Langsung ke konten utama

Hari ke 13 : You should stop calling my name

Right when you thought you had me
Baby you just lost someone
~gangsta / kat dahlia

..rasanya baru beberapa minggu yang lalu, meninggalkanmu melepasku di teras sebuah pusat perbelanjaan.  Aku juga tak berusaha menengok ke arahmu, karena tak bisa menebak waktu, apa mungkin itu adalah saat terakhir melihatmu.  Begitu pikiran yang berputar-putar saat itu..

Pensilnya lalu terhenti menuliskannya, catatan yang terhenti begitu sebuah notifikasi pesan masuk.  Singkat saja.

"you should stop calling me Rei.."

Rasanya pagi itu waktu terhenti, atau malah terlalu cepat berlalu menjadi sore hari, atau malam hari?  Waktu sudah tak penting lagi.  Bahkan tak terniat untuk membalas pesan singkat itu.

--

Kau lah yang diinginkan aku dari mimpiku
coba terbangkan khayalku dari sadarku
~ Gigi


"Aku harus meninggalkanmu.."  Saat itu adalah menjelang malam, dirinya sedang menatap pagar yang berkarat di lantai bawah, terlihat jelas dari lantai dua tempatnya berbicara, dengan Rei, yang waktu itu..

"Jangan.."  Singkat saja balasannya, waktu itu, ya waktu itu..

Sampai kemudian,beberapa jam kemudian, percakapan mereka berlanjut, obrolan yang berlanjut sampai lepas tengah malam..

"Temani aku tidur.."
"Eh..?"
"Temani aku ngobrol, sampai aku lenyap.."

--

Then you couldn't make things new
Just by saying I love you ..
~ extreme
"Sayang.."  samar suara itu terdengar di tengah obrolan..
"Apaan..?"
"Nggak, ngga ngomong apa-apa, kok.."
Lalu tertawa..

Dan malam terus melanjutkan gelapnya..

--
di sini aku masih memikirkanmu
di sini aku gelisah ingin tahu..
~ slank
"Aku tak bisa melupakannya.."
"Tapi.."
"Diam.."
"Maksudmu?"
"Dengarkan, saja.."
"Tapi, kan.."
"Udah, biarin aku.."
"Aku pergi saja?"
"Jangan .."


Selalu ada kebingungan yang tak terbantah, tak bisa dimengerti, tak mau dimengerti..

--

..dan kuterbuai dalam langkahmu dan janjimu
'kan tetapi kini kau semakin menjauh
~ Gigi

Matahari sore itu padahal sedang bagus, tidak begitu panas.  Tapi sepanjang jalan Rei cuma diam.  Seakan-akan jalan itu tak pernah ada, tak ada ujung, dan tak tahu menuju kemana.

Dia hanya ingin sendiri.  Sepanjang sore itu.  Sepanjang waktu itu.  Telepon genggamnya dimatikan sedari subuh.  Dia hanya ingin sendiri seharian itu, tanpa siapa-siapa, tanpa apa-apa.  Tak ingin mengerti dunia, juga tak ingin dunia mengerti akan dirinya.

--

lebih baik disini, rumah kita sendiri..
~ God Bless

Lelaki itu baru saja membuka sepatunya, saat intro Cry terdengar pelan dari kantong kanan jinsnya.

"Halo..."
":Ya..?"
"tentang Rei.."
"Rei kenapa?" Berusaha tenang
"Dia hilang.."
"Maksudnya?"
"Dia sudah tidak ada.."

--

..lupakanlah diriku sementara jangan terlalu pikirkan langkahku
l
akukan yang kau suka agar kau bahagia
d
an percayalah di mimpiku ada mimpimu..
~slank

Sengaja pesawat paling pagi, tak ada apapun di pikirannya saat itu.  Kosong.  Rasanya waktu begitu cepat saja.  Sampai saatnya mendarat, sampai saatnya mobil taksi membawanya menuju sebuah tempat.  Yang siang itu sudah sepi.  Siang yang sangat terik walau ada mendung yang kentara di utara.

Hanya ada beberapa jejak tak beraturan, di atas tanah yang tak lagi terlihat merah.   Nama yang biasa disebutnya, dipanggilnya nyaris setiap waktu, sekarang tertulis kasar di papan yang tertancap di ujung utara gundukan tanah yang masih sedikit segar.

Rei.

...pesan yang masih tersimpan di kotak pesannya : 
"you should stop calling me Rei.."

Ya, dia tak akan bisa lagi memanggilnya, lalu mendengar tawa lepasnya.  Tak bisa.  Tak akan lagi bisa..

