan haruslah sejalan dengan pangkat, kenaikannya ekuivalen.  Pemda tempat aku bekerja apalagi, politik pilkada cuma menghasilkan tim sukses yang membuat kebijakan sekehendaknya, atas dasar apa entahlah.

Memutasi orang pun sekehendak hatinya.  Jujur saat menuliskan ini masih ada sakit hati.  Apalagi yang membuang aku ke tempat kerja sekarang, ternyata adalah kawan yang saat ketemu masih saja terlihat seperti akrab.  Dan sampai sekarang aku tak tahu alasannya, sehingga tak sampai setahun di dinas lama lalu dipindak ke tempat yang sekarang.

Salahku sih.

Sudah tahu kalau ingin karir melesat di pemda itu paling tidak harus memiliki salah satu dari tiga cara, yaitu dekat dengan penguasa, atau berusaha dekat dengan penguasa, atau memiliki prestasi kerja yang uar biasa.

Aku, tidak punya ketiga-tiganya.  Salahe.

Sejak akhir agustus, berusaha berdamai dengan diri sendiri, walau tampaknya masih gagal.  Aku justru semakin keras dan semakin hobi ngeyel dan protes sana sini, sampai-sampai jadi cukup dikenali sebagai orang yang cukup emosian, walau katanya logis.

Paling tidak empat kali aku bersuara cukup keras sejak terakhir dimutasi: sama orang kepegawaian plus ibu-ibu yang nyaut dan ga bisa jaga cangkem saat lagi pusing, trus sama pejabat di kantor yang bikin kesal, sama para dokter gigi yang baksos di dekat kantor dan sama orang dinas yang pinjem aula kantor.

Entah sampai kapan begini, yang jelas pelarianku salahsatunya ya menulis di sana sini saja, sekarang lagi cukup aktif di kompasiana,, gara-gara ada sistem skor kalau menulis di situ.

Kata temenku aku kompetitif, padahal tidak, aku cuma penasaran sampai kapan aku sanggup memaksakan diri menulis dua sampai tiga artikel sehari.  Paling tidak untuk menjaga otakkua tetap waras dengan berusaha menulis serapi mungkin, walau masih begitu-begitu saja.

Oh iya, aku juga masih belum bagus presentasi saat ngajar di kelas, tapi lumayan berani memutuskan sikap untuk mahasiswa yang ngerjain tugasnya males-malesan.

Jadi begitulah, mungkin harus jalan-jalan dulu kali ya, ambil cuti lalu touring.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rekomendasi Toko & Bengkel Sepeda di Jogja

Sejak 'mengenal' sepeda, beberapa kawan yang sangat mengerti anatomi, morfologi dan histologi sepeda, saya pun memberanikan diri memberi rekomendasi beberapa toko dan bengkel sepeda di Jogja yang harus disambangi dikala sepeda memerlukan perawatan dan penggantian suku cadang. Rekomendasi tempat-tempat ini berdasarkan pertimbangan: harga, kelengkapan ketersediaan suku cadang, hasil seting sepeda dan pengalaman empunya bengkel.  Juga pengalaman beberapa kawan saat membeli spare part ataupun memperbaiki sepedanya.  Rata-rata setiap toko atau tempat yang menyediakan sepeda dan suku cadangnya juga menyediakan tempat dan tenaga untuk seting dan reparasi, tapi tak semua hasilnya bagus.   Bengkel sepeda Rofi (Rahul Bike) ,  pemiliknya adalah teman saya di komunitas sepeda Federal , tapi menurut sejarah awalnya justru beliau akrab dengan sepeda-sepeda keluaran baru.  Hasil seting sepeda mas Rofi ini sudah sangat dapat dipertanggungjawabkan, hal ini bisa dilihat dari jej

ada apa hari ini

 rencananya adalah: hunting komik lagi di lapak depan jalan nyuci sepeda bikin materi untuk ngajar besok, artinya kudu baca ulang lagi materinya belajar swot, skoringnya masih belum ngerti, hedeh.. mudahan mahasiswaku ga baca blog ini haha sepedaan bentar sore-sore.. dan sepagi ini, saya kembali, iya kembalai, men- deactive akun-akun sosmed saya, dan lagi-lagi, saya tak tahu sampai kapan itu berlangsung, toh siapa juga yang nyari saya kan haha kecuali blog ini, tampaknya tetap dipertahankan aktif untuk menumpahkan kisah-kisah tak jelas sepanjang waktunya.. tadinya kepikiran untuk menghapus akun whatsapp  untuk sementara waktu, tapi tak bisa karena ada terkait kerjaan di kantor, walau akhir-akhir ini tak begitu ada kerjaan juga, jadi ya mungkin ditengok sesekali saja. itu saja dulu, eh apa saya perlu.. hedeuh apa tadi lupa

tentang Nuran, penulis yang mencoba bengal namun gagal

..."Aku pake topi bergambar macan.."  Demikian isi pesan pendek yang masuk ke telepon genggam jadul saya. Waktu itu adalah acara meet and greet Pidi Baiq di Togamas Gejayan. Akhirnya saya bisa bertemu & bersalaman dengan blogger yang -maaf- baru-baru saja saya kenal waktu itu namun langsung membuat terpikat dengan tulisan-tulisannya. Apalagi beberapa tulisannya menguak lugas berbagai sisi Guns n' Roses, band rock n' roll peringkat satu dalam hidup saya. Itulah Nuran, pemuda bertubuh sehat jebolan Tegalboto. Belakangan saya baru nyadar kalau saya berkenalan dengan wartawan majalah musik ternama. Pantas saja tulisan-tulisannya beralur rapi, batin saya. Beberapa jeda kemudian, saya sempat nengok kontrakannya di Condongcatur. Kenalan dengan peliharaanya yang bertitel Oz. Berkesempatan melihat-lihat sebagian koleksi bacaannya yang.. tampaknya terlalu berat untuk otak saya. Ohiya, waktu itu seorang Nuran masih berstatus maha