Langsung ke konten utama

rak toko obat

sumber: lovepik.com


.. aku membayangkan sedang bekerja di toko obat tradisional, penuh toples dan rak-rak berisi bahan-bahan obat, dan siap meracik obat sesuai permintaan pelanggan ..

rasio bahan-bahan, cara meraciknya, tentu saja sedikit rahasia, dan obat baru akan siap setelah mendengar perminaan pelanggan

lalu bergerak ke beberapa rak, mengambil bahan secukupnya, mencampurkannya ke dalam sebuah wadah- semacam lumpang yang terbuat dari besi, kemudian mengambil lagi berbagai bahan dari toples kaca yang berderet-deret di atas rak bertingkat

tentu saja tak perlu waktu lama untuk pelanggan menunggu obat racikannya, selain tentu saja ada jeda waktu untuk menunggu pesanan dipenuhi

peracikan obat relatif mudah karena sudah ada dalam kepala semua komposisinya, kemudian mencari bahan-bahannya pun gampang karena semua rak-rak dan toples bahan obat terorganisir dengan baik .. obat yang telah selesai diracik diserahkan ke pelanggan sesuai permintaan~ selesai.

begitulah mungkin gambaran singkat tentang proses bisnis inovasi yang sedang on progress itu, tampaknya lebih mudah menggambarkannya seperti itu sih ya..

Komentar

  1. Wah, ternyata mulai beralih jadi pengusaha.

    BalasHapus
  2. baca ini saya jadi ingat tulisan2 om warm di ngerumpi :)

    -fay-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rd:

      Duh, masa2 itu hehe terimakasih ya fay. Smoga sehat selalu!

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rekomendasi Toko & Bengkel Sepeda di Jogja

Sejak 'mengenal' sepeda, beberapa kawan yang sangat mengerti anatomi, morfologi dan histologi sepeda, saya pun memberanikan diri memberi rekomendasi beberapa toko dan bengkel sepeda di Jogja yang harus disambangi dikala sepeda memerlukan perawatan dan penggantian suku cadang. Rekomendasi tempat-tempat ini berdasarkan pertimbangan: harga, kelengkapan ketersediaan suku cadang, hasil seting sepeda dan pengalaman empunya bengkel.  Juga pengalaman beberapa kawan saat membeli spare part ataupun memperbaiki sepedanya.  Rata-rata setiap toko atau tempat yang menyediakan sepeda dan suku cadangnya juga menyediakan tempat dan tenaga untuk seting dan reparasi, tapi tak semua hasilnya bagus.   Bengkel sepeda Rofi (Rahul Bike) ,  pemiliknya adalah teman saya di komunitas sepeda Federal , tapi menurut sejarah awalnya justru beliau akrab dengan sepeda-sepeda keluaran baru.  Hasil seting sepeda mas Rofi ini sudah sangat dapat dipertanggungjawabkan, hal ini bisa dilihat dari jej

..mencoba instal Lubuntu di Lenovo S206

..leptop honey, istri saya itu kondisinya sekarang lumayan amburadul, wifi susah konek, batterynya error - ya kalo ini sih salah saya gara-gara pernah nge-charge kelamaan-,  dan terakhir suka mati-mati sendiri sehabis diinstal ulang sama windows 7 (bajakan). Saya putuskan untuk instal linux saja, kali ini saya instalin Lubuntu, turunan ubuntu dengan pertimbangan spec leptop yang lumayan pas-pasan: RAM cuma 2 Gb dan prosesor yang cuma dual core 1,4 Gb.  Sebenarnya saya pengen nginstalin debian lagi, tapi selain lupa caranya, saya juga pengen nyoba OS yang lain, setelah saya timbang-timbang yang file ISO-nya lumayan kecil ya cuma Lubuntu, cuma sekitar 900-an Mb.  Itu juga lumayan lama downloadnya, cuma ngandelin hotspot dari hape. Setelah dapet iso-nya, bikin bootable di flashdisk pake unetbootin , lalu mencoba instal, berhubung saya termasuk user abal-abal yang taunya instal dan klik sana sini, jadi belum berani instal seluruhnya, takut data yang ada di hardisk keformat seperti

jejak bubin Lantang

jika ditanya salah satu kota yang ingin saya datengin sejak berpuluh tahun yang lalu, jawaban saya pastilah: Bandar Lampung.  Tentu karena nama-nama sudut kota itu lekat di otak saya, gara-gara karya bubin Lantang itulah. dan saya, akhirnya menjejakkan kaki juga di tanah impian itu.  Sengaja dari penginepan, naik gojeg ke Jl. Manggis.  Itu kalo di serial Anak-anak Mama Alin adalah lokasi rumahnya Wulansari- ceweknya 'Ra. Sedangkan di novel Bila, itu adalah jalan tempat kediamannya Puji- ceweknya Fay. di Bila, malah jelas dibilangin nomer rumahnya: empatbelas, ya persis nomer rumah saya dulu di kampung.  Melihat plang nama jalan Manggis saja saya senang tak terkira.   Apalagi habis itu menemukan rumah bernomor 14.  Dan saya baru tau kalo itu rumah pegawai perusahaan kereta api.  Rumah tua memang, persis seperti yang digambarin di buku. Belum cukup senang saya, saat berjalan ke arah barat, ternyata ujung jalan bermuara ke Pasir Gintung! Tempat legendaris yang digambarkan sebaga