Langsung ke konten utama

Hari ke 14 : Resensi buku 99 Wisdom

Dua hari yang lalu, ada paket yang ditujukan untuk saya.  Setelah saya buka, isinya buku, dua biji, karya Gobind Vashdev.  Yang pertama berjudul Happiness Inside, yang kedua judulnya 99 Wisdom.  Buku yang pertama saya sudah punya, dikasih oleh uni Ade beberapa waktu yang lalu.

Akhirnya saya konfirmasi ke uni Ade, ternyata katanya salah kirim, jadilah saya pinjam dulu bukunya untuk saya baca, sebelum saya kirim balik.  Jadi, sedari pagi yang hujan, sampai kemudian reda di sore hari, saya luangkan waktu untuk membaca buku pinjeman tersebut.  Saking niatnya, sempet-sempetnya saya baca di Artemy Italian Gelato, kedai gelato yang saya baru tau dan belum pernah nyoba, walau kemudian kapok dan tak bakal kesana lagi, harganya lumayan mihil bro, masa dua scoopnya Rp. 28.500,- dan rasanya masih kalah jauh sama di Il Tempo Gelato.  Tadi nyoba rasa Rhum & Capucino apa gitu.  Khusus yang rasa rhum, jauh lebih nendang yang di Old Dish malah.

Eh, malah misuh-misuh soal gelato (lagi), jadi mari kita lanjut saja ke buku yang bakal saya resensi:

Judul: 99 Wisdom
Penulis: Gobind Vashdev
Penerbit: Noura Books/PT Mizan Publika (cetakan ke-1, Januari 2017)
Halaman: xi + 222
ISBN-13: 978-602-0989-71-6
Harga: Gratis (minjem)
Rating: 4/5

Seperti judulnya, ada 99 bagian utama dalam buku ini, yang berisi semacam pencerahan dari penulisnya, bagaimana memandang sebuah persoalan dari sudut yang netral.  Memandang bahwa pada dasarnya semua hal di dunia ini adalah baik, semua kejadian; seburuk apapun  tetap mempunyai makna.  Dan yang terpenting adalah memandang arti ikhlas dari perspektif yang berbeda.

Beberapa angka bab dituliskan dengan cara yang unik, disisipkan dalam judul bab itu sendiri, seperti pada bab Hanya ada 1 Jalan Keluar, 4 Bulan jadi Solemen, atau 25 Desember, dan 30 Hari Berpuasa.

Kebanyakan pelajaran di dalamnya diambil dari pengalaman penulis sendiri, seperti pada bab pertama yang ditulis berdasarkan pertanyaan Rigpa, anaknya tentang posisi bumi. Atau pelajaran HP yang hilang di bab 8.  Bagian yang lainnya adalah hasil perenungan atas fenomena-fenomena yang terjadi sehari-hari di kehidupan sekelilingnya.

Bisa dibilang isi buku ini seperti mendengarkan Gobind memberi nasihat tanpa merasa dinasihati,  mendengar saran tanpa merasa dipaksa untuk melakukan apa yang disarankan.  Pembaca seperti disuruh ngaca dengan cara berpikir, merenung dan mengevaluasi diri sendiri.

Juga, tak ada batasan-batasan agama di dalamnya, maksud saya, kita seakan bercermin akan kelakuan kita dalam merefleksikan hal-hal sehari-hari tanpa ada batasan dogma & keyakinan yang mengikat.  Semua berpulang pada kemampuan diri kita sendiri untuk bisa menangkap pesan-pesan yang baik tanpa harus ditabrakkan dengan keyakinan yang dianut.

