..agak sensitif memang, bahasan kali ini..
di kantor saya, ada apel/upacara pagi yang dilaksanakan setiap senin, di luar peringatan-peringatan nasional yang mengharuskan karyawannya ikut upacara juga, seperti tujuhbelasan...
tapi sekarang masih mending, ada masanya dulu, apel dilaksanakan setiap hari, sebelum masuk kerja dan sebelum bubar kerja, rajin sekali..
masalahnya, saya tak menemukan faedah apa-apa, selain satu hal penting: silaturahmi. salam-salaman dengan karyawan lain, menanyakan kabar dan lain-lain.
mungkin masalahny adalah karena saya, sedari jaman sekolah, memang tak begitu menyukai ritual upacara bendera, selalu ada cara saya untuk ngeles dari acara berdiri beberapa menit yang membosankan itu. Jaman SD, saya pernah tumben-tumbennya ijin me dokter gigi, gara-gara ditugaskan jadi pemimpin upacara.
Kali lain, waktu sekolah menengah atas, saya rajin membaktikan diri jadi polisi sekolah, ngatur lalu lintas yang sama sekali tak padat, saat waktunya menaikkan bendera.
Cuma saat kuliah, saya rada bebas dari upacara-upacaraan, dan tak pernah menyangka saat masuk kerja, eh ketemu lagi.
Sekarang, tambah ada alasan lagi untuk tak begitu suka dengan rutinitas senin pagi ini, peserta upacara sekarang dikasta-kastakan menjadi beberapa bagian.
Di bagian depan, ada beberapa barisan utama: barisan bos besar, barisan supervisor.. Kenapa toh, saat upacara saja pakai nggak mau gabung dengan rakyat jelata, toh statusnya sama-sama karyawan pada kantor besar yang sama..
Rasanya cukup pembina & petugas upacara yang ada di barisan depan, ya itu inginnya saya saja, yang selalu mendapatkan alasan untuk tak rajin mengikutinya..
di kantor saya, ada apel/upacara pagi yang dilaksanakan setiap senin, di luar peringatan-peringatan nasional yang mengharuskan karyawannya ikut upacara juga, seperti tujuhbelasan...
tapi sekarang masih mending, ada masanya dulu, apel dilaksanakan setiap hari, sebelum masuk kerja dan sebelum bubar kerja, rajin sekali..
masalahnya, saya tak menemukan faedah apa-apa, selain satu hal penting: silaturahmi. salam-salaman dengan karyawan lain, menanyakan kabar dan lain-lain.
mungkin masalahny adalah karena saya, sedari jaman sekolah, memang tak begitu menyukai ritual upacara bendera, selalu ada cara saya untuk ngeles dari acara berdiri beberapa menit yang membosankan itu. Jaman SD, saya pernah tumben-tumbennya ijin me dokter gigi, gara-gara ditugaskan jadi pemimpin upacara.
Kali lain, waktu sekolah menengah atas, saya rajin membaktikan diri jadi polisi sekolah, ngatur lalu lintas yang sama sekali tak padat, saat waktunya menaikkan bendera.
Cuma saat kuliah, saya rada bebas dari upacara-upacaraan, dan tak pernah menyangka saat masuk kerja, eh ketemu lagi.
Sekarang, tambah ada alasan lagi untuk tak begitu suka dengan rutinitas senin pagi ini, peserta upacara sekarang dikasta-kastakan menjadi beberapa bagian.
Di bagian depan, ada beberapa barisan utama: barisan bos besar, barisan supervisor.. Kenapa toh, saat upacara saja pakai nggak mau gabung dengan rakyat jelata, toh statusnya sama-sama karyawan pada kantor besar yang sama..
Rasanya cukup pembina & petugas upacara yang ada di barisan depan, ya itu inginnya saya saja, yang selalu mendapatkan alasan untuk tak rajin mengikutinya..
Aku waktu SMA suka apel atau upacara. Gara2 gebetan ada di kelas sebelah dan kalau baris pasti sebelahnya. buat aku yang pemalu, melihat punggungnya di barisan sebelah aja udah cukup. Tapi alasannya bener2 itu doang. 😁
BalasHapuswah kirain cuma laki2 aja yg liat punggung gebetannya aja sdh seneng, alesanmu sungguh sederhana dan asik XD
Hapus