akhirnya saya harus menuliskan hal ini juga, sedikit gemas yang mengutuk tanpa tahu akar masalah soal asap yang tak henti dikeluhkan saat kemaru tiba di beberapa titik di negeri ini.
beberapa poin harus diingat kembali, adalah bahwa di tahun 1980-akhir 1990-an:
beberapa poin harus diingat kembali, adalah bahwa di tahun 1980-akhir 1990-an:
- iklim masih bagus, masih jelas batas antara musim hujan dan kemarau
- di kampung saya membakar jerami di sawah setelah panen adalah hal yang biasa, tapi tak sampai muncul kabut asap. bahkan sudah biasa muncul kabut tebal di pagi hari, kabut yang dingin dan segar.
- membakar lahan hutan untuk berladang adalah hal yang biasa, tapi peladang pun menggunakan pola bergilir, dan kemampuan membuka lahan seperti itu pun sangat terbatas dengan peralatan yang sederhana.
- luasan hutan, khususnya di Kalimantan pada awal 1980-an masih relatif terjaga, mungkin harus melihat data yang lebih akurat untuk hal ini
- dalam setahun, adalah sangat biasa hutan gambut terbakar, hanya luasannya kecil, tidak dalam jangka waktu yang lama dan sangat tidak mengganggu.
hingga munculnya fakta-fakta berikut:
- perusahaan kayu yang bersenjatakan HPH (hak pengusahaan hutan) bermunculan, hutan dikapling-kapling untuk diekstraksi.
- di sepanjang muara sungai Barito di tahun 1990-an berjejer perusahaan pengolah kayu menjadi plywood, lalu satu-satu persatu bubar karena kurangnya pasokan kayu.
- Tak lama muncul kejayaan perusahaan tambang di awal 2000-an, tak begitu lama setelah era HPH redup.
- beberapa tahun terakhir setelah tambang batubara tak lagi menarik, muncul pembukaan lahan dimana-mana untuk sawit.
- tahun 1995 muncul proyek bernama lahan gambut sejuta hektar, proyek goblok yang bertujuan mengubah tanah gambut yang asam menjadi lahan pertanian produktif.
- luasan hutan sekarang tinggal berapa, lalu berapa banyak sekarang luasan terbuka yang merupakan sisa tambang, dan beberapa luasan dibuka untuk kebun sawit.
- pohon yang merupakan penetral udara, tak lagi sebanyak dulu lagi, tak heran asap pembakaran lahan yang entah oleh siapa bisa diekspor sampai negara tetangga. Kalimat menyalahkan negara tetangga sebagai salahsatu pengusaha di negeri kita pun buat apa? toh mereka secara legal diijinkan oleh negara kita.
- lahan gambut yang dulu bagus, sekarang pun banyak yang rusak dan tak lagi penuh pohon penutup, apalagi di beberapa tempat lahan gambut dikonversi menjadi lahan sawit. sampai-sampai muncul Badan Restorasi Gambut untuk menangani masalah yang dulu tak ada.
- coba jikalau ingin, lihat data, bandingkan intensitas asap dengan banyaknya lahan gambut dan luasan hutan di tempat itu. perlu kajian lebih dalam mengenai hal ini. Daua sampel yang iseng saya amati, Riau dan Sampit. Siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan? Lahan yang terbakar dan yang terbakar di media sampai saat ini tak begitu jelas siapa dan bagaimananya.
di sisi lain:
- banyak yang cuma bisa protes tanpa tahu harus bagaimana lagi.
- banyak yang tak lagi tahu yang namanya pemerintah itu siapa.
- aku juga belum bisa melakukan apa-apa selainkan menuliskan hal ini di blog.
Sebuah pandangan yang berbeda dari yang banyak kubaca di media sosial. Aku jadi penasaran pengen ke Kalimantan di tahun 80an.
BalasHapusiya, karena banyak yg ga ngerti akar masalah yg sebenarnya, ditambah propaganda pemerintah dan beberapa pihak yg berusaha menghapus kesalahan masa lalu utk menimpakannya pada hal lain. menurutku gitu.
Hapus