Langsung ke konten utama

Sudah 19 tahun berlalu

dan baru saja ingat lagi, setelah membaca postingannya pakacil itu, yang saya ingat justru hari Kamisnya, saat saya nonton di bioskop di Mitra Plaza itu. Nonton sendirian tentu, karena gadis yang saya akui sebagai pacar waktu itu sedang meninggalkan saya demi sekolah di kota hujan.  Film yang saya tonton kalau tidak salah Once Upon a Time in China VI, pemain utamanya Jet Lee dan Rosamund Kwan, dan saat itu AC di studio tidak jalan, sehingga gerah dan beberapa penonton misuh-misuh.

Kemudian seperti biasa, setelahnya adalah ritual lihat-lihat buku di Gramedia.

Saya juga masih ingat, niat untuk kembali kesitu lagi besoknya, hari Jum'atnya.  Mungkin saat itu saya lagi kaya raya, sehingga ingin kembali kesitu lagi.  Tapi saya lupa, hal apa yang mencegah saya untuk mewujudkan niat itu.

Kalau saya berkeras hati kembali kesitu pada tanggal 23 Mei itu, mungkin saat ini, jemari saya tak sedang mengetikkan hal ini.  Karena semua hal di plaza itu di bumihanguskan, entah sebenarnya oleh siapa, entah niatnya apa, entah atas dasar apa.

Satu hal yang saya sangat sesalkan adalah, seisi toko buku Gramedia yang menjadi abu.  Padahal kalau tak salah, masih ada karya bubin LantanG yang masih dipajang disitu.  Coba saja saya tahu, tak cuma Jejak-jejak yang saya beli.  Coba saja begitu.

Komentar

  1. saya merasa malu baca tulisan om. beneran setelah saya baca semua link di tulisan om ini.. saya jadi benar2 malu bahwa saya tak tau apa2 tentang cerita " jum'at kelabu" rasanya saya harus banyak membaca sejarah lagi. terimakasih om selalu ada sesuatu baru yang om berikan. #kursidepan

    BalasHapus
    Balasan
    1. lha knp harus malu? biasa aja mas, saya jg toh ga banyak tau apa yg terjadi di kampungnya njenengan :)

      Hapus
    2. karna setelah saya baca kok ternyata peristiwa yang besar juga ya om..maklum om tingkat bacanya masih rendah :)

      Hapus
  2. 19 tahun bukan waktu yang sebentar lohh hehe

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rekomendasi Toko & Bengkel Sepeda di Jogja

Sejak 'mengenal' sepeda, beberapa kawan yang sangat mengerti anatomi, morfologi dan histologi sepeda, saya pun memberanikan diri memberi rekomendasi beberapa toko dan bengkel sepeda di Jogja yang harus disambangi dikala sepeda memerlukan perawatan dan penggantian suku cadang. Rekomendasi tempat-tempat ini berdasarkan pertimbangan: harga, kelengkapan ketersediaan suku cadang, hasil seting sepeda dan pengalaman empunya bengkel.  Juga pengalaman beberapa kawan saat membeli spare part ataupun memperbaiki sepedanya.  Rata-rata setiap toko atau tempat yang menyediakan sepeda dan suku cadangnya juga menyediakan tempat dan tenaga untuk seting dan reparasi, tapi tak semua hasilnya bagus.   Bengkel sepeda Rofi (Rahul Bike) ,  pemiliknya adalah teman saya di komunitas sepeda Federal , tapi menurut sejarah awalnya justru beliau akrab dengan sepeda-sepeda keluaran baru.  Hasil seting sepeda mas Rofi ini sudah sangat dapat dipertanggungjawabkan, hal ini bisa dilihat dari jej

ada apa hari ini

 rencananya adalah: hunting komik lagi di lapak depan jalan nyuci sepeda bikin materi untuk ngajar besok, artinya kudu baca ulang lagi materinya belajar swot, skoringnya masih belum ngerti, hedeh.. mudahan mahasiswaku ga baca blog ini haha sepedaan bentar sore-sore.. dan sepagi ini, saya kembali, iya kembalai, men- deactive akun-akun sosmed saya, dan lagi-lagi, saya tak tahu sampai kapan itu berlangsung, toh siapa juga yang nyari saya kan haha kecuali blog ini, tampaknya tetap dipertahankan aktif untuk menumpahkan kisah-kisah tak jelas sepanjang waktunya.. tadinya kepikiran untuk menghapus akun whatsapp  untuk sementara waktu, tapi tak bisa karena ada terkait kerjaan di kantor, walau akhir-akhir ini tak begitu ada kerjaan juga, jadi ya mungkin ditengok sesekali saja. itu saja dulu, eh apa saya perlu.. hedeuh apa tadi lupa

..mencoba instal Lubuntu di Lenovo S206

..leptop honey, istri saya itu kondisinya sekarang lumayan amburadul, wifi susah konek, batterynya error - ya kalo ini sih salah saya gara-gara pernah nge-charge kelamaan-,  dan terakhir suka mati-mati sendiri sehabis diinstal ulang sama windows 7 (bajakan). Saya putuskan untuk instal linux saja, kali ini saya instalin Lubuntu, turunan ubuntu dengan pertimbangan spec leptop yang lumayan pas-pasan: RAM cuma 2 Gb dan prosesor yang cuma dual core 1,4 Gb.  Sebenarnya saya pengen nginstalin debian lagi, tapi selain lupa caranya, saya juga pengen nyoba OS yang lain, setelah saya timbang-timbang yang file ISO-nya lumayan kecil ya cuma Lubuntu, cuma sekitar 900-an Mb.  Itu juga lumayan lama downloadnya, cuma ngandelin hotspot dari hape. Setelah dapet iso-nya, bikin bootable di flashdisk pake unetbootin , lalu mencoba instal, berhubung saya termasuk user abal-abal yang taunya instal dan klik sana sini, jadi belum berani instal seluruhnya, takut data yang ada di hardisk keformat seperti