Langsung ke konten utama

potret pa Habibie


saya barusan membeli buku tentang wawancara dengan orang yang menurut saya paling pintar di negeri ini: pa Habibie.  Yang barusan berpulang untuk bertemu kembali dengan orang-orang yang dicintainya.

membaca buku yang berjudul Habibie: dari Pare-Pare lewat Aachen terbitan tahun 1986 itu, saya kembali patah hati.  Rasanya sangat jarang menemukan orang yang bekerja hanya dengan motivasi ingin memajukan bangsa dan negaranya.

bagian yang bikin patah hati adalah saat beliau mengemukakan potensi negeri ini dan potensi sumber daya manusianya, bahwa: buat apa kita beli pesawat kalau bisa membuatnya sendiri.  Dan itu beberapa dekade yang lalu sudah berhasil direalisasikannya, dengan perencanaan  yang sangat matang dan penuh perhitungan.

Kerja bagi beliau adalah berbasis kepentingan masyarakat, bukan berdasar keinginan penguasa.  Kapan lagi menemukan orang pintar yang senaif beliau.  Tapi saya tak ingin apatis, inginnya begitu.

--

ohiya, saya semenjak postingan ini, mungkin tak cuma posting dengan awalan kata tentang, nanti akan ada kata awalan jejak, mungkin juga napas, mungkin juga bila.  sesuai dengan judul-judul karya bubin LantanG, penulis maestro yang kadang sedikit skeptis.

--

kembali ke pa Habibie.  Intinya beliau mengajak manusia berpikir realistis dan memotret sebuah objek dari segala sisi dan berbagai teori, hingga pandangan terhadap sesuatu bersifat utuh.  Lebih-lebih terhadap tujuan dari sebuah pekerjaan.

Satu lagi, menghadapi manusia, beliau berkata bahwa ada dua cara memandangnya, apakah sebagai sebuah potensi, atau dianggap sebagai problem sosial.  Beliau lebih menganggap bahwa semua manusia punya potensi untuk dikembangkan, tinggal mencari cara untuk itu.  Bijak sekali euy.  Seandainya saya bisa menceritakannya dengan lebih baik lagi.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rekomendasi Toko & Bengkel Sepeda di Jogja

Sejak 'mengenal' sepeda, beberapa kawan yang sangat mengerti anatomi, morfologi dan histologi sepeda, saya pun memberanikan diri memberi rekomendasi beberapa toko dan bengkel sepeda di Jogja yang harus disambangi dikala sepeda memerlukan perawatan dan penggantian suku cadang. Rekomendasi tempat-tempat ini berdasarkan pertimbangan: harga, kelengkapan ketersediaan suku cadang, hasil seting sepeda dan pengalaman empunya bengkel.  Juga pengalaman beberapa kawan saat membeli spare part ataupun memperbaiki sepedanya.  Rata-rata setiap toko atau tempat yang menyediakan sepeda dan suku cadangnya juga menyediakan tempat dan tenaga untuk seting dan reparasi, tapi tak semua hasilnya bagus.   Bengkel sepeda Rofi (Rahul Bike) ,  pemiliknya adalah teman saya di komunitas sepeda Federal , tapi menurut sejarah awalnya justru beliau akrab dengan sepeda-sepeda keluaran baru.  Hasil seting sepeda mas Rofi ini sudah sangat dapat dipertanggungjawabkan, hal ini bisa dilihat dari jej

..mencoba instal Lubuntu di Lenovo S206

..leptop honey, istri saya itu kondisinya sekarang lumayan amburadul, wifi susah konek, batterynya error - ya kalo ini sih salah saya gara-gara pernah nge-charge kelamaan-,  dan terakhir suka mati-mati sendiri sehabis diinstal ulang sama windows 7 (bajakan). Saya putuskan untuk instal linux saja, kali ini saya instalin Lubuntu, turunan ubuntu dengan pertimbangan spec leptop yang lumayan pas-pasan: RAM cuma 2 Gb dan prosesor yang cuma dual core 1,4 Gb.  Sebenarnya saya pengen nginstalin debian lagi, tapi selain lupa caranya, saya juga pengen nyoba OS yang lain, setelah saya timbang-timbang yang file ISO-nya lumayan kecil ya cuma Lubuntu, cuma sekitar 900-an Mb.  Itu juga lumayan lama downloadnya, cuma ngandelin hotspot dari hape. Setelah dapet iso-nya, bikin bootable di flashdisk pake unetbootin , lalu mencoba instal, berhubung saya termasuk user abal-abal yang taunya instal dan klik sana sini, jadi belum berani instal seluruhnya, takut data yang ada di hardisk keformat seperti

jejak bubin Lantang

jika ditanya salah satu kota yang ingin saya datengin sejak berpuluh tahun yang lalu, jawaban saya pastilah: Bandar Lampung.  Tentu karena nama-nama sudut kota itu lekat di otak saya, gara-gara karya bubin Lantang itulah. dan saya, akhirnya menjejakkan kaki juga di tanah impian itu.  Sengaja dari penginepan, naik gojeg ke Jl. Manggis.  Itu kalo di serial Anak-anak Mama Alin adalah lokasi rumahnya Wulansari- ceweknya 'Ra. Sedangkan di novel Bila, itu adalah jalan tempat kediamannya Puji- ceweknya Fay. di Bila, malah jelas dibilangin nomer rumahnya: empatbelas, ya persis nomer rumah saya dulu di kampung.  Melihat plang nama jalan Manggis saja saya senang tak terkira.   Apalagi habis itu menemukan rumah bernomor 14.  Dan saya baru tau kalo itu rumah pegawai perusahaan kereta api.  Rumah tua memang, persis seperti yang digambarin di buku. Belum cukup senang saya, saat berjalan ke arah barat, ternyata ujung jalan bermuara ke Pasir Gintung! Tempat legendaris yang digambarkan sebaga