Langsung ke konten utama

Kaebu & bubin.

 ..sampai sekarang, bubin LantanG tetaplah penulis favorit, rasanya apa-apa yang terkait dengan bubin dan karyanya, seperti menjadi semacam obsesi bagi saya.  

Saya begitu senangnya saat tak sengaja menemukan ruas jalan Cijagra Satu di Bandung, jalan yang namanya ada di Jejak-jejak Anak-anak Mama Alin.

Apalagi saat akhirnya menjejakkan kaki ke Bandar Lampung, kota yang ingin saya datangin sejak lama, kota kelahiran bubin.  Sampai-sampai saya berjalan kaki sekitar 5 kilometer di siang yang lumayan terik di pusat kota.  Panasnya siang terkalahkan oleh nama-nama jalan yang sebelumnya cuma saya tau di karya-karyanya bubin.  Menyusuri Jl. Raden Intan sampai berujung ke Gg. Manggis dekat Pasir Gintung.  

Sampai akhirnya di novel terakhir bubin, yang lebih seperti memoar hidupnya kala keluar dari Kompas demi idealisme dan menggelandang di Amerika: Kisah Langit Merah.  Di novel itu ada sebuah benda yang menarik perhatian saya.  Itu adalah sebuah gitar yang saya bahkan baru tau merknya. Kaebu.

Lagi-lagi saya terobsesi ingin memiliki gitar yang bernama rada asing di telinga itu.   Sempat nyaris memilikinya kala seorang kawan ingin melepas Kaebu miliknya, namun urung dijual entah karena apa.

Beberapa waktu berlalu, keinginan itu muncul lagi.  Akhirnya cari-cari di toko online, dan menemukan beberapa orang yang ingin menjual koleksinya.  Minggu kemarin, ternyata menemukan orang yang mau melepas Kaebunya,  harganya cukup murah untuk gitar produksi Indonesia di tahun 90-an itu.

Merknya sudah tak ada lagi, sepertinya berdasarkan hasil pencarian, itu adalah Kaebu seri Borobudur, bodi belakangnya dari fiber.  Dan barusan gitarnya nyampe.  Suaranya masih bulat dan bagus, walau ada masalah sedikit di sambungan neck dan bodynya, maklum lah gitar tua.  Tapi secara keseluruhan masih sangat bagus, apalagi gitar jaman dulu kualitas kayunya masih sangat bagus.

Jadi begitulah, barusan dicoba bentar, sepertinya harus membeli senar 5 yang putus, mungkin juga nanti suatu saat memperbaiki bagian yang sedikit lepas lemnya itu.  Mungkin, saya sih sudah punya Kaebu saja senangnya luarbiasa.

Satu lagi produk Indonesia yang saya miliki, selain sepeda Federal dan sepatu Brodo.  Sepertinya mengkoleksi bikinan dalam negeri adalah obsesi saya yang lain..


Komentar

  1. ah aku inget pernah baca buku itu Kisah Langit Merah, tapi ternyata kurang suka.
    lanjutkan beli Brodo deh kalo gitu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe berarti kita beda genre bacaan, saya sih seneng dg idealismenya bubin, sebenernya Kisah Langit Merah itu semacam memoar penulisnya saat menggelandang di Amerika sehabis dipecat dari kerjannya gara2 idealismenya itu

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rekomendasi Toko & Bengkel Sepeda di Jogja

Sejak 'mengenal' sepeda, beberapa kawan yang sangat mengerti anatomi, morfologi dan histologi sepeda, saya pun memberanikan diri memberi rekomendasi beberapa toko dan bengkel sepeda di Jogja yang harus disambangi dikala sepeda memerlukan perawatan dan penggantian suku cadang. Rekomendasi tempat-tempat ini berdasarkan pertimbangan: harga, kelengkapan ketersediaan suku cadang, hasil seting sepeda dan pengalaman empunya bengkel.  Juga pengalaman beberapa kawan saat membeli spare part ataupun memperbaiki sepedanya.  Rata-rata setiap toko atau tempat yang menyediakan sepeda dan suku cadangnya juga menyediakan tempat dan tenaga untuk seting dan reparasi, tapi tak semua hasilnya bagus.   Bengkel sepeda Rofi (Rahul Bike) ,  pemiliknya adalah teman saya di komunitas sepeda Federal , tapi menurut sejarah awalnya justru beliau akrab dengan sepeda-sepeda keluaran baru.  Hasil seting sepeda mas Rofi ini sudah sangat dapat dipertanggungjawabkan, hal ini bisa dilihat dari jej

ada apa hari ini

 rencananya adalah: hunting komik lagi di lapak depan jalan nyuci sepeda bikin materi untuk ngajar besok, artinya kudu baca ulang lagi materinya belajar swot, skoringnya masih belum ngerti, hedeh.. mudahan mahasiswaku ga baca blog ini haha sepedaan bentar sore-sore.. dan sepagi ini, saya kembali, iya kembalai, men- deactive akun-akun sosmed saya, dan lagi-lagi, saya tak tahu sampai kapan itu berlangsung, toh siapa juga yang nyari saya kan haha kecuali blog ini, tampaknya tetap dipertahankan aktif untuk menumpahkan kisah-kisah tak jelas sepanjang waktunya.. tadinya kepikiran untuk menghapus akun whatsapp  untuk sementara waktu, tapi tak bisa karena ada terkait kerjaan di kantor, walau akhir-akhir ini tak begitu ada kerjaan juga, jadi ya mungkin ditengok sesekali saja. itu saja dulu, eh apa saya perlu.. hedeuh apa tadi lupa

..mencoba instal Lubuntu di Lenovo S206

..leptop honey, istri saya itu kondisinya sekarang lumayan amburadul, wifi susah konek, batterynya error - ya kalo ini sih salah saya gara-gara pernah nge-charge kelamaan-,  dan terakhir suka mati-mati sendiri sehabis diinstal ulang sama windows 7 (bajakan). Saya putuskan untuk instal linux saja, kali ini saya instalin Lubuntu, turunan ubuntu dengan pertimbangan spec leptop yang lumayan pas-pasan: RAM cuma 2 Gb dan prosesor yang cuma dual core 1,4 Gb.  Sebenarnya saya pengen nginstalin debian lagi, tapi selain lupa caranya, saya juga pengen nyoba OS yang lain, setelah saya timbang-timbang yang file ISO-nya lumayan kecil ya cuma Lubuntu, cuma sekitar 900-an Mb.  Itu juga lumayan lama downloadnya, cuma ngandelin hotspot dari hape. Setelah dapet iso-nya, bikin bootable di flashdisk pake unetbootin , lalu mencoba instal, berhubung saya termasuk user abal-abal yang taunya instal dan klik sana sini, jadi belum berani instal seluruhnya, takut data yang ada di hardisk keformat seperti