“Hey, tolong jadilah yang tidak pemaaf”*
Sebaris kalimat itu, muncul setahun kemudian, setelah episode soda di sudut warung internet, di kota mereka yang beranjak dan semakin tua. Muncul begitu saja di kotak pesannya, begitu tiba-tiba tanpa sempat sadar untuk mencernanya. Wanitanya sering menyebut dirinya sendiri sebagai bumi, yang selalu ditutupi luruhan dedaunan beragam warna dan selalu berubah seiring musim. Menyamakan dirinya dengan segala macam kepasrahan atas apapun yang diberikan air yang sedang rajin turun dari langit. Sepotong nama yang akhirnya menjadi julukannya.
Dan, mungkin memang sebaiknya tidaklah ada awalan, jika hanya akan dipungkasi dengan sebuah akhiran. Tapi manusia, selalu tidak akan pernah tahu jumlah tikungan dan jarak yang harus ditempuh, sampai akhirnya percaya bahwa semua sudah tercatat dan tak pernah menjadi sebuah nisbi. Sepenggal sore itu..
/
Bukit Bintang. Sore pelan-pelan sebentar lagi menjelma menjadi gelap, bertukar waktu dengan malam tanpa tahu batas sebenarnya. Bumi masih menikmati ufuk barat, melemparkan pandangannya jauh-jauh, Air hanya memandangi wajah di sampingnya yang bersemburat keemasan, pantulan matahari yang enggan tenggelam di cakrawala.
"Masih betah?"
Pertanyaan singkatnya hanya dijawab dengan anggukan yang tak kalah singkat. Mereka berdua pun akhirnya tenggelam dalam diam. Diam yang tenang. Jemari Air tenang dan pelan mengusap puncak ombak rambut Bumi. Begitu saja, sampai sembilan menit berlalu.
"Yuk, turun", Mata indah itu memberi isyarat. Itu artinya mengarah ke kota. Sedari pagi mereka berdua seakan menguasai ruas jalan dari kota sampai berujung ke pantai paling selatan. Menikmati muaian udara asin, mengakrabi serpihan pasir dan rayuan pecahan ombak. Menyembunyikan waktu dengan kaki yang terendam air laut yang hangat.
Ajakan turun itu cuma dibalas dengan anggukan dan senyuman.
/
.bukankah artinya ini jadi sangat menakutkan?*
..sebuah pesan lagi masuk. Air membacanya pelan-pelan. Memutuskan untuk membalasnya, dengan kalimat yang mungkin hanya mereka berdua yang memahaminya..
/
*kembali, dari tweet @cyraflame
Komentar
Posting Komentar