Sebenarnya ini adalah berita basi tampaknya, tapi kembali diangkat ke media, saya juga baru tahu tentang kuas yang bahan utamanya disinyalir berasal dari bulu babi di harian radar Banjar kemarin kalau tidak salah.
Beberapa artikel yang mengulas tentang 'kuas haram' tersebut bisa juga dilihat di situ dan disana dan disono. Entah kenapa berita itu saya rasa agak sedikit janggal, apalagi setelah tahu kalo kata 'bristle' yang menjadi masalah disitu sebenarnya artinya adalah buku, bukan bulu babi seperti kalimat yang dijadikan judul menarik itu.
Karena yang menjadi rujukan adalah kamus webster, maka karena penasaran saya lihatlah yang dimaksud sebenarnya disana, ternyata toh di kamus webster yang dijadikan kutipan tampaknya adalah kalimat as the bristles of an angry hog, dan itu adalah bentuk transitive verb. Artinya kurang lebih ya demikianlah, bukan semata-mata disamakan bahwa bristler itu adalah bulu babi, tapi semacam tak nyambung lah alias menyimpang dari arti bristle itu sendiri.
Kemudian, rujukan lainnya yaitu wikipedia, disitu memang menyebutkan bahwa salah satu bahan bulu alami yang dipakai untuk kuas adalah bulu dari babi, tapi toh setelah saya searching sana sini, dan akhirnya menemukan artikel tentang chungking brustle disana dan disana. Ternyata kuas yang dikhawatirkan itu kebanyakan digunakan untuk melukis, karena faktor kelembutan bukunya sepertinya.
Jadi kalaupun ada kekhawatiran bahwa kuas untuk kue terbuat dari bulu babi, mungkin bisa merujuk dari katalog utama bahan kuas itu sendiri, tidak semata mencurigainya hanya berdasarkan label terbuat dari 'bristle, karena itu bukan berarti terbuat dari hog bristle. Mungkin harus ditelusuri lebih lanjut untuk memastikan keabsahan bahannya.
Kalau menurut saya sih amannya ya kalau ragu-ragu saat bikin kue atau roti gitu, gunakan saya kuas berbahan lain, yang dari fiber sintetis ataupun yang dari silikon kayak yang ada di foto. Tapi saya sendiri sepertinya belum punya kuas macam itu *hloh*
Komentar
Posting Komentar