Langsung ke konten utama

bila asap tiba.

akhirnya saya harus menuliskan hal ini juga, sedikit gemas yang mengutuk tanpa tahu akar masalah soal asap yang tak henti dikeluhkan saat kemaru tiba di beberapa titik di negeri ini.

beberapa poin harus diingat kembali, adalah bahwa di tahun 1980-akhir 1990-an:

  1. iklim masih bagus, masih jelas batas antara musim hujan dan kemarau
  2. di kampung saya membakar jerami di sawah setelah panen adalah hal yang biasa, tapi tak sampai muncul kabut asap. bahkan sudah biasa muncul kabut tebal di pagi hari, kabut yang dingin dan segar.
  3. membakar lahan hutan untuk berladang adalah hal yang biasa, tapi peladang pun menggunakan pola bergilir, dan kemampuan membuka lahan seperti itu pun sangat terbatas dengan peralatan yang sederhana.
  4. luasan hutan, khususnya di Kalimantan pada awal 1980-an masih relatif terjaga, mungkin harus melihat data yang lebih akurat untuk hal ini
  5. dalam setahun, adalah sangat biasa hutan gambut terbakar, hanya luasannya kecil, tidak dalam jangka waktu yang lama dan sangat tidak mengganggu.
hingga munculnya fakta-fakta berikut:
  1. perusahaan kayu yang bersenjatakan HPH (hak pengusahaan hutan) bermunculan, hutan dikapling-kapling untuk diekstraksi.
  2. di sepanjang muara sungai Barito di tahun 1990-an berjejer perusahaan pengolah kayu menjadi plywood, lalu satu-satu persatu bubar karena kurangnya pasokan kayu.
  3. Tak lama muncul kejayaan perusahaan tambang di awal 2000-an, tak begitu lama setelah era HPH redup.
  4. beberapa tahun terakhir setelah tambang batubara tak lagi menarik, muncul pembukaan lahan dimana-mana untuk sawit.
  5. tahun 1995 muncul proyek bernama lahan gambut sejuta hektar, proyek goblok yang bertujuan mengubah tanah gambut yang asam menjadi lahan pertanian produktif.
lalu sekarang, ribut karena kabut asap.  coba diingat-ingat dulu.
  1. luasan hutan sekarang tinggal berapa, lalu berapa banyak sekarang luasan terbuka yang merupakan sisa tambang, dan beberapa luasan dibuka untuk kebun sawit.
  2. pohon yang merupakan penetral udara, tak lagi sebanyak dulu lagi, tak heran asap pembakaran lahan yang entah oleh siapa bisa diekspor sampai negara tetangga.  Kalimat menyalahkan negara tetangga sebagai salahsatu pengusaha di negeri kita pun buat apa? toh mereka secara legal diijinkan oleh negara kita.
  3. lahan gambut yang dulu bagus, sekarang pun banyak yang rusak dan tak lagi penuh pohon penutup, apalagi  di beberapa tempat lahan gambut dikonversi menjadi lahan sawit.  sampai-sampai muncul Badan Restorasi Gambut untuk menangani masalah yang dulu tak ada.
  4. coba jikalau ingin, lihat data, bandingkan intensitas asap dengan banyaknya lahan gambut dan luasan hutan di tempat itu.  perlu kajian lebih dalam mengenai hal ini.  Daua sampel yang iseng saya amati, Riau dan Sampit.  Siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan? Lahan yang terbakar dan yang terbakar di media sampai saat ini tak begitu jelas siapa dan bagaimananya.
di sisi lain:
  1. banyak yang cuma bisa protes tanpa tahu harus bagaimana lagi.
  2. banyak yang tak lagi tahu yang namanya pemerintah itu siapa.
  3. aku juga belum bisa melakukan apa-apa selainkan menuliskan hal ini di blog.


