Langsung ke konten utama

tentang Sepeda, Kaos dan Desain Canva

minggu ini rasanya termasuk malas sepedaan, bukannya malas lagi, tapi sampai hari ini sedari sabtu kemarin rasanya belum ada sepedaan yang berarti, artinya cukup jauh dan cukupan lamanya.  Selain hujan yang sedang rajin dijadikan alasan.  Padahal Soloist di kantor belum pernah diuji coba, bahkan sadelnya belum diseting dengan benar.   Besok mungkin ya, ke gubernuran lah paling tidak.

lalu tentang kaos, paling tidak sudah tiga kali saya ngedesain kaos, terus minta dicetakin di kaos pada seorang kawan, ya karena saya ga bisa desain grafis, maka desainnya pun standar,  cuma tulisan putih di atas bahan berwarna hitam.  Karena bikinnya limited,  bangga juga saat ada yang nanyain: masih ada ngga kaosnya?  Tapi ya jelas ngga ada lagi, dan belum ada niatan untuk bikin lebih banyak.  Barusan saya malah bikin desain lagi, bikin satu aja kayaknya keren.  Seperti ini nih:


tadinya ada yang protes kala saya jadikan status sejenak di WA, tadinya salah tulis, saya bolakbalik aja skalian, kok ya apik. Dan itu bikinnya pake aplikasi gratisan yang bernama Canva, pertamakali tau apps itu dari kang Inda.  Bagus sih appsnya, gratisan dan banyak template gratisan pula untuk diutak-atik.  Coba deh.

Dan ya, btw template blog ini tadi iseng diutak atik sedikit, lagi ga punya ide bagus jadi aja seadanya dan semaunya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rekomendasi Toko & Bengkel Sepeda di Jogja

Sejak 'mengenal' sepeda, beberapa kawan yang sangat mengerti anatomi, morfologi dan histologi sepeda, saya pun memberanikan diri memberi rekomendasi beberapa toko dan bengkel sepeda di Jogja yang harus disambangi dikala sepeda memerlukan perawatan dan penggantian suku cadang. Rekomendasi tempat-tempat ini berdasarkan pertimbangan: harga, kelengkapan ketersediaan suku cadang, hasil seting sepeda dan pengalaman empunya bengkel.  Juga pengalaman beberapa kawan saat membeli spare part ataupun memperbaiki sepedanya.  Rata-rata setiap toko atau tempat yang menyediakan sepeda dan suku cadangnya juga menyediakan tempat dan tenaga untuk seting dan reparasi, tapi tak semua hasilnya bagus.   Bengkel sepeda Rofi (Rahul Bike) ,  pemiliknya adalah teman saya di komunitas sepeda Federal , tapi menurut sejarah awalnya justru beliau akrab dengan sepeda-sepeda keluaran baru.  Hasil seting sepeda mas Rofi ini sudah sangat dapat dipertanggungjawabkan, hal ini bisa dilihat dari jej

..mencoba instal Lubuntu di Lenovo S206

..leptop honey, istri saya itu kondisinya sekarang lumayan amburadul, wifi susah konek, batterynya error - ya kalo ini sih salah saya gara-gara pernah nge-charge kelamaan-,  dan terakhir suka mati-mati sendiri sehabis diinstal ulang sama windows 7 (bajakan). Saya putuskan untuk instal linux saja, kali ini saya instalin Lubuntu, turunan ubuntu dengan pertimbangan spec leptop yang lumayan pas-pasan: RAM cuma 2 Gb dan prosesor yang cuma dual core 1,4 Gb.  Sebenarnya saya pengen nginstalin debian lagi, tapi selain lupa caranya, saya juga pengen nyoba OS yang lain, setelah saya timbang-timbang yang file ISO-nya lumayan kecil ya cuma Lubuntu, cuma sekitar 900-an Mb.  Itu juga lumayan lama downloadnya, cuma ngandelin hotspot dari hape. Setelah dapet iso-nya, bikin bootable di flashdisk pake unetbootin , lalu mencoba instal, berhubung saya termasuk user abal-abal yang taunya instal dan klik sana sini, jadi belum berani instal seluruhnya, takut data yang ada di hardisk keformat seperti

jejak bubin Lantang

jika ditanya salah satu kota yang ingin saya datengin sejak berpuluh tahun yang lalu, jawaban saya pastilah: Bandar Lampung.  Tentu karena nama-nama sudut kota itu lekat di otak saya, gara-gara karya bubin Lantang itulah. dan saya, akhirnya menjejakkan kaki juga di tanah impian itu.  Sengaja dari penginepan, naik gojeg ke Jl. Manggis.  Itu kalo di serial Anak-anak Mama Alin adalah lokasi rumahnya Wulansari- ceweknya 'Ra. Sedangkan di novel Bila, itu adalah jalan tempat kediamannya Puji- ceweknya Fay. di Bila, malah jelas dibilangin nomer rumahnya: empatbelas, ya persis nomer rumah saya dulu di kampung.  Melihat plang nama jalan Manggis saja saya senang tak terkira.   Apalagi habis itu menemukan rumah bernomor 14.  Dan saya baru tau kalo itu rumah pegawai perusahaan kereta api.  Rumah tua memang, persis seperti yang digambarin di buku. Belum cukup senang saya, saat berjalan ke arah barat, ternyata ujung jalan bermuara ke Pasir Gintung! Tempat legendaris yang digambarkan sebaga