Berdasarkan catatan saya ada beberapa poin utama yang disampaikan di buku ini:

  1. Bersikap netral dalam menyikapi sebuah masalah, ini diibaratkan sepasang sayap pada burung, yang cuma akan bisa seimbang dan terbang jika keduanya ada.  Memandang bahwa hal positif maupun negatif di dunia ini tak ada yang lebih baik antara satu dan lainnya, keduanya saling melengkapi (equanimity)
  2. Mendengarkan lebih banyak daripada mengucapkan.
  3. Menerima rasa sakit sebagai bagian dari hidup
  4. Mengurangi keinginan daripada menambah impian.
  5. Melihat sesuatu apa adanya.
  6. Bersyukur dengan apa yang sudah ada & berusaha menikmatinya
  7. Penyerahan diri total terhadap kehidupan.
  8. Penegasan kembali hidup mengalir seperti air (hal. 214)
  9. Makna kebahagiaan
  10. Menerima kehilangan sebagai proses ikhlas.
Bagian yang menarik bagi saya ada di halaman 64, dimana Gobind membagi prinsipnya dalam menjalani hidup, yaitu menyederhanakan keinginan dan pola hidupnya, diantaranya dengan cara menjadi seorang vegan, tidak memakai alas kaki, tidak makan gorengan & gula putih dan tak lagi menggunakan bahan kimiawi seperti sabun, pasta gigi & sampo.  Keputusan yang dianggap orang lain ekstrem padahal menurutnya justru adalah netral (Netral itu Ekstrem, hal. 106)

Genre buku seperti ini termasuk yang jarang saya baca, tapi jujur saya menikmati isinya, bisa membacanya dalam satu hari tanpa merasa lelah, malah menurut saya menyenangkan dan mencerahkan.  Sehabis membacanya paling tidak mengajari saya untuk memandang persoalan dari sisi yang berbeda, dan berhasil membuat saya tambah yakin bahwa dunia ini sebenarnya baik-baik saja, manusia di dalamnya saja yang suka membuatnya susah dan rumit.

Salah satu kalimat Gobind di buku ini yang membuat saya terkesan dan dijadikan status facebook hari ini adalah :

Sebagian besar orang sudah S3 dalam ilmu menyampaikan, namun masih banyak yang TK dalam mendengar (Vashdev, 2017 hal. 115)

Ohiya, buku ini juga bisa didapatkan dalam bentuk e-book di Google Play Store. Dan terakhir, disclaimer di halaman iv juga tak kalah menarik, bahwa katanya : teks dalam buku ini dinyatakan oleh penulis sebagai karya copyleft.  Hal ini berarti semua inspirasi berupa kalimat dalam buku tersebut dapat dikutip sebagian ataupun seluruhnya oleh siapapun.

Keren bukan?

Demikianlah.

Komentar

  1. Waa keren.. Tamat dalam 1 hari ������

    BalasHapus
    Balasan
    1. Isi bukunya menarik soalnya. Makasih sdh boleh minjem baca, uni 🙏

      Hapus
  2. Kok bisa salah kirim ya?
    #garukgaruk

    BalasHapus
  3. "Sebagian besar orang sudah S3 dalam ilmu menyampaikan, namun masih banyak yang TK dalam mendengar"

    Ini pisan. Saya sebenarnya merasa TK dalam keduanya, tapi selama ini hanya berusaha belajar menyampaikan lebih baik, jarang berusaha latihan agar bisa mendengarkan lebih baik. :(

    BalasHapus
  4. Menurut saya njenengan ya ga masuk itu. Saya percaya bbrp orang berani menyampaikan sesuatu karena ngerasa sdh cukup mendengar. Eh lha kok rasanya kalimat barusan menohok diri sendiri sih ��

    BalasHapus
  5. duh itu mas gobind, juaraaaa sekalii. rasanya malu deh, dia sederhana, santai dan selooo sekalii.. tapi tetap tidak lupa memaknai hidup dan kehidupan dengan sangat dalam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sdh kenal lama toh mb? Saya baru tau nananya saat dikasih buku sama temen itu. Iya sih isi bukunya bikin mikir lamaa

      Hapus
  6. trus sampeyan ngilang dari media sosial...

    semoga sedang fokus revisi ya, om :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe biasa lah lg labil. Paling tar jg aktif lg. Suwun mb