Komentar

  1. Sebuah pandangan yang berbeda dari yang banyak kubaca di media sosial. Aku jadi penasaran pengen ke Kalimantan di tahun 80an.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, karena banyak yg ga ngerti akar masalah yg sebenarnya, ditambah propaganda pemerintah dan beberapa pihak yg berusaha menghapus kesalahan masa lalu utk menimpakannya pada hal lain. menurutku gitu.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rekomendasi Toko & Bengkel Sepeda di Jogja

Sejak 'mengenal' sepeda, beberapa kawan yang sangat mengerti anatomi, morfologi dan histologi sepeda, saya pun memberanikan diri memberi rekomendasi beberapa toko dan bengkel sepeda di Jogja yang harus disambangi dikala sepeda memerlukan perawatan dan penggantian suku cadang. Rekomendasi tempat-tempat ini berdasarkan pertimbangan: harga, kelengkapan ketersediaan suku cadang, hasil seting sepeda dan pengalaman empunya bengkel.  Juga pengalaman beberapa kawan saat membeli spare part ataupun memperbaiki sepedanya.  Rata-rata setiap toko atau tempat yang menyediakan sepeda dan suku cadangnya juga menyediakan tempat dan tenaga untuk seting dan reparasi, tapi tak semua hasilnya bagus.   Bengkel sepeda Rofi (Rahul Bike) ,  pemiliknya adalah teman saya di komunitas sepeda Federal , tapi menurut sejarah awalnya justru beliau akrab dengan sepeda-sepeda keluaran baru.  Hasil seting sepeda mas Rofi ini sudah sangat dapat dipertanggungjawabkan, hal ini bisa dilihat dari jej

..mencoba instal Lubuntu di Lenovo S206

..leptop honey, istri saya itu kondisinya sekarang lumayan amburadul, wifi susah konek, batterynya error - ya kalo ini sih salah saya gara-gara pernah nge-charge kelamaan-,  dan terakhir suka mati-mati sendiri sehabis diinstal ulang sama windows 7 (bajakan). Saya putuskan untuk instal linux saja, kali ini saya instalin Lubuntu, turunan ubuntu dengan pertimbangan spec leptop yang lumayan pas-pasan: RAM cuma 2 Gb dan prosesor yang cuma dual core 1,4 Gb.  Sebenarnya saya pengen nginstalin debian lagi, tapi selain lupa caranya, saya juga pengen nyoba OS yang lain, setelah saya timbang-timbang yang file ISO-nya lumayan kecil ya cuma Lubuntu, cuma sekitar 900-an Mb.  Itu juga lumayan lama downloadnya, cuma ngandelin hotspot dari hape. Setelah dapet iso-nya, bikin bootable di flashdisk pake unetbootin , lalu mencoba instal, berhubung saya termasuk user abal-abal yang taunya instal dan klik sana sini, jadi belum berani instal seluruhnya, takut data yang ada di hardisk keformat seperti

jejak bubin Lantang

jika ditanya salah satu kota yang ingin saya datengin sejak berpuluh tahun yang lalu, jawaban saya pastilah: Bandar Lampung.  Tentu karena nama-nama sudut kota itu lekat di otak saya, gara-gara karya bubin Lantang itulah. dan saya, akhirnya menjejakkan kaki juga di tanah impian itu.  Sengaja dari penginepan, naik gojeg ke Jl. Manggis.  Itu kalo di serial Anak-anak Mama Alin adalah lokasi rumahnya Wulansari- ceweknya 'Ra. Sedangkan di novel Bila, itu adalah jalan tempat kediamannya Puji- ceweknya Fay. di Bila, malah jelas dibilangin nomer rumahnya: empatbelas, ya persis nomer rumah saya dulu di kampung.  Melihat plang nama jalan Manggis saja saya senang tak terkira.   Apalagi habis itu menemukan rumah bernomor 14.  Dan saya baru tau kalo itu rumah pegawai perusahaan kereta api.  Rumah tua memang, persis seperti yang digambarin di buku. Belum cukup senang saya, saat berjalan ke arah barat, ternyata ujung jalan bermuara ke Pasir Gintung! Tempat legendaris yang digambarkan sebaga