Langsung ke konten utama

tentang Gelato & Es Krim di Jogja

beberapa hari terakhir ini, agak-agak hedon ceritanya, mencoba beberapa tempat jualan es krim dan gelato di beberapa sudut Jogja.  Soal beda es krim dan gelato, menurut saya keliatan dari tingkat viskositasnya.  Gelato teksturnya lebih kental dan tidak gampang lumer seperti es krim, intinya keliatan lebih padat.

Dari hasil petualangan ke beberapa tempat jualan es krim & gelato itu, beginilah hasil penilaian saya:

  1. Old Dish
    Dulu namanya adalah Es Krim Tip Top, kedai jualan es krim yang sudah melegenda sejak lama.  Rasanya sangat khas, dan sejak beberapa tahun lalu waktu pertama mencobanya tidak ada perubahan sama sekali.  Favorit saya adalah es krim rasa tutty frutty, kopyor sundae, dan tip top, juga yang rasa rhum.  Bagi yang ingin mencoba rasa es krim yang terjamin enak, kalau ke Jogja wajib mendatangi kedai es krim yang skarang sudah pindah dari tempat lamanya di Jl. Mungkubumi ke Jl. Prof. Herman Yohanes, tepatnya di samping Gudeg Sagan.  Tempatnya lumayan cozy.
    .
  2. Pistachio Gelato
    Kedai gelato yang relatif baru ini ketemu tak sengaja saat sedang menyisiri Jl. Affandi, terusan Gejayan, letaknya di samping Bebek H. Slamet yang utaranya simpang Jl. Jembatan Merah.  Harganya relatif murah, dua scoop kalau tidak salah cuma Rp. 15.000,-.  Cuma disayangkan pelanggan tidak dikasih bonus air putih seperti yang biasa disajikan di Old Dish.  Kalau seret habis makan gelato, tampaknya harus beli air putih sendiri deh.  Tempatnya sendiri bersih tapi ya biasa saja.
    .
  3. Ciao
    Saya mampir ke kedai yang ada di Jl. Gejayan, tempatnya lumayan luas, dan instagrammable #halah.  Desain interiornya menarik lah.  Untung nongkrong cukup menyenangkan. Harga gelatonya lumayan juga, RP. 25.000m- untuk dua scoop.  Dan lagi-lagi menyebalkan karena tidak dikasih air putih sebagai pelengkap. Selain parkir motor yang edan mahal dua ribu bro, lha tarif parkir di Jogja masih standar seribu kok,  saya kayaknya ga bakal kesini lagi deh. *malah ngomongin parkiran*

    Oiya, gelatonya kayaknya kurang padat juga, malah mirip-mirip es krim yang mudah mencair itu.
    .
  4. Forest Kitchen & Gelato
    Saya pernah bikin postingan tentang tempat ini beberapa waktu yang lalu, tempatnya sebenarnya lebih ke restoran yang ekskusif, suasanya remang-remang sok romantis gimana gitu.  Letaknya di sisi selatan jalan. Jl. Adisucipto Km. 6,7, sebelah timurnya Amplaz.  Saya merasa tidak nyaman makan disini, selain sendirian, suasanya juga terlalu kaku.  Harganya lumayan murah juga sih, kalau tidak salah RP. 15.000,- per dua scoop nya.
    .
  5. Tempo GelatoAkhirnya rasa penasaran saya terjawab, kenapa tempat ini menjadi begitu hits di Jogja. Kedai yang berada di Jl. Prawirotaman  ini, tempatnya menyenangkan, selain itu harganya juga relatif murah dan pilihan rasanya beragam. Tekstur gelatonya juga menyenangkan. Selain itu bagian yang terpenting, air putih tersedia dan tak terbatas karena ngambil sendiri.  Tak rugi membayar Rp. 20.000,- per dua pilihan rasa.
Kesimpulannya, kalau ingin mencoba es krim dan gelato di Jogja, rekomendasi saya adalah Old Dish dan Tempo Gelato.  Dijamin enak rasanya dan nyaman suasananya.  Begitulah.

