.. pagi tadi sarapan di warung, duh. kebetulan ketemua dua orang tenaga kontrak di kantor sebelah, yang bercerita tentang kebijakan kontrak yang tidak sama antar karyawan, ada yang kontrak cuma 3 bulan, ada yang enam, ada yang sembilan dan ada lagi langsung kontrak setahun.
yang jadi masalah, sekilas saya simak, adalah tentang kriteria ataupun indikator (halagh) yang digunakan dalam pengkategorian lama kontrak mereka, walau katanya setelah habis kontrak bakal di tinjau lagi untuk nantinya diperpanjang lagi atau dihentikan.
satu hal kata mereka, penilaiannya adalah dari hal disiplin, tapi disiplin yang kutangkap cuma dari masalah absensi, tidak dari kualitas kerjaan, soalnya sedikit tau mereka berdua itu kerjanya cukup bagus dan tidak ada masalah. apalagi setelah saya verifikasi lebih lanjut, ada unsur like and dislike dari manajemen menegngah terkait kebijakan tersebut, karena unsur manajemen itu yang memberikan rekomendasi akan waktu kontrak.
yang bikin saya kesel sih, gaji mereka itu juga ga seberapa, kadang ya kinerja karyawan tetap pun tidaklah paripurna, apalagi soal bonus, wah pesimis sekali saya. Membayangkannya pun saya ngilu, sudahlah gaji di bawah UMP eh apa UMR sih, kesejahteraan ya gitu-gitu aja, belum lagi masa pandemi ini, ga ada sama sekali proteksi dan supplemen tambahan dari kantor akan kesehatan dan keamanan mereka. Reward atas prestasi kerja juga mbuh. Lalu bisa-bisanya waktu kontrak dibatasi dengan dalih disiplin.
Hedeh, masih aja ada yang mikir disiplin cuma dari absensi doang. Trus hasil kerja mereka masa ga dinilai juga, ya ga fair dong.
Kadang aku pikir, orang kalo sudah di posisi atas itu mikirnya jadi rada absurd, jadi seakan-akan ngerasa hidupnya sempurna dan orang harus bisa kerja seperti dia, yang padahal aku yakin ga sempurna-sempurna amat juga, pesimis pokmen.
Ah, entahlah. Tapi ya biasanya yang macem-macem sama orang kecil ntar juga bakal dapet balesannya kok, ya kasian aja sih..
Komentar
Posting Komentar