Baru sempat posting lagi hari ini setelah perjalanan cukup panjang sepanjang akhir pekan tadi. Karena cukup panjang mungkin saya tulis poin-poinnya saja ya.
10 Februari, Jum'at
Sebenarnya tak ada hal yang benar-benar baru hari ini, tapi paling tidak saya melakukan dua hal baru. Baru disini bisa jadi melakukan kombinasi hal, misalnya seperti saat saya mencoba bubur ayam di pagi hari deket rumah kontrakan temen saya yang ternyata enak dan suwiran ayamnya halus menyerupai abon.
Yang kedua saya pertamakali naik Gojeg di Surabaya ahaha, ini terpaksa karena ga nemu Grab dan Uber. Lalu apalagi, ohiya saya ketemu temen baru juga. Lalu rasanya baru hari itu mencoba bisa Restu dari Surabaya ke Malang. Dulu untuk jurusan Sby-Mlg rasanya nama bisanya bukan itu, deh.
Dan terakhir, saya akhirnya kesampaian nginep di hotel Pelangi di deket alun-alun kota Malang. Entah sejak kapan mimpi pengen nginep disana, tempat itu sejak dulu terkenal sebagai hotel yang tidak terjangkau bahkan untuk sekedar dimimpikan seorang mahasiswa ahaha. Ohiya rasanya sebelumnya saya dan honey naik taksi dari terminal Arjosari, yang mana untuk pertamakali pula naik taksi yang bikin kapok tapinya, supirnya ga ramah, beh.
11 Februari, Sabtu.
Saya akhirnya kesampaian sowan ke rumah kontrakan sepupu saya, eh istri sepupu sih tepatnya, etapi kan ya sepupu juga namanya #dibahas ..yang lagi ngambil S2 di Malang, yang cuma tinggal bertiga sama ibu dan putrinya. Kontrakan di Malang sih, sekecil apapun, tetap saja terasa menyenangkan, airnya tetap saja sedingin es, paling tidak ada tiga tempat yang saya tau lingkungannya menyenangkan untuk ditinggalin: Bogor, Malang & Jogja tentu saja
Sebelum mampir bertamu, kami mampir dulu ke pasar buku Wilis, saya rasanya dulu sekitar13 tahun yang lalu pernah mampir bentar disitu, suasanya mirip-mirip shoping di Jogja. Dan saya menemukan harta karun: buku Flora yang disusun oleh Dr. C.G.G.J. van Steenis et al, buku ini tentang determinasi tumbuhan yang sebenarnya sudah diterbitkan sejak tahun 1947, dan diterjemahkan pada tahun 1972. Waktu kuliah dulu, buku ini pegangan wajib untuk pengenalan tumbuhan, dan dulu saya tak pernah mampu membeli buku ini, dan akhirnya bisa memilikinya setelah menunggu sekitar 23 tahun lebih itu adalah momen yang cukup mengharukan, lebih-lebih nama-nama latin tumbuhan adalah salahsatu minat saya sedari dulu.
Ohiya saya akhirnya mendapatkan pinjeman motor matic untuk muter-muter kota kembang dan sekitarnya, malem-malem berduaan honey nanjak ke Batu, demi memenuhi hasrat beliau yang pengen liat Batu spectacular night. Saya pikir itu apaan, ternyata semacam pasar malam dengan atraksi lampion-lampion gede mirip seperti yang ada di Monjali. Akhirnya merasa cukup dengan cuma liat di depannya aja, ga sampe masuk, karena tiketnya cukup tak manusiawi untuk sekedar liat-liat lampu malem-malem ehehehe
Pulangnya sempet bingung dan muter-muter Batu sampai akhirnya bisa menemukan jalan yang benar, mana jam sepuluh-sebelasan di situ dinginnya sungguh nganu sekali. Ohiya sebelum naik, sempet mampir untuk makan malam di Sekul: Sengkaling Kuliner yang entah adanya sejak kapan, nyobain bebek goreng dan tahu telor, ya lumayan lah. Live music disini asik.
Turun dari Batu, sempat-sempatnya nostalgia, mampir lewat depan kosan honey waktu kuliah dulu di Dinoyo, dan secara tak sengaja bertemu kembali dengan mamang penjual ayam goreng langganan dulu, dan saya beberapa kali dulu juga pernah makan disitu ehehe jadilah ngobrol sebentar lalu membungkus satu untuk dimakan nantinya.
12 Februari, Minggu
Sebenarnya hari itu tak ada rencana kemana-mana, karena hari gerimis semenjak pagi, tapi akhirnya beranjak juga, karena honey mau nyari oleh-oleh untuk dibawa pulang. Akhirnya setelah muter-muter pasar besar tanpa hasil, memutuskan untuk ke stasiun setelah mendapat petunjuk dari tukang parkir.
