Langsung ke konten utama

tentang Owntha 2017

Saya sih telat taunya tentang ampli portabel yang bernama Own-Tha ini, yang sebenarnya ada dua versi: 2015 dan 2017.  Kalau yang versi 2015 saya tak begitu tau detilnya, sedang yang versi 2017 jelas tercetak di PCB dan manualnya kalau itu bikinan mas Donny Hafiz dan Andi Santosa, dua-duanya merupakan sesepuh di grup facebook Audio Kere Hore- grup yang berisikan kumpulan orang-orang yang senang memanjakan kuping.  Owntha sendiri merupakan akronim dari Own The Headphone Amplifier.

Sesuai namanya, yang diperjualbelikan, atau tepatnya dibikin berdasarkan pesanan anggota grup hanyalah PCB-nya saja, sedangkan printhilan spare part-nya disusun--atau apalah tepatnya-- berdasarkan keinginan dan selera pemakainya masing-masing- dengan mengacu pada petunjuk dan part list  di manual yang dilampirkan oleh pembuat PCB lejen tersebut, ya layak disebut lejen karena semenjak 3 tahun yang lalu tidak pernah diproduksi atau direproduksi lagi sampai sekarang.  Makin lejen lagi karena konon tak semua ampli rakitan itu bisa bunyi.

Jadi, beda builder- karakter masing-masing ampli juga bakal berbeda.  Owntha punya saya sendiri, saya dapatkan dari mas Arigama yang melepas rakitannya di toko ijo.  Tidak banyak yang saya ubah, karena outputnya sudah cukup cocok di kuping saya-- selain tentu sebenarnya karena SAYA GA' NGERTI SAMA SEKALI CARA NGOPREKNYA haha

Untungnya secara tak sengaja, saya dibimbing oleh mas Eddo, dari Qlabs team, yang memberitahu bagian mana saja yang perlu dibenahi agar suaranya lebih bagusan.  Jadi, selain memindahkan pcb dari alloy case --yang aslinya cukup gede karena ada tambahan batre 2 x 9 V-- ke kaleng bekas flashdisk hasil ngerampok punya teman yang kelar pelatihan, saya juga mengganti beberapa part, di antaranya resistor, kapasitor, dan elco, serta LED yang tiba-tiba mati entah karena apa kmaren ga ngerti hehe

Sempat mencoba gonta ganti kapasitor, akhirnya tetap mempertahankan tantalum bawaan, karena rasanya itu yang paling enak dan ga nusuk di kuping.  Sementara dual opamp saya ganti dengan Burson v5i yang selama ini berada di dalam Zishan Z1/DAP yang seringkali saya jadikan ampli.

Sedikit masalah mungkin saat merapikan resistor-resistor deket opamp, itu karena socket-socketnya sedikit rada longgar karena resistor yang lama kakinya cukup gede, ternyata itu sangat berpengaruh pada output euy.

Singkatnya, ampli ini--seperti apa kata mas Eddo-- tak lagi perlu DAC, itu karena input suara dari source, baik DAP (saya sih makenya ya zishan itu aja), maupun hape, ataupun ipad, juga leptop- seperti dirapikan dan dibersihkan dengan baik--duh gaya bahasa saya euy-- intinya begitu.  Jadinya output suaranya benar-benar bagus, balans dan rapi. Iya rapi.  Tak ada yang berlebihan, semua pas takarannya dan semua instrumen berada pada bagiannya masing-masing tanpa saling mendominasi, kecuali tentu di beberapa part lagu tertentu.

Apa ya, clarity dan separasinya bagus.  Kombinasi part-part yang ada di Owntha ini so far memuaskan telinga saya sampai saat ini.  Ga bikin lelah kuping walo dipake lebih dari satu jam.

Salute untuk mas Donny Hafiz dan Andi Santosa yang sudah berbagi ide ampli keren ini, kalian jenius.

--
tjatatan:
selama oedjicoba paling banjak dengan earbuds KGIS yang sudah ganti kabel. Earphone moerah dengan koealitas soeara jang bagoes.