. .
sadarkan aku Tuhan, dia bukan milikku
biarkan waktu hapus aku..
~ nidji
..

----------

P.S.
Jadi, akhirnya kesampaian bikin fiksi seaneh ini, itu lagu-lagu yang ada di playlist saya putar secara acak, lalu saya jadikan bahan untuk cerita pendek di atas.  Ya maklum aja ceritanya agak-agak aneh..  karena benar-benar saya bikin berdasarkan lirik lagu yang muncul secara acak itu.  Ya pokoknya begitu deh, smoga bisa dimengerti, dan mungkin suatu saat bakal saya rapikan, mungkin lho ya, mungkin

Komentar

  1. Ahaha, kreatip pisaan. Kalau saya disodorin sekian lagu kemudian harus buat cerpen, palingan ga bakal jadi. XD

    BalasHapus
  2. Duh. Kok keren. Duh. Kok sedih. Duh.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rekomendasi Toko & Bengkel Sepeda di Jogja

Sejak 'mengenal' sepeda, beberapa kawan yang sangat mengerti anatomi, morfologi dan histologi sepeda, saya pun memberanikan diri memberi rekomendasi beberapa toko dan bengkel sepeda di Jogja yang harus disambangi dikala sepeda memerlukan perawatan dan penggantian suku cadang. Rekomendasi tempat-tempat ini berdasarkan pertimbangan: harga, kelengkapan ketersediaan suku cadang, hasil seting sepeda dan pengalaman empunya bengkel.  Juga pengalaman beberapa kawan saat membeli spare part ataupun memperbaiki sepedanya.  Rata-rata setiap toko atau tempat yang menyediakan sepeda dan suku cadangnya juga menyediakan tempat dan tenaga untuk seting dan reparasi, tapi tak semua hasilnya bagus.   Bengkel sepeda Rofi (Rahul Bike) ,  pemiliknya adalah teman saya di komunitas sepeda Federal , tapi menurut sejarah awalnya justru beliau akrab dengan sepeda-sepeda keluaran baru.  Hasil seting sepeda mas Rofi ini sudah sangat dapat dipertanggungjawabkan, hal ini bisa dilihat dari jej

..mencoba instal Lubuntu di Lenovo S206

..leptop honey, istri saya itu kondisinya sekarang lumayan amburadul, wifi susah konek, batterynya error - ya kalo ini sih salah saya gara-gara pernah nge-charge kelamaan-,  dan terakhir suka mati-mati sendiri sehabis diinstal ulang sama windows 7 (bajakan). Saya putuskan untuk instal linux saja, kali ini saya instalin Lubuntu, turunan ubuntu dengan pertimbangan spec leptop yang lumayan pas-pasan: RAM cuma 2 Gb dan prosesor yang cuma dual core 1,4 Gb.  Sebenarnya saya pengen nginstalin debian lagi, tapi selain lupa caranya, saya juga pengen nyoba OS yang lain, setelah saya timbang-timbang yang file ISO-nya lumayan kecil ya cuma Lubuntu, cuma sekitar 900-an Mb.  Itu juga lumayan lama downloadnya, cuma ngandelin hotspot dari hape. Setelah dapet iso-nya, bikin bootable di flashdisk pake unetbootin , lalu mencoba instal, berhubung saya termasuk user abal-abal yang taunya instal dan klik sana sini, jadi belum berani instal seluruhnya, takut data yang ada di hardisk keformat seperti

jejak bubin Lantang

jika ditanya salah satu kota yang ingin saya datengin sejak berpuluh tahun yang lalu, jawaban saya pastilah: Bandar Lampung.  Tentu karena nama-nama sudut kota itu lekat di otak saya, gara-gara karya bubin Lantang itulah. dan saya, akhirnya menjejakkan kaki juga di tanah impian itu.  Sengaja dari penginepan, naik gojeg ke Jl. Manggis.  Itu kalo di serial Anak-anak Mama Alin adalah lokasi rumahnya Wulansari- ceweknya 'Ra. Sedangkan di novel Bila, itu adalah jalan tempat kediamannya Puji- ceweknya Fay. di Bila, malah jelas dibilangin nomer rumahnya: empatbelas, ya persis nomer rumah saya dulu di kampung.  Melihat plang nama jalan Manggis saja saya senang tak terkira.   Apalagi habis itu menemukan rumah bernomor 14.  Dan saya baru tau kalo itu rumah pegawai perusahaan kereta api.  Rumah tua memang, persis seperti yang digambarin di buku. Belum cukup senang saya, saat berjalan ke arah barat, ternyata ujung jalan bermuara ke Pasir Gintung! Tempat legendaris yang digambarkan sebaga