Mungkin, jika sistem kerjaan berjalan dengan baik, aku akan sedikit lebih rajin, tapi bekerja dengan orang yang tujuannya hanyalah uang, uang dan uang jadinya malas. Lha, buat apa capek-capek mikirin capaian ini itu tapi tak dipedulikan juga, yang dipedulikan cuma uang, uang dan uang.
Aku merasa terusik.
Ini mirip dengan kejadian beberapa tahun silam, saat komputer kantor melambat merayap, dan tak ada lagi yang bisa dilakukan selain menambah sedikit RAM, walau tak banyak membantu. Minta duit untuk beli sedikit RAM sama pejabat yang bertanggungjawab untuk itu. Bukannya ditanya gimana kondisi komputer dan pengaruhnya terhadap kerjaan, yang ada malah sebaris pesan: duit untuk beli RAM yangan dihabisin semua ya.
Buset dah, itu anggaran yang sangar terbatas jika pun dimaksimalkan untuk beli peripheral komputer ga akan cukup, malah sempat-sempatnya mikir untuk makan anggaran kantor yang cuma seuprit itu, semoga otakmu melambat kaya komputer yang akhirnya tak banyak terbantu dengan ram yang pas-pasan itu.
Sekarang ya gitu lagi, duh gimana bisa maksimal kerjaan, jika biaya yang sangat pas-pasan masih dipikirin untuk disikat juga. Orang seperti itu isi otaknya apa sih ya. Hedeh
para beliau yang sembarang beliau kenapa kebanyakan seperti itu ya om warm?
BalasHapusaku jg bingung, seakan-akan aji mumpung itu bagus hedeh
Hapus