Langsung ke konten utama

semakin besar, semakin bagus, semakin belajar, semakin diuji

.. aku pernah sok-sokan ngasih petuah sama seorang kawan yang benar-benar terpuruk saat di masa akhir studi s3-nya, leptop, hardisk ekesternal, flashdisk, dan semua data pentingnya hilang dicuri orang, belum lagi mobil beserta semua peralatan penelitiannya dicuri orang juga saat parkir di kampus dekat site riset.

melihatnya terduduk lesu di teras sd saat sama-sama menjemput anak yang sekolah di tempat yang sama, aku pun mendekatinya, menanyakan masalahnya, setelah dia bercerita tentang musibah yang datang bertubi-tubi itu, aku cuma bisa membesarkan hatinya..

temanku itu memang bukan main-main ilmunya, ilmu dunia maupun akhirat, tapi toh akhirnya nyaris tumbang juga setelah diuji, aku bilang.. bahwa ujian dunia tentu mengikuti ilmu seseorang, semakin tinggi ilmu seseorang tentu ujiannya juga semakin berat.

kubilang, ibarat dirimu yang sudah s3, tentu soal ujiannya juga untuk s3, tidak mungkin diuji dengan soal ujian anak sekolah dasar .. sambil aku bercanda sama dirinya : salahmu punya ilmu tinggi-tinggi, jadi diuji dengan persoalan yang hebat pula

temanku tersenyum, lalu bangkit lagi, terus menyelesaikan disertasinya, walau ada lagi ujian susulan: promotor utamanya meninggal dunia saat menjelang seminar hasil risetnya, ditambah lagi ternyata dosen penggantinya justru bukan dari jurusan yang mengerti isi risetnya.

untunglah dia akhirnya lulus dengan baik, dan akhirnya dia malah membantuku masuk kuliah di jurusan yang sama dengannya, dan setelah aku ternyata mendapatkan 'ujian' pula dalam proses kuliah, terus aku nanya: kalau dirimu saja bermasalah di jurusan kuliah ini, kenapa merekemondasikannya padaku?

jawabnya: dirimu yang terakhir aku rekomendasikan untuk kuliah di sini. halagh!

tapi aku toh tidak menyesal, banyak yang aku dapatkan di tempat aku belajar selama tujuh tahun penuh, baik belajar di kampus maupun dari kehidupan sekitar, dan tentu saja ujian-ujian yang menyertainya.

kesimpulannya ya jikalau hidupmu ingin naik kelas, siap-siapa saja untuk menghadapi berbagai ujian yang pasti akan datang.  caranya ya belajar, terutama mempelajari diri sendiri, dan tentu mempersiapkan mental untuk menghadapi ujian yang terkadang tak ada kata petunjuk bagaimana cara menghadapinya, dan tak ada yang tahu caranya selain dirimu sendiri..

Komentar

  1. Aku gak suka ujian. :(((((((((((((((((((

    BalasHapus
    Balasan
    1. tapi kan rajin belajaarrr..

      Hapus
    2. dikasih ujian terus sama universe gara2 gak belajar-belajar. T__T

      Hapus
    3. belajar sih belajar, tp sering bolos, aku maksudnya 😐

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rekomendasi Toko & Bengkel Sepeda di Jogja

Sejak 'mengenal' sepeda, beberapa kawan yang sangat mengerti anatomi, morfologi dan histologi sepeda, saya pun memberanikan diri memberi rekomendasi beberapa toko dan bengkel sepeda di Jogja yang harus disambangi dikala sepeda memerlukan perawatan dan penggantian suku cadang. Rekomendasi tempat-tempat ini berdasarkan pertimbangan: harga, kelengkapan ketersediaan suku cadang, hasil seting sepeda dan pengalaman empunya bengkel.  Juga pengalaman beberapa kawan saat membeli spare part ataupun memperbaiki sepedanya.  Rata-rata setiap toko atau tempat yang menyediakan sepeda dan suku cadangnya juga menyediakan tempat dan tenaga untuk seting dan reparasi, tapi tak semua hasilnya bagus.   Bengkel sepeda Rofi (Rahul Bike) ,  pemiliknya adalah teman saya di komunitas sepeda Federal , tapi menurut sejarah awalnya justru beliau akrab dengan sepeda-sepeda keluaran baru.  Hasil seting sepeda mas Rofi ini sudah sangat dapat dipertanggungjawabkan, hal ini bisa dilihat dari jej

..mencoba instal Lubuntu di Lenovo S206

..leptop honey, istri saya itu kondisinya sekarang lumayan amburadul, wifi susah konek, batterynya error - ya kalo ini sih salah saya gara-gara pernah nge-charge kelamaan-,  dan terakhir suka mati-mati sendiri sehabis diinstal ulang sama windows 7 (bajakan). Saya putuskan untuk instal linux saja, kali ini saya instalin Lubuntu, turunan ubuntu dengan pertimbangan spec leptop yang lumayan pas-pasan: RAM cuma 2 Gb dan prosesor yang cuma dual core 1,4 Gb.  Sebenarnya saya pengen nginstalin debian lagi, tapi selain lupa caranya, saya juga pengen nyoba OS yang lain, setelah saya timbang-timbang yang file ISO-nya lumayan kecil ya cuma Lubuntu, cuma sekitar 900-an Mb.  Itu juga lumayan lama downloadnya, cuma ngandelin hotspot dari hape. Setelah dapet iso-nya, bikin bootable di flashdisk pake unetbootin , lalu mencoba instal, berhubung saya termasuk user abal-abal yang taunya instal dan klik sana sini, jadi belum berani instal seluruhnya, takut data yang ada di hardisk keformat seperti

jejak bubin Lantang

jika ditanya salah satu kota yang ingin saya datengin sejak berpuluh tahun yang lalu, jawaban saya pastilah: Bandar Lampung.  Tentu karena nama-nama sudut kota itu lekat di otak saya, gara-gara karya bubin Lantang itulah. dan saya, akhirnya menjejakkan kaki juga di tanah impian itu.  Sengaja dari penginepan, naik gojeg ke Jl. Manggis.  Itu kalo di serial Anak-anak Mama Alin adalah lokasi rumahnya Wulansari- ceweknya 'Ra. Sedangkan di novel Bila, itu adalah jalan tempat kediamannya Puji- ceweknya Fay. di Bila, malah jelas dibilangin nomer rumahnya: empatbelas, ya persis nomer rumah saya dulu di kampung.  Melihat plang nama jalan Manggis saja saya senang tak terkira.   Apalagi habis itu menemukan rumah bernomor 14.  Dan saya baru tau kalo itu rumah pegawai perusahaan kereta api.  Rumah tua memang, persis seperti yang digambarin di buku. Belum cukup senang saya, saat berjalan ke arah barat, ternyata ujung jalan bermuara ke Pasir Gintung! Tempat legendaris yang digambarkan sebaga