Update (Agustus 2020):
terakhir saya juga bikin powersupply 18v khusus untuk Owntha, juga produk dari Jejo electronics, dirakit dengan bantuan mas Wilis dari Ponorogo


Komentar

  1. Jadi pusing membacanya, tidak faham sama sekali. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. intinya itu kesah ampli, begitulah XD

      Hapus
  2. Balasan
    1. duh, saya ga ngerti teknisnya mas, yg jelas utk ngangkat planar katanya kuat sih, sayangnya saya jg blm punya planar

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rekomendasi Toko & Bengkel Sepeda di Jogja

Sejak 'mengenal' sepeda, beberapa kawan yang sangat mengerti anatomi, morfologi dan histologi sepeda, saya pun memberanikan diri memberi rekomendasi beberapa toko dan bengkel sepeda di Jogja yang harus disambangi dikala sepeda memerlukan perawatan dan penggantian suku cadang. Rekomendasi tempat-tempat ini berdasarkan pertimbangan: harga, kelengkapan ketersediaan suku cadang, hasil seting sepeda dan pengalaman empunya bengkel.  Juga pengalaman beberapa kawan saat membeli spare part ataupun memperbaiki sepedanya.  Rata-rata setiap toko atau tempat yang menyediakan sepeda dan suku cadangnya juga menyediakan tempat dan tenaga untuk seting dan reparasi, tapi tak semua hasilnya bagus.   Bengkel sepeda Rofi (Rahul Bike) ,  pemiliknya adalah teman saya di komunitas sepeda Federal , tapi menurut sejarah awalnya justru beliau akrab dengan sepeda-sepeda keluaran baru.  Hasil seting sepeda mas Rofi ini sudah sangat dapat dipertanggungjawabkan, hal ini bisa dilihat dari jej

ada apa hari ini

 rencananya adalah: hunting komik lagi di lapak depan jalan nyuci sepeda bikin materi untuk ngajar besok, artinya kudu baca ulang lagi materinya belajar swot, skoringnya masih belum ngerti, hedeh.. mudahan mahasiswaku ga baca blog ini haha sepedaan bentar sore-sore.. dan sepagi ini, saya kembali, iya kembalai, men- deactive akun-akun sosmed saya, dan lagi-lagi, saya tak tahu sampai kapan itu berlangsung, toh siapa juga yang nyari saya kan haha kecuali blog ini, tampaknya tetap dipertahankan aktif untuk menumpahkan kisah-kisah tak jelas sepanjang waktunya.. tadinya kepikiran untuk menghapus akun whatsapp  untuk sementara waktu, tapi tak bisa karena ada terkait kerjaan di kantor, walau akhir-akhir ini tak begitu ada kerjaan juga, jadi ya mungkin ditengok sesekali saja. itu saja dulu, eh apa saya perlu.. hedeuh apa tadi lupa

..mencoba instal Lubuntu di Lenovo S206

..leptop honey, istri saya itu kondisinya sekarang lumayan amburadul, wifi susah konek, batterynya error - ya kalo ini sih salah saya gara-gara pernah nge-charge kelamaan-,  dan terakhir suka mati-mati sendiri sehabis diinstal ulang sama windows 7 (bajakan). Saya putuskan untuk instal linux saja, kali ini saya instalin Lubuntu, turunan ubuntu dengan pertimbangan spec leptop yang lumayan pas-pasan: RAM cuma 2 Gb dan prosesor yang cuma dual core 1,4 Gb.  Sebenarnya saya pengen nginstalin debian lagi, tapi selain lupa caranya, saya juga pengen nyoba OS yang lain, setelah saya timbang-timbang yang file ISO-nya lumayan kecil ya cuma Lubuntu, cuma sekitar 900-an Mb.  Itu juga lumayan lama downloadnya, cuma ngandelin hotspot dari hape. Setelah dapet iso-nya, bikin bootable di flashdisk pake unetbootin , lalu mencoba instal, berhubung saya termasuk user abal-abal yang taunya instal dan klik sana sini, jadi belum berani instal seluruhnya, takut data yang ada di hardisk keformat seperti