      Hapus
  7. trus sampeyan ngilang dari media sosial...

    semoga sedang fokus revisi ya, om :)

    BalasHapus
  8. Keren sekali tampaknya, saya belum membacanya. Nanti saya cari bukunya dengan beberapa lembar uang sedang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Keren kok isinya, soalnya yg nulis praktisi, ga sekedar berteori

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rekomendasi Toko & Bengkel Sepeda di Jogja

Sejak 'mengenal' sepeda, beberapa kawan yang sangat mengerti anatomi, morfologi dan histologi sepeda, saya pun memberanikan diri memberi rekomendasi beberapa toko dan bengkel sepeda di Jogja yang harus disambangi dikala sepeda memerlukan perawatan dan penggantian suku cadang. Rekomendasi tempat-tempat ini berdasarkan pertimbangan: harga, kelengkapan ketersediaan suku cadang, hasil seting sepeda dan pengalaman empunya bengkel.  Juga pengalaman beberapa kawan saat membeli spare part ataupun memperbaiki sepedanya.  Rata-rata setiap toko atau tempat yang menyediakan sepeda dan suku cadangnya juga menyediakan tempat dan tenaga untuk seting dan reparasi, tapi tak semua hasilnya bagus.   Bengkel sepeda Rofi (Rahul Bike) ,  pemiliknya adalah teman saya di komunitas sepeda Federal , tapi menurut sejarah awalnya justru beliau akrab dengan sepeda-sepeda keluaran baru.  Hasil seting sepeda mas Rofi ini sudah sangat dapat dipertanggungjawabkan, hal ini bisa dilihat dari jej

ada apa hari ini

 rencananya adalah: hunting komik lagi di lapak depan jalan nyuci sepeda bikin materi untuk ngajar besok, artinya kudu baca ulang lagi materinya belajar swot, skoringnya masih belum ngerti, hedeh.. mudahan mahasiswaku ga baca blog ini haha sepedaan bentar sore-sore.. dan sepagi ini, saya kembali, iya kembalai, men- deactive akun-akun sosmed saya, dan lagi-lagi, saya tak tahu sampai kapan itu berlangsung, toh siapa juga yang nyari saya kan haha kecuali blog ini, tampaknya tetap dipertahankan aktif untuk menumpahkan kisah-kisah tak jelas sepanjang waktunya.. tadinya kepikiran untuk menghapus akun whatsapp  untuk sementara waktu, tapi tak bisa karena ada terkait kerjaan di kantor, walau akhir-akhir ini tak begitu ada kerjaan juga, jadi ya mungkin ditengok sesekali saja. itu saja dulu, eh apa saya perlu.. hedeuh apa tadi lupa

..mencoba instal Lubuntu di Lenovo S206

..leptop honey, istri saya itu kondisinya sekarang lumayan amburadul, wifi susah konek, batterynya error - ya kalo ini sih salah saya gara-gara pernah nge-charge kelamaan-,  dan terakhir suka mati-mati sendiri sehabis diinstal ulang sama windows 7 (bajakan). Saya putuskan untuk instal linux saja, kali ini saya instalin Lubuntu, turunan ubuntu dengan pertimbangan spec leptop yang lumayan pas-pasan: RAM cuma 2 Gb dan prosesor yang cuma dual core 1,4 Gb.  Sebenarnya saya pengen nginstalin debian lagi, tapi selain lupa caranya, saya juga pengen nyoba OS yang lain, setelah saya timbang-timbang yang file ISO-nya lumayan kecil ya cuma Lubuntu, cuma sekitar 900-an Mb.  Itu juga lumayan lama downloadnya, cuma ngandelin hotspot dari hape. Setelah dapet iso-nya, bikin bootable di flashdisk pake unetbootin , lalu mencoba instal, berhubung saya termasuk user abal-abal yang taunya instal dan klik sana sini, jadi belum berani instal seluruhnya, takut data yang ada di hardisk keformat seperti