Langsung ke konten utama

#selintas malam

..patah hati tidak mesti dari cinta yg ditolak kan? -@cyraflame

Angkringan di depan hotel itu memang tidak seramai di tempat lain, tapi justru itu yang selalu menjadikan tempat pilihan mereka, yang seringkali duduk bersebelahan sambil memandang barat jalan. Sabtu malam itu baru beranjak menuju pukul sembilan, segelas jahe panas dan setengah gelas kopi susu, tak ada menu kopi arang di situ, minuman favoritnya Bumi. 

Obrolan yang random, ada sisa-sisa bungkus nasi kucing yang terlipat rapi, tusuk sate usus dan undur-undur juga sekilas aroma bermacam makanan di belakang mereka. Lebih banyak Bumi yang bercerita saat itu, tentang kerjaan baru yang jaraknya seratus kilo di utara Jogja, juga tentang rindunya akan kota kecilnya ini, sehingga terus memaksa untuk pulang tiap akhir pekan, seperti sekarang. 

"Yakin, cuma rindu kampung halaman?". Tiba-tiba Air nyeletuk. 
"Menurutmu?" Bumi membalas singkat, sambil menatap sekilas lelaki di sampingnya. 

Lalu, hening sejenak. Mengalihkan pikiran dengan mengambil gelas masing-masing, berbarengan, dan meminumnya pelan-pelan, juga beriringan. Meletakannya lagi ke samping bangku kayu, dalam detik yang sama pula. 

"Jadi?" Layaknya dalam adegan di sebuah film, ucapan mereka kembali satu nada, diam beberapa detik, untuk kemudian tertawa lepas bersama-sama. Tapi diam-diam Air menatap Bumi, saat empunya mata indah itu bercerita dengan segala binar yang dia punya. Tentang rencana kehidupan ke depannya, tentang kawan-kawan di tempat kerjanya, tentang seorang lelaki yang pelan-pelan mendekatinya..

"Kamu yakin?" 
"Apanya?" 
"Lelaki itu.." 
"Dia baik, sih .." 
"Trus..?" 
"Eh, kok kamu kepo?" Bumi menatap tajam ke arah Air. 
"Ah, tidak.. mau nanya aja.." Menjawab sambil berusaha mengalihkan rasa yang jahe yang terasa sedikit anyep. Pedasnya masih terasa, tapi ada setitik rasa pahit yang diam-diam menyebar.. 

"Kamu sendiri, gimana?" Ada pertanyaan yang dikembalikan. 
"Apanya?" 
"Maunya gimana?" 
"Eh, kok? " 
"Aku minta pendapatmu, kira-kira lelaki yang tadi aku ceritakan, gimana?" 
"Ya, entahlah. Segigih apa sih, dia?" 

Dan satu jam kemudian dihabiskan untuk mendengarkan segala detil tentang lelaki yang mendekati Bumi itu, semuanya adalah hal yang baik-baik, dan kentara mata indah itu kembali menebarkan binarnya saat menceritakannya. 

Air tahu. Diam-diam dia harus merasakan bunyi berderak pelan, dari hatinya yang tiba-tiba seperti tertarik gravitasi, jatuh ke bumi...  

..dan Bumi tak pernah tahu akan itu ..

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rekomendasi Toko & Bengkel Sepeda di Jogja

Sejak 'mengenal' sepeda, beberapa kawan yang sangat mengerti anatomi, morfologi dan histologi sepeda, saya pun memberanikan diri memberi rekomendasi beberapa toko dan bengkel sepeda di Jogja yang harus disambangi dikala sepeda memerlukan perawatan dan penggantian suku cadang. Rekomendasi tempat-tempat ini berdasarkan pertimbangan: harga, kelengkapan ketersediaan suku cadang, hasil seting sepeda dan pengalaman empunya bengkel.  Juga pengalaman beberapa kawan saat membeli spare part ataupun memperbaiki sepedanya.  Rata-rata setiap toko atau tempat yang menyediakan sepeda dan suku cadangnya juga menyediakan tempat dan tenaga untuk seting dan reparasi, tapi tak semua hasilnya bagus.   Bengkel sepeda Rofi (Rahul Bike) ,  pemiliknya adalah teman saya di komunitas sepeda Federal , tapi menurut sejarah awalnya justru beliau akrab dengan sepeda-sepeda keluaran baru.  Hasil seting sepeda mas Rofi ini sudah sangat dapat dipertanggungjawabkan, hal ini bisa dilihat dari jej

..mencoba instal Lubuntu di Lenovo S206

..leptop honey, istri saya itu kondisinya sekarang lumayan amburadul, wifi susah konek, batterynya error - ya kalo ini sih salah saya gara-gara pernah nge-charge kelamaan-,  dan terakhir suka mati-mati sendiri sehabis diinstal ulang sama windows 7 (bajakan). Saya putuskan untuk instal linux saja, kali ini saya instalin Lubuntu, turunan ubuntu dengan pertimbangan spec leptop yang lumayan pas-pasan: RAM cuma 2 Gb dan prosesor yang cuma dual core 1,4 Gb.  Sebenarnya saya pengen nginstalin debian lagi, tapi selain lupa caranya, saya juga pengen nyoba OS yang lain, setelah saya timbang-timbang yang file ISO-nya lumayan kecil ya cuma Lubuntu, cuma sekitar 900-an Mb.  Itu juga lumayan lama downloadnya, cuma ngandelin hotspot dari hape. Setelah dapet iso-nya, bikin bootable di flashdisk pake unetbootin , lalu mencoba instal, berhubung saya termasuk user abal-abal yang taunya instal dan klik sana sini, jadi belum berani instal seluruhnya, takut data yang ada di hardisk keformat seperti

jejak bubin Lantang

jika ditanya salah satu kota yang ingin saya datengin sejak berpuluh tahun yang lalu, jawaban saya pastilah: Bandar Lampung.  Tentu karena nama-nama sudut kota itu lekat di otak saya, gara-gara karya bubin Lantang itulah. dan saya, akhirnya menjejakkan kaki juga di tanah impian itu.  Sengaja dari penginepan, naik gojeg ke Jl. Manggis.  Itu kalo di serial Anak-anak Mama Alin adalah lokasi rumahnya Wulansari- ceweknya 'Ra. Sedangkan di novel Bila, itu adalah jalan tempat kediamannya Puji- ceweknya Fay. di Bila, malah jelas dibilangin nomer rumahnya: empatbelas, ya persis nomer rumah saya dulu di kampung.  Melihat plang nama jalan Manggis saja saya senang tak terkira.   Apalagi habis itu menemukan rumah bernomor 14.  Dan saya baru tau kalo itu rumah pegawai perusahaan kereta api.  Rumah tua memang, persis seperti yang digambarin di buku. Belum cukup senang saya, saat berjalan ke arah barat, ternyata ujung jalan bermuara ke Pasir Gintung! Tempat legendaris yang digambarkan sebaga