Komentar

  1. Akhirnya posting tentang gelato hehehe. Wah, dua scoop mabelasribu?? Jogja :(((

    Jadi memang wajar ya kalau Tempo Gelato hits di Jogja. Dan wajib ke sana kayaknya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya Tempo Gelato wajib dikunjungi bagi penggemar gelato, old dish juga #teteup

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rekomendasi Toko & Bengkel Sepeda di Jogja

Sejak 'mengenal' sepeda, beberapa kawan yang sangat mengerti anatomi, morfologi dan histologi sepeda, saya pun memberanikan diri memberi rekomendasi beberapa toko dan bengkel sepeda di Jogja yang harus disambangi dikala sepeda memerlukan perawatan dan penggantian suku cadang. Rekomendasi tempat-tempat ini berdasarkan pertimbangan: harga, kelengkapan ketersediaan suku cadang, hasil seting sepeda dan pengalaman empunya bengkel.  Juga pengalaman beberapa kawan saat membeli spare part ataupun memperbaiki sepedanya.  Rata-rata setiap toko atau tempat yang menyediakan sepeda dan suku cadangnya juga menyediakan tempat dan tenaga untuk seting dan reparasi, tapi tak semua hasilnya bagus.   Bengkel sepeda Rofi (Rahul Bike) ,  pemiliknya adalah teman saya di komunitas sepeda Federal , tapi menurut sejarah awalnya justru beliau akrab dengan sepeda-sepeda keluaran baru.  Hasil seting sepeda mas Rofi ini sudah sangat dapat dipertanggungjawabkan, hal ini bisa dilihat dari jej

..mencoba instal Lubuntu di Lenovo S206

..leptop honey, istri saya itu kondisinya sekarang lumayan amburadul, wifi susah konek, batterynya error - ya kalo ini sih salah saya gara-gara pernah nge-charge kelamaan-,  dan terakhir suka mati-mati sendiri sehabis diinstal ulang sama windows 7 (bajakan). Saya putuskan untuk instal linux saja, kali ini saya instalin Lubuntu, turunan ubuntu dengan pertimbangan spec leptop yang lumayan pas-pasan: RAM cuma 2 Gb dan prosesor yang cuma dual core 1,4 Gb.  Sebenarnya saya pengen nginstalin debian lagi, tapi selain lupa caranya, saya juga pengen nyoba OS yang lain, setelah saya timbang-timbang yang file ISO-nya lumayan kecil ya cuma Lubuntu, cuma sekitar 900-an Mb.  Itu juga lumayan lama downloadnya, cuma ngandelin hotspot dari hape. Setelah dapet iso-nya, bikin bootable di flashdisk pake unetbootin , lalu mencoba instal, berhubung saya termasuk user abal-abal yang taunya instal dan klik sana sini, jadi belum berani instal seluruhnya, takut data yang ada di hardisk keformat seperti

jejak bubin Lantang

jika ditanya salah satu kota yang ingin saya datengin sejak berpuluh tahun yang lalu, jawaban saya pastilah: Bandar Lampung.  Tentu karena nama-nama sudut kota itu lekat di otak saya, gara-gara karya bubin Lantang itulah. dan saya, akhirnya menjejakkan kaki juga di tanah impian itu.  Sengaja dari penginepan, naik gojeg ke Jl. Manggis.  Itu kalo di serial Anak-anak Mama Alin adalah lokasi rumahnya Wulansari- ceweknya 'Ra. Sedangkan di novel Bila, itu adalah jalan tempat kediamannya Puji- ceweknya Fay. di Bila, malah jelas dibilangin nomer rumahnya: empatbelas, ya persis nomer rumah saya dulu di kampung.  Melihat plang nama jalan Manggis saja saya senang tak terkira.   Apalagi habis itu menemukan rumah bernomor 14.  Dan saya baru tau kalo itu rumah pegawai perusahaan kereta api.  Rumah tua memang, persis seperti yang digambarin di buku. Belum cukup senang saya, saat berjalan ke arah barat, ternyata ujung jalan bermuara ke Pasir Gintung! Tempat legendaris yang digambarkan sebaga