Dua hari yang lalu, ada paket yang ditujukan untuk saya. Setelah saya buka, isinya buku, dua biji, karya Gobind Vashdev. Yang pertama berjudul Happiness Inside, yang kedua judulnya 99 Wisdom. Buku yang pertama saya sudah punya, dikasih oleh uni Ade beberapa waktu yang lalu.
Akhirnya saya konfirmasi ke uni Ade, ternyata katanya salah kirim, jadilah saya pinjam dulu bukunya untuk saya baca, sebelum saya kirim balik. Jadi, sedari pagi yang hujan, sampai kemudian reda di sore hari, saya luangkan waktu untuk membaca buku pinjeman tersebut. Saking niatnya, sempet-sempetnya saya baca di Artemy Italian Gelato, kedai gelato yang saya baru tau dan belum pernah nyoba, walau kemudian kapok dan tak bakal kesana lagi, harganya lumayan mihil bro, masa dua scoopnya Rp. 28.500,- dan rasanya masih kalah jauh sama di Il Tempo Gelato. Tadi nyoba rasa Rhum & Capucino apa gitu. Khusus yang rasa rhum, jauh lebih nendang yang di Old Dish malah.
Eh, malah misuh-misuh soal gelato (lagi), jadi mari kita lanjut saja ke buku yang bakal saya resensi:
Genre buku seperti ini termasuk yang jarang saya baca, tapi jujur saya menikmati isinya, bisa membacanya dalam satu hari tanpa merasa lelah, malah menurut saya menyenangkan dan mencerahkan. Sehabis membacanya paling tidak mengajari saya untuk memandang persoalan dari sisi yang berbeda, dan berhasil membuat saya tambah yakin bahwa dunia ini sebenarnya baik-baik saja, manusia di dalamnya saja yang suka membuatnya susah dan rumit.
Salah satu kalimat Gobind di buku ini yang membuat saya terkesan dan dijadikan status facebook hari ini adalah :
Ohiya, buku ini juga bisa didapatkan dalam bentuk e-book di Google Play Store. Dan terakhir, disclaimer di halaman iv juga tak kalah menarik, bahwa katanya : teks dalam buku ini dinyatakan oleh penulis sebagai karya copyleft. Hal ini berarti semua inspirasi berupa kalimat dalam buku tersebut dapat dikutip sebagian ataupun seluruhnya oleh siapapun.
Keren bukan?
Demikianlah.
Akhirnya saya konfirmasi ke uni Ade, ternyata katanya salah kirim, jadilah saya pinjam dulu bukunya untuk saya baca, sebelum saya kirim balik. Jadi, sedari pagi yang hujan, sampai kemudian reda di sore hari, saya luangkan waktu untuk membaca buku pinjeman tersebut. Saking niatnya, sempet-sempetnya saya baca di Artemy Italian Gelato, kedai gelato yang saya baru tau dan belum pernah nyoba, walau kemudian kapok dan tak bakal kesana lagi, harganya lumayan mihil bro, masa dua scoopnya Rp. 28.500,- dan rasanya masih kalah jauh sama di Il Tempo Gelato. Tadi nyoba rasa Rhum & Capucino apa gitu. Khusus yang rasa rhum, jauh lebih nendang yang di Old Dish malah.
Eh, malah misuh-misuh soal gelato (lagi), jadi mari kita lanjut saja ke buku yang bakal saya resensi:
Judul: 99 Wisdom
Penulis: Gobind Vashdev
Penerbit: Noura Books/PT Mizan Publika (cetakan ke-1, Januari 2017)
Halaman: xi + 222
ISBN-13: 978-602-0989-71-6
Harga: Gratis (minjem)
Rating: 4/5
Penulis: Gobind Vashdev
Penerbit: Noura Books/PT Mizan Publika (cetakan ke-1, Januari 2017)
Halaman: xi + 222
ISBN-13: 978-602-0989-71-6
Harga: Gratis (minjem)
Rating: 4/5
Seperti judulnya, ada 99 bagian utama dalam buku ini, yang berisi semacam pencerahan dari penulisnya, bagaimana memandang sebuah persoalan dari sudut yang netral. Memandang bahwa pada dasarnya semua hal di dunia ini adalah baik, semua kejadian; seburuk apapun tetap mempunyai makna. Dan yang terpenting adalah memandang arti ikhlas dari perspektif yang berbeda.
Beberapa angka bab dituliskan dengan cara yang unik, disisipkan dalam judul bab itu sendiri, seperti pada bab Hanya ada 1 Jalan Keluar, 4 Bulan jadi Solemen, atau 25 Desember, dan 30 Hari Berpuasa.
Kebanyakan pelajaran di dalamnya diambil dari pengalaman penulis sendiri, seperti pada bab pertama yang ditulis berdasarkan pertanyaan Rigpa, anaknya tentang posisi bumi. Atau pelajaran HP yang hilang di bab 8. Bagian yang lainnya adalah hasil perenungan atas fenomena-fenomena yang terjadi sehari-hari di kehidupan sekelilingnya.
