Langsung ke konten utama

Tuhan Tahu Tapi Menunggu

Kemarin nonton Vindes yang bintang tamunya Nopek, komika yang sedang naik daun.  Dia ada bercerita tentang pengalamannya terpuruk, lalu mengikuti petuah Ust Yusuf Mansur, tokoh yang sekarang sedang dicerca banyak orang.  Kontras, ya.

Kata Nopek selama setahun dia tirakat, sepertinya juga rajin shuha, sholat tepata waktu dan entah apa lagi, cuma diceritakan sekilas.  Terus katanya berhenti melakukan amalan-amalan baik karena menurutnya tak ada hasilnya.

Saat cukup sukses sekarang, dia seakan bernada miring tentang amalan baiknya di masa lalu itu, bukan miring sih, seakan-akan apa yang dia lakukan itu benar-benar tidak ada hasilnya.  Apa tidak ada cermin untuk ngaca gimana dia sekarang?

Hal-hal baik yang dilakukan, apalagi terkait ibadah, amalan baik, memang jarang ada yang langsung kelihatan hasilnya.  Perlu proses.  Emangnya elu siapa sampai-sampai semua amalan baikmu bisa diganjar secara express.

Dan manusia tak akan pernah tau ganjaran dari Yang Maha Kuasa terkait kelakuan baik dan buruknya.

Dulu, Adhitya Mulya penulis novel Jomblo favorit saya, pernah juga sinis dengan petuah bahwa berharap pada Yang Maha pada saat kita memberi itu tak perlu.   Memberilah dengan ikhlas tanpa perlu berharap apa-apa.  Itu juga tak salah, terus berbuat baik tanpa perlu hitung-hitungan.

Tapi, berbuat baik terus mengharap balasan kebaikan dari Allah apa salahnya?  Bukankah malah wajib kita meminta pada-Nya?  Kecuali meminta pada manusia, yang justru sengaja atau tak sengaja sering dilakukan demi fasilitas dunia.

di ayat 5 Al Fatihah juga terang benderang perintah itu ada, bahwa .. hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan"

Wong disuruh meminta, kok. Itu juga sekalian nunjukkin kalau manusia itu lemah, bisanya cuma minta pada-Nya. Nah, urusan memberi baru sama manusia.  Soal balesan, tenang wae itu juga urusan-Nya.  Insya Allah bakal dibales kok.  Elu yakin atau tidak yakin juga pasti dibales.

Cuma masalahnya manusia ki ga sabaran, maunya serba cepet.  Lalu ujung-ujungnya suudzon dengan ketentuan-Nya. Hedeh.

Leo Tolstoy pun berkata bahwa "..Tuhan tahu tapi ia menunggu..."

Menunggu waktu yang pas untuk membalas segala kelakuanmu, duh kalau sudah gini jadi takut sendiri :|

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rekomendasi Toko & Bengkel Sepeda di Jogja

Sejak 'mengenal' sepeda, beberapa kawan yang sangat mengerti anatomi, morfologi dan histologi sepeda, saya pun memberanikan diri memberi rekomendasi beberapa toko dan bengkel sepeda di Jogja yang harus disambangi dikala sepeda memerlukan perawatan dan penggantian suku cadang. Rekomendasi tempat-tempat ini berdasarkan pertimbangan: harga, kelengkapan ketersediaan suku cadang, hasil seting sepeda dan pengalaman empunya bengkel.  Juga pengalaman beberapa kawan saat membeli spare part ataupun memperbaiki sepedanya.  Rata-rata setiap toko atau tempat yang menyediakan sepeda dan suku cadangnya juga menyediakan tempat dan tenaga untuk seting dan reparasi, tapi tak semua hasilnya bagus.   Bengkel sepeda Rofi (Rahul Bike) ,  pemiliknya adalah teman saya di komunitas sepeda Federal , tapi menurut sejarah awalnya justru beliau akrab dengan sepeda-sepeda keluaran baru.  Hasil seting sepeda mas Rofi ini sudah sangat dapat dipertanggungjawabkan, hal ini bisa dilihat dari jej

..mencoba instal Lubuntu di Lenovo S206

..leptop honey, istri saya itu kondisinya sekarang lumayan amburadul, wifi susah konek, batterynya error - ya kalo ini sih salah saya gara-gara pernah nge-charge kelamaan-,  dan terakhir suka mati-mati sendiri sehabis diinstal ulang sama windows 7 (bajakan). Saya putuskan untuk instal linux saja, kali ini saya instalin Lubuntu, turunan ubuntu dengan pertimbangan spec leptop yang lumayan pas-pasan: RAM cuma 2 Gb dan prosesor yang cuma dual core 1,4 Gb.  Sebenarnya saya pengen nginstalin debian lagi, tapi selain lupa caranya, saya juga pengen nyoba OS yang lain, setelah saya timbang-timbang yang file ISO-nya lumayan kecil ya cuma Lubuntu, cuma sekitar 900-an Mb.  Itu juga lumayan lama downloadnya, cuma ngandelin hotspot dari hape. Setelah dapet iso-nya, bikin bootable di flashdisk pake unetbootin , lalu mencoba instal, berhubung saya termasuk user abal-abal yang taunya instal dan klik sana sini, jadi belum berani instal seluruhnya, takut data yang ada di hardisk keformat seperti

jejak bubin Lantang

jika ditanya salah satu kota yang ingin saya datengin sejak berpuluh tahun yang lalu, jawaban saya pastilah: Bandar Lampung.  Tentu karena nama-nama sudut kota itu lekat di otak saya, gara-gara karya bubin Lantang itulah. dan saya, akhirnya menjejakkan kaki juga di tanah impian itu.  Sengaja dari penginepan, naik gojeg ke Jl. Manggis.  Itu kalo di serial Anak-anak Mama Alin adalah lokasi rumahnya Wulansari- ceweknya 'Ra. Sedangkan di novel Bila, itu adalah jalan tempat kediamannya Puji- ceweknya Fay. di Bila, malah jelas dibilangin nomer rumahnya: empatbelas, ya persis nomer rumah saya dulu di kampung.  Melihat plang nama jalan Manggis saja saya senang tak terkira.   Apalagi habis itu menemukan rumah bernomor 14.  Dan saya baru tau kalo itu rumah pegawai perusahaan kereta api.  Rumah tua memang, persis seperti yang digambarin di buku. Belum cukup senang saya, saat berjalan ke arah barat, ternyata ujung jalan bermuara ke Pasir Gintung! Tempat legendaris yang digambarkan sebaga