Di perjalanan menuju stasiun, tak sengaja melewati tempat yang akhir-akhir ini sedang hits: kampung Jodipan dan kampung Tridi. Waiki! Kebetulan sejak lama pengen mampir kesitu, setelah urusan oleh-oleh beres, tanpa ragu memarkirkan motor ke kampung tridi.
Ah itu kampung Jodipan idenya beneran keren. Salut saya sama para mahasiswa pencetus ide blilian itu. Apalagi setelah saya mengelilingi dua kampung yang berwarna warni itu, kekaguman saya makin bertambah. Ide bikin kampung menjadi hidup itu luar biasa jenius.
Kampung Tridi Kesatrian juga tak kalah keren idenya, kampung yang tepat berseberangan dengan Jodipan ini juga tak kalah hidup. Justru kampung ini yang pertamakali kami sambangin & memarkirkan motor sebelum memutuskan nyeberang ke kampung Jodipan.
Apalagi ya, ohiya, pertamakali pula disitu saya akhirnya nyoba pegang dan make tongsis ahaha katro memang saya ini.
Ohiya, ini bukti kalau saya sudah sampe sana hihi
Puas foto-foto di sanasini, akhirnya memutuskan pulang karena harus ngejar waktu flight honey di sore hari. Singkatnya balik ke hotel ngambil barang, ngebalikin motor dan terakhir akhirnya pertama kali nyoba naik Uber Car ke terminal Arjosari. Arjosari kembali ke Bungurasih, lalu ke bandar, lalu berpisah lagi.. err intinya begitulah, masa pacaran pun usai untuk sementara uhuhu.
Begitulah rekap #misi21 di tiga hari kemarin. Untuk misi hari ini ntar diceritainnya malem hari aja deh ehehe. Intinya perjalanan ke Surabaya-Malang kemarin itu lumayan bikin refresh otak saya yang akhir-akhir ini rada mumet & mbulet. Smoga minggu ini akan lebih baik lagi, hore!
10 Februari, Jum'at
Sebenarnya tak ada hal yang benar-benar baru hari ini, tapi paling tidak saya melakukan dua hal baru. Baru disini bisa jadi melakukan kombinasi hal, misalnya seperti saat saya mencoba bubur ayam di pagi hari deket rumah kontrakan temen saya yang ternyata enak dan suwiran ayamnya halus menyerupai abon.
Yang kedua saya pertamakali naik Gojeg di Surabaya ahaha, ini terpaksa karena ga nemu Grab dan Uber. Lalu apalagi, ohiya saya ketemu temen baru juga. Lalu rasanya baru hari itu mencoba bisa Restu dari Surabaya ke Malang. Dulu untuk jurusan Sby-Mlg rasanya nama bisanya bukan itu, deh.
Dan terakhir, saya akhirnya kesampaian nginep di hotel Pelangi di deket alun-alun kota Malang. Entah sejak kapan mimpi pengen nginep disana, tempat itu sejak dulu terkenal sebagai hotel yang tidak terjangkau bahkan untuk sekedar dimimpikan seorang mahasiswa ahaha. Ohiya rasanya sebelumnya saya dan honey naik taksi dari terminal Arjosari, yang mana untuk pertamakali pula naik taksi yang bikin kapok tapinya, supirnya ga ramah, beh.
11 Februari, Sabtu.
Saya akhirnya kesampaian sowan ke rumah kontrakan sepupu saya, eh istri sepupu sih tepatnya, etapi kan ya sepupu juga namanya #dibahas ..yang lagi ngambil S2 di Malang, yang cuma tinggal bertiga sama ibu dan putrinya. Kontrakan di Malang sih, sekecil apapun, tetap saja terasa menyenangkan, airnya tetap saja sedingin es, paling tidak ada tiga tempat yang saya tau lingkungannya menyenangkan untuk ditinggalin: Bogor, Malang & Jogja tentu saja
Sebelum mampir bertamu, kami mampir dulu ke pasar buku Wilis, saya rasanya dulu sekitar13 tahun yang lalu pernah mampir bentar disitu, suasanya mirip-mirip shoping di Jogja. Dan saya menemukan harta karun: buku Flora yang disusun oleh Dr. C.G.G.J. van Steenis et al, buku ini tentang determinasi tumbuhan yang sebenarnya sudah diterbitkan sejak tahun 1947, dan diterjemahkan pada tahun 1972. Waktu kuliah dulu, buku ini pegangan wajib untuk pengenalan tumbuhan, dan dulu saya tak pernah mampu membeli buku ini, dan akhirnya bisa memilikinya setelah menunggu sekitar 23 tahun lebih itu adalah momen yang cukup mengharukan, lebih-lebih nama-nama latin tumbuhan adalah salahsatu minat saya sedari dulu.
