Langsung ke konten utama

#39. Takka Steel Bike Conseres (TSBC 150)

Tahun 2020 kemarin, saya melihat postingan temen saya mas Agung Nugroho di facebook yang memamerkan sepeda lipat barunya.  Unik bentuknya, double tubing-nya mengingatkan saya pada doppelganger yang dulu sempet mau saya beli dari temennya istri namun batal.  Sekilas seperti perkawinan antara troy dan doppelganger.

Setelah saya cari-cari informasi, itu bikinan lokal, sepeda lipat keren itu buatan mas Adhitya Atmadja dari Karanganyar.  Yang dijual cuma berupa frameset, sistem pre order, yang waktu saya awal tertarik konon antriannya sudah beberapa bulan ke depan. Nama sepedanya Takka Steel Bike seri Conseres. Nama yang berasal dari nama putra buildernya.

Menariknya lagi, harga frameset tidak begitu mahal, untuk ukuran handmade, frame sepedalipat seharga 3.25 juta masih termasuk wajar untuk sebuah karya seni.  Saya anggap begitu karena benar-benar bukan pabrikan massal, sampai saat ini, rata-rata sehari cuma menghasilkan 1 (satu) frame, makanya kudu sabar menunggu pesanan selesai.

Setelah frame selesai, saya minta kirimkan ke Jogja, untuk dirakit di dopilas garage, bengkel sepeda punya temen saya yang dulu sempet tetanggaan waktu ngontrak di Gg. Bakung.  Setelah semua part komplit, karena saya nyicil cukup lama sampai semua bagian sepeda lengkap, akhirnya dikirimkan juga ke Banjarbaru.

Saat awal digunakan, saya perlu dua hari untuk penyesuaian, terutama posisi sadel, karena saya juga baru kali ini mencoba Brooks seri Cambium C17 Carved, dan bener kata mas Andi, temen saya yang juga memakai sadel jenis itu, rasanya agak sedikit keras, mungkin karena bahan utamanya dari karet. Setelah tidak juga menemukan titik paling nyamannya, akhirnya saya putuskan untuk dituker dengan sadel Brooks B17 Standard yang terpasang lama di Federal Mt Everest.

Sabtu kemarin saya coba rada jauhan, sekitar 50 km ke arah timur, tepatnya melihat jembatan baru di Awang Banklar, Aranio.  Ternyata memang beda rasanya dengan B17 yang tentu sudah sangat nyaman karena sudah break in sejak lama.  

Daftar komponen sepeda yang terpasang di Takka Steel Bike Conseres dengan nomor seri 150 yang menunjukkan angka ke sekian di produksi itu kurang lebih adalah ini:

Jadi, begitulah.  Bahan besi frame ini belum saya tanyakan sih sama builder.  Tapi cukup ringan, mungkin sekitar 3 kg saja.  Kemarin pas dipaketin sama semua part berat total sekitar 13kg.  Rasanya kurang lebih beratnya dengan Urbano saya dulu yang bahannya dari alloy. Oiya, untuk warna kita juga bisa pesen sesuai keinginan, awalnya saya ingin warna hitam, tapi setelah liat-liat Takka yang sudah jadi, saya akhirnya memutuskan warna raw, jadi warna asli besi yang dipoles trus langsung dicat clear, dan ternyata emang ga salah milih warna itu. Keren pol.

Yang jelas, jadi bangga juga saya bisa make frame bikinan lokal keren dan unik, dan sepertinya saya pengguna pertama sepeda lipat unik ini di Kalimantan Selatan hehe.



Komentar

  1. Sepedanya cakep.
    Uh, 50 km? Gak sanggup saya ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih, paman. sejauh itu saya juga ngepit sekuatnya dan sesampainya aja, kalo pas capek ya stop dulu, kalo haus ya minum dulu, ga maksain badan jg hehe

      Hapus
  2. Cakep juga nih buatan lokalnya.
    Total piro kang sampe enak dipake?

