Langsung ke konten utama

untuk yang ke delapan kali ..

 .. ternyata usaha deactive akun-akun sosial media, ya namanya juga labil, paling nanti aktif lagi entah kapan.. sungguh kalimat yang bikin  de ja vu.

paling tidak itu yang terhitung setelah melihat kisah-kisah lama tentang deactive sosial media di postingan-postingan di blog ini, walau sebenarnya tak begitu ngaruh juga karena sosmed-an juga cuma sesekali, tak ada FOMO juga, coba dicek:

twitter: paling sering cuma untuk ngejawab kuis harian berjudul KATLA yang seringkali bikin kesel itu, lalu sesekali melihat tab replies yang isinya cuma mention dari @dosengila yang pamer keberhasilannya menjawab soal Katla hari itu, atau sesekali ada like dari @elmanohara saat saya berhasil ataupun gagal menjawab soal Katla.

Sesekali melihat trending topik yang selalu isinya dipenuhi oleh iklan, bermacam iklan, seakan-akan orang-orang berlomba-lomba menggunakan hashtag biar tampil di urutan paling atas, sehingga topik utama aslinya malah tenggelam. mengesalkan memang

facebook: paling awal saya buka akhir-akhir ini adalah tab memories, yang berisikan status-status di masa lampau di hari yang sama, entah kenapa menyenangkan melihat-lihat kalimat-kalimat yang dicetuskan di masa-masa silam itu.  Setelahnya ya cuma melihat-lihat apdetan kawan, paling sering muncul paling atas sih status mas Adi Wijaya yang menyenangkan, nyaris tiap hari ceritanya tentang sepedaan saja di sekujur wilayah Jogja, hidupnya menyenangkan sungguh.

instagram: akhir-akhir ini begitu malas malah apdet postingan di situ, entah kenapa seperti kehabisan ide, palingan cuma apdet story sahaja, itu juga seringkali setelah dicek ulang dan tak pantas lalu dihapus lagi.  Sepertinya lebih seru memperhatikan story orang-orang yang kebanyakan bercerita tentang sepedaan, kerjaan, makan, kucing atau malah tentang vokalis band.

sementara, akun kompasiana pun sekarang lebih banyak nganggur, lebih sering dianggurin, belum ada yang menarik lagi, atau tak ada ide yang pas untuk diceritakan di sana.

lalu apa? yaudah sesekali nulis di sini lagi saja lah.de

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rekomendasi Toko & Bengkel Sepeda di Jogja

Sejak 'mengenal' sepeda, beberapa kawan yang sangat mengerti anatomi, morfologi dan histologi sepeda, saya pun memberanikan diri memberi rekomendasi beberapa toko dan bengkel sepeda di Jogja yang harus disambangi dikala sepeda memerlukan perawatan dan penggantian suku cadang. Rekomendasi tempat-tempat ini berdasarkan pertimbangan: harga, kelengkapan ketersediaan suku cadang, hasil seting sepeda dan pengalaman empunya bengkel.  Juga pengalaman beberapa kawan saat membeli spare part ataupun memperbaiki sepedanya.  Rata-rata setiap toko atau tempat yang menyediakan sepeda dan suku cadangnya juga menyediakan tempat dan tenaga untuk seting dan reparasi, tapi tak semua hasilnya bagus.   Bengkel sepeda Rofi (Rahul Bike) ,  pemiliknya adalah teman saya di komunitas sepeda Federal , tapi menurut sejarah awalnya justru beliau akrab dengan sepeda-sepeda keluaran baru.  Hasil seting sepeda mas Rofi ini sudah sangat dapat dipertanggungjawabkan, hal ini bisa dilihat dari jej

..mencoba instal Lubuntu di Lenovo S206

..leptop honey, istri saya itu kondisinya sekarang lumayan amburadul, wifi susah konek, batterynya error - ya kalo ini sih salah saya gara-gara pernah nge-charge kelamaan-,  dan terakhir suka mati-mati sendiri sehabis diinstal ulang sama windows 7 (bajakan). Saya putuskan untuk instal linux saja, kali ini saya instalin Lubuntu, turunan ubuntu dengan pertimbangan spec leptop yang lumayan pas-pasan: RAM cuma 2 Gb dan prosesor yang cuma dual core 1,4 Gb.  Sebenarnya saya pengen nginstalin debian lagi, tapi selain lupa caranya, saya juga pengen nyoba OS yang lain, setelah saya timbang-timbang yang file ISO-nya lumayan kecil ya cuma Lubuntu, cuma sekitar 900-an Mb.  Itu juga lumayan lama downloadnya, cuma ngandelin hotspot dari hape. Setelah dapet iso-nya, bikin bootable di flashdisk pake unetbootin , lalu mencoba instal, berhubung saya termasuk user abal-abal yang taunya instal dan klik sana sini, jadi belum berani instal seluruhnya, takut data yang ada di hardisk keformat seperti

jejak bubin Lantang

jika ditanya salah satu kota yang ingin saya datengin sejak berpuluh tahun yang lalu, jawaban saya pastilah: Bandar Lampung.  Tentu karena nama-nama sudut kota itu lekat di otak saya, gara-gara karya bubin Lantang itulah. dan saya, akhirnya menjejakkan kaki juga di tanah impian itu.  Sengaja dari penginepan, naik gojeg ke Jl. Manggis.  Itu kalo di serial Anak-anak Mama Alin adalah lokasi rumahnya Wulansari- ceweknya 'Ra. Sedangkan di novel Bila, itu adalah jalan tempat kediamannya Puji- ceweknya Fay. di Bila, malah jelas dibilangin nomer rumahnya: empatbelas, ya persis nomer rumah saya dulu di kampung.  Melihat plang nama jalan Manggis saja saya senang tak terkira.   Apalagi habis itu menemukan rumah bernomor 14.  Dan saya baru tau kalo itu rumah pegawai perusahaan kereta api.  Rumah tua memang, persis seperti yang digambarin di buku. Belum cukup senang saya, saat berjalan ke arah barat, ternyata ujung jalan bermuara ke Pasir Gintung! Tempat legendaris yang digambarkan sebaga