Ohiya saya akhirnya mendapatkan pinjeman motor matic untuk muter-muter kota kembang dan sekitarnya, malem-malem berduaan honey nanjak ke Batu, demi memenuhi hasrat beliau yang pengen liat Batu spectacular night. Saya pikir itu apaan, ternyata semacam pasar malam dengan atraksi lampion-lampion gede mirip seperti yang ada di Monjali. Akhirnya merasa cukup dengan cuma liat di depannya aja, ga sampe masuk, karena tiketnya cukup tak manusiawi untuk sekedar liat-liat lampu malem-malem ehehehe
Pulangnya sempet bingung dan muter-muter Batu sampai akhirnya bisa menemukan jalan yang benar, mana jam sepuluh-sebelasan di situ dinginnya sungguh nganu sekali. Ohiya sebelum naik, sempet mampir untuk makan malam di Sekul: Sengkaling Kuliner yang entah adanya sejak kapan, nyobain bebek goreng dan tahu telor, ya lumayan lah. Live music disini asik.
Turun dari Batu, sempat-sempatnya nostalgia, mampir lewat depan kosan honey waktu kuliah dulu di Dinoyo, dan secara tak sengaja bertemu kembali dengan mamang penjual ayam goreng langganan dulu, dan saya beberapa kali dulu juga pernah makan disitu ehehe jadilah ngobrol sebentar lalu membungkus satu untuk dimakan nantinya.
12 Februari, Minggu
Sebenarnya hari itu tak ada rencana kemana-mana, karena hari gerimis semenjak pagi, tapi akhirnya beranjak juga, karena honey mau nyari oleh-oleh untuk dibawa pulang. Akhirnya setelah muter-muter pasar besar tanpa hasil, memutuskan untuk ke stasiun setelah mendapat petunjuk dari tukang parkir.
Di perjalanan menuju stasiun, tak sengaja melewati tempat yang akhir-akhir ini sedang hits: kampung Jodipan dan kampung Tridi. Waiki! Kebetulan sejak lama pengen mampir kesitu, setelah urusan oleh-oleh beres, tanpa ragu memarkirkan motor ke kampung tridi.
Ah itu kampung Jodipan idenya beneran keren. Salut saya sama para mahasiswa pencetus ide blilian itu. Apalagi setelah saya mengelilingi dua kampung yang berwarna warni itu, kekaguman saya makin bertambah. Ide bikin kampung menjadi hidup itu luar biasa jenius.
Kampung Tridi Kesatrian juga tak kalah keren idenya, kampung yang tepat berseberangan dengan Jodipan ini juga tak kalah hidup. Justru kampung ini yang pertamakali kami sambangin & memarkirkan motor sebelum memutuskan nyeberang ke kampung Jodipan.
Apalagi ya, ohiya, pertamakali pula disitu saya akhirnya nyoba pegang dan make tongsis ahaha katro memang saya ini.
Ohiya, ini bukti kalau saya sudah sampe sana hihi
Puas foto-foto di sanasini, akhirnya memutuskan pulang karena harus ngejar waktu flight honey di sore hari. Singkatnya balik ke hotel ngambil barang, ngebalikin motor dan terakhir akhirnya pertama kali nyoba naik Uber Car ke terminal Arjosari. Arjosari kembali ke Bungurasih, lalu ke bandar, lalu berpisah lagi.. err intinya begitulah, masa pacaran pun usai untuk sementara uhuhu.
Begitulah rekap #misi21 di tiga hari kemarin. Untuk misi hari ini ntar diceritainnya malem hari aja deh ehehe. Intinya perjalanan ke Surabaya-Malang kemarin itu lumayan bikin refresh otak saya yang akhir-akhir ini rada mumet & mbulet. Smoga minggu ini akan lebih baik lagi, hore!
Catatan ini penting banget untuk disave karena saya pengen banget ke Malang. Makasi infonya, Mas!
BalasHapusWah sayang sekali saya cuma bisa membagi sedikit info, masih banyak sudut Malang yg blm dieksplore sebenernya mb. Tp intinya jalan2 di Malang memang menyenangkan 🙂
HapusAh, saya jadi penasaran dengan kampung Jodipan dan Tridi itu. *dicatat dulu :)
BalasHapusHarus dikunjungi kampung keren itu, ide kreatifnya luar biasa
HapusWah misi liburan bareng tante honey ternyata :D btw, aku udah boleh promo postingan blog soal Malang di sini, belum? *dikeplak
BalasHapusboleeh, bebas mput bebas, biar rame ini blog malah #Lah ehehehe
HapusBaeklah, om. Sekalian~
HapusMari kita mulai dengan awal mulanya: http://petronelaputri.com/index.php/2017/01/11/jawatimurtrip-1-menutup-2016-dengan-keluyuran-ke-malang-surabaya/
*beneran dicopas linknya
*dijambak
huehue iya itu keren, tar saya baca lg deh :D
Hapus