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mas, itu frame set sekitar 3,2. spare part dll harganya kuranglebih sekitar harga frame itu jg

      Hapus
    2. Keknya kalo total segitu masih lebih ekonomis beli pabrikan yang sudah jadi hahaha
      Kecuali memang dari sisi performa ada yang bikin oke banget.

      Hapus
    3. iya kang, ada benernya. sepeda lipat dg spare part standar skarang sdh cukup turun kok harganya

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rekomendasi Toko & Bengkel Sepeda di Jogja

Sejak 'mengenal' sepeda, beberapa kawan yang sangat mengerti anatomi, morfologi dan histologi sepeda, saya pun memberanikan diri memberi rekomendasi beberapa toko dan bengkel sepeda di Jogja yang harus disambangi dikala sepeda memerlukan perawatan dan penggantian suku cadang. Rekomendasi tempat-tempat ini berdasarkan pertimbangan: harga, kelengkapan ketersediaan suku cadang, hasil seting sepeda dan pengalaman empunya bengkel.  Juga pengalaman beberapa kawan saat membeli spare part ataupun memperbaiki sepedanya.  Rata-rata setiap toko atau tempat yang menyediakan sepeda dan suku cadangnya juga menyediakan tempat dan tenaga untuk seting dan reparasi, tapi tak semua hasilnya bagus.   Bengkel sepeda Rofi (Rahul Bike) ,  pemiliknya adalah teman saya di komunitas sepeda Federal , tapi menurut sejarah awalnya justru beliau akrab dengan sepeda-sepeda keluaran baru.  Hasil seting sepeda mas Rofi ini sudah sangat dapat dipertanggungjawabkan, hal ini bisa dilihat dari jej

ada apa hari ini

 rencananya adalah: hunting komik lagi di lapak depan jalan nyuci sepeda bikin materi untuk ngajar besok, artinya kudu baca ulang lagi materinya belajar swot, skoringnya masih belum ngerti, hedeh.. mudahan mahasiswaku ga baca blog ini haha sepedaan bentar sore-sore.. dan sepagi ini, saya kembali, iya kembalai, men- deactive akun-akun sosmed saya, dan lagi-lagi, saya tak tahu sampai kapan itu berlangsung, toh siapa juga yang nyari saya kan haha kecuali blog ini, tampaknya tetap dipertahankan aktif untuk menumpahkan kisah-kisah tak jelas sepanjang waktunya.. tadinya kepikiran untuk menghapus akun whatsapp  untuk sementara waktu, tapi tak bisa karena ada terkait kerjaan di kantor, walau akhir-akhir ini tak begitu ada kerjaan juga, jadi ya mungkin ditengok sesekali saja. itu saja dulu, eh apa saya perlu.. hedeuh apa tadi lupa

tentang Nuran, penulis yang mencoba bengal namun gagal

..."Aku pake topi bergambar macan.."  Demikian isi pesan pendek yang masuk ke telepon genggam jadul saya. Waktu itu adalah acara meet and greet Pidi Baiq di Togamas Gejayan. Akhirnya saya bisa bertemu & bersalaman dengan blogger yang -maaf- baru-baru saja saya kenal waktu itu namun langsung membuat terpikat dengan tulisan-tulisannya. Apalagi beberapa tulisannya menguak lugas berbagai sisi Guns n' Roses, band rock n' roll peringkat satu dalam hidup saya. Itulah Nuran, pemuda bertubuh sehat jebolan Tegalboto. Belakangan saya baru nyadar kalau saya berkenalan dengan wartawan majalah musik ternama. Pantas saja tulisan-tulisannya beralur rapi, batin saya. Beberapa jeda kemudian, saya sempat nengok kontrakannya di Condongcatur. Kenalan dengan peliharaanya yang bertitel Oz. Berkesempatan melihat-lihat sebagian koleksi bacaannya yang.. tampaknya terlalu berat untuk otak saya. Ohiya, waktu itu seorang Nuran masih berstatus maha