Kadang konsep takdir ini membingungkan, bukan--- bukannya tak percaya, wong dalam rukun iman kita diwajibkan mempercayai destiny kok.
Cuma jadinya kan jadi bertentangan dengan konsep doa, yang intinya meminta pada sang Maha Kuasa untuk memberikn hal-hal baik kepada kita.
Di satu sisi, segala sesuatunya sudah digariskan tanpa bisa diganggu gugat, bahkan semenjak lahir, di sisi lain kita meminta hal baik, jadi gimana? Itu kan seakan-akan menjadikan doa sebuah upaya untuk membelokkan takdir.
Destiny adalah garisan yang tidak bisa diganggu gugat, artinya walau berdoa sekuat tenaga kalau memang jalannya sudah ditentukan ya harusnya manusia tidak bisa berbelok dari situ, bahkan nantinya jika doa dianggap mewujudkan sesuatu, lama-lama malah merasa diri adalah Tuhan, yang jika meminta sesuatu jadi terwujud. Pemikiran yang berbahaya juga lama-lama.
Saya malah mikirnya seperti buku Pilih Sendiri Petualanganmu, jadi dalam buku itu ada beberapa pilihan, tergantung nanti pas sampai pada halaman pilihan, kita bisa memilih lanjutannya pada halaman berapa. Dan setiap pilihan memiliki ending yang berbeda-beda, ada yang menyenangkan, ada yang menyebalkan dan ada juga yang tragis.
Mungkin konsep takdir itu sebenarnya seperti itu pada akhirnya, takdir tidak ditetapkan secara tunggal, tapi berlapis dan bercabang-cabang, sesuai kehendak-Nya. Walaupun tentu saja apapun jadinya dan apapun endingnya, tetap saja hak prerogatif-Nya.
Tulisan ini sebenarnya agar logika antara sesuatu yang bernama takdir dan doa tidak saling bertentangan, tentu saja ditulis dengan segala keterbatasan manusia. Saya. Yang kurang ilmu.
Komentar
Posting Komentar