Bisa dibilang isi buku ini seperti mendengarkan Gobind memberi nasihat tanpa merasa dinasihati, mendengar saran tanpa merasa dipaksa untuk melakukan apa yang disarankan. Pembaca seperti disuruh ngaca dengan cara berpikir, merenung dan mengevaluasi diri sendiri.
Juga, tak ada batasan-batasan agama di dalamnya, maksud saya, kita seakan bercermin akan kelakuan kita dalam merefleksikan hal-hal sehari-hari tanpa ada batasan dogma & keyakinan yang mengikat. Semua berpulang pada kemampuan diri kita sendiri untuk bisa menangkap pesan-pesan yang baik tanpa harus ditabrakkan dengan keyakinan yang dianut.
Berdasarkan catatan saya ada beberapa poin utama yang disampaikan di buku ini:
- Bersikap netral dalam menyikapi sebuah masalah, ini diibaratkan sepasang sayap pada burung, yang cuma akan bisa seimbang dan terbang jika keduanya ada. Memandang bahwa hal positif maupun negatif di dunia ini tak ada yang lebih baik antara satu dan lainnya, keduanya saling melengkapi (equanimity)
- Mendengarkan lebih banyak daripada mengucapkan.
- Menerima rasa sakit sebagai bagian dari hidup
- Mengurangi keinginan daripada menambah impian.
- Melihat sesuatu apa adanya.
- Bersyukur dengan apa yang sudah ada & berusaha menikmatinya
- Penyerahan diri total terhadap kehidupan.
- Penegasan kembali hidup mengalir seperti air (hal. 214)
- Makna kebahagiaan
- Menerima kehilangan sebagai proses ikhlas.
Genre buku seperti ini termasuk yang jarang saya baca, tapi jujur saya menikmati isinya, bisa membacanya dalam satu hari tanpa merasa lelah, malah menurut saya menyenangkan dan mencerahkan. Sehabis membacanya paling tidak mengajari saya untuk memandang persoalan dari sisi yang berbeda, dan berhasil membuat saya tambah yakin bahwa dunia ini sebenarnya baik-baik saja, manusia di dalamnya saja yang suka membuatnya susah dan rumit.
Salah satu kalimat Gobind di buku ini yang membuat saya terkesan dan dijadikan status facebook hari ini adalah :
Sebagian besar orang sudah S3 dalam ilmu menyampaikan, namun masih banyak yang TK dalam mendengar (Vashdev, 2017 hal. 115)
Ohiya, buku ini juga bisa didapatkan dalam bentuk e-book di Google Play Store. Dan terakhir, disclaimer di halaman iv juga tak kalah menarik, bahwa katanya : teks dalam buku ini dinyatakan oleh penulis sebagai karya copyleft. Hal ini berarti semua inspirasi berupa kalimat dalam buku tersebut dapat dikutip sebagian ataupun seluruhnya oleh siapapun.
Keren bukan?
Demikianlah.
Waa keren.. Tamat dalam 1 hari ������
BalasHapusIsi bukunya menarik soalnya. Makasih sdh boleh minjem baca, uni 🙏
HapusKok bisa salah kirim ya?
BalasHapus#garukgaruk
Mungkin karena takdir #lah 😓
Hapus"Sebagian besar orang sudah S3 dalam ilmu menyampaikan, namun masih banyak yang TK dalam mendengar"
BalasHapusIni pisan. Saya sebenarnya merasa TK dalam keduanya, tapi selama ini hanya berusaha belajar menyampaikan lebih baik, jarang berusaha latihan agar bisa mendengarkan lebih baik. :(
Menurut saya njenengan ya ga masuk itu. Saya percaya bbrp orang berani menyampaikan sesuatu karena ngerasa sdh cukup mendengar. Eh lha kok rasanya kalimat barusan menohok diri sendiri sih ��
BalasHapusduh itu mas gobind, juaraaaa sekalii. rasanya malu deh, dia sederhana, santai dan selooo sekalii.. tapi tetap tidak lupa memaknai hidup dan kehidupan dengan sangat dalam.
BalasHapusSdh kenal lama toh mb? Saya baru tau nananya saat dikasih buku sama temen itu. Iya sih isi bukunya bikin mikir lamaa
Hapustrus sampeyan ngilang dari media sosial...
BalasHapussemoga sedang fokus revisi ya, om :)
Hehe biasa lah lg labil. Paling tar jg aktif lg. Suwun mb
Hapustrus sampeyan ngilang dari media sosial...
BalasHapussemoga sedang fokus revisi ya, om :)
Amiiin
HapusKeren sekali tampaknya, saya belum membacanya. Nanti saya cari bukunya dengan beberapa lembar uang sedang.
BalasHapusKeren kok isinya, soalnya yg nulis praktisi, ga sekedar berteori
Hapus