Hari masih pagi, pagi yang berkabut, Tanjung Karang masih sepi. Rei masih mengerjapkan matanya saat mendengar notifikasi pesan pendek masuk ke telpon genggamnya.
Setengah sadar membaca pesan singkat, matanya setengah terbelalak, tapi perlahan senyumnya juga melebar, tanpa pikir panjang jemarinya bergegas mengetik balasan.
"Kamu serius lagi disini?" sent
Sepuluh detik kemudian, always with me always with you-nya Joe terdengar pelan.. sembari menahan napas, dia menekan pelan tulisan accept yang berpendar hijau
"Kamu serius lagi disini?" Seakan tak cukup pesan, langsung saja sebaris kalimat itu ditanyakannya lagi
"Iya.." samar terdengar suara berisik yang menjadi latar belakang suara penelepon.
"Naik apa kesini, trus ini lagi dimana?"
"Naik bis, tadi malam, dan ini, bentar dimana ini ya.."..
"Kok, berisik?"
"Ini aku lagi di angkot, bentar.." kemudian hubungan terputus begitu saja..
Rei kembali menghubungi nomor yang barusan terputus.. sekali, dua kali.. Tak juga berhasil, sampai kemudian ..
"Rei, ada temenmu di luar..", entah sejak kapan ibunya tiba-tiba saja berdiri di samping pintu kamarnya yang juga terbuka entah sejak kapan.
Langkahnya terhenti, sesaat setelah pegangan pintu diputar.
"Kamu.."
Seraut wajah berantakan cengar cengir didepannya, Rei cuma sempat terperanjat sebentar sebelum mempersilahkan tamunya masuk..
"Eh, masuk, silakan, maaf.."
Entah apa yang sedang berkelebatan di kepalanya, sampai-sampai susunan kalimat yang diucapkannya begitu tak beraturan..
"Katanya tadi naik angkot?"
"Iya, tadi naik yang warna ungu itu. Trus bingung, lalu turun di Raden Intan, trus nyewa motor deh.." Ringan saja ceritanya begitu
"Heh? Sinting!.."
Yang dibilangin gitu hanya ketawa.
Tiga puluh dua menit tak terasa berlalu begitu saja. Seakan-akan sudah sejak lama mereka pernah bertemu, seakan-akan..
"Trus ini mau kemana?"
"Nggak tau.."
"Mau aku temenin keliling kota?"
Yang ditanya tak menjawab, cuma mengangguk-angguk dengan cepat.
"Yaudah bentar ya, aku minta ijin ibu dulu.."
..
Dua puluh menit kemudian, Soul membelah Raden Intan..
"Eh ini kan jalan yang tadi, itu tempat aku nyewa tadi, trus itu apa..?
"Itu Pasar Bawah, yang bikin kamu penasaran sejak kapan tau"
Yang di depan cuma tergelak
"Ini kita kemana?"
"Lurus.."
"Terus?"
"Hu uh.."
"Oke, pegangan.."
"Eh, enak aja.."
Kembali tertawa begitu saja..
Motor dipacu ke selatan, lalu berbelok ke timur di perempatan yang tengahnya ada tugu payung, dan..
Memasuki Sudirman..
"Itu tadi gajah dan bola?"
Rasanya tak henti-henti sepanjang jalan tadi bertanya-tanya..
"Iyaa.., eh ntar kita mampir di depan situ ya"
"Dimana.."
"Eh, puter balik deh.."
"Lho, kok.."
"Udah puter balik deh.."
Kembali ke patung gajah berpayung..
"Belok kiri., tar lurus aja.."
"Iyaa.."
Soul mengarah ke selatan..
"Teluk betung.."
Mulutnya tanpa sadar mengeja nama tempat yang beberapa kali terbaca di beberapa papan nama sepanjang jalan Diponegoro itu..
(mungkin bersambung..)
.
.
.
.
.
note:
akhirnya setelah sekian lama, berhasil juga merangkai cerita tentang kota yang entah sejak kapan pengen saya kunjungi, ya seperti bagian terakhir di dalam kurung itu, mungkin suatu saat akan bersambung..
Setengah sadar membaca pesan singkat, matanya setengah terbelalak, tapi perlahan senyumnya juga melebar, tanpa pikir panjang jemarinya bergegas mengetik balasan.
"Kamu serius lagi disini?" sent
Sepuluh detik kemudian, always with me always with you-nya Joe terdengar pelan.. sembari menahan napas, dia menekan pelan tulisan accept yang berpendar hijau
"Kamu serius lagi disini?" Seakan tak cukup pesan, langsung saja sebaris kalimat itu ditanyakannya lagi
"Iya.." samar terdengar suara berisik yang menjadi latar belakang suara penelepon.
"Naik apa kesini, trus ini lagi dimana?"
"Naik bis, tadi malam, dan ini, bentar dimana ini ya.."..
"Kok, berisik?"
"Ini aku lagi di angkot, bentar.." kemudian hubungan terputus begitu saja..
Rei kembali menghubungi nomor yang barusan terputus.. sekali, dua kali.. Tak juga berhasil, sampai kemudian ..
"Rei, ada temenmu di luar..", entah sejak kapan ibunya tiba-tiba saja berdiri di samping pintu kamarnya yang juga terbuka entah sejak kapan.
Langkahnya terhenti, sesaat setelah pegangan pintu diputar.
"Kamu.."
Seraut wajah berantakan cengar cengir didepannya, Rei cuma sempat terperanjat sebentar sebelum mempersilahkan tamunya masuk..
"Eh, masuk, silakan, maaf.."
Entah apa yang sedang berkelebatan di kepalanya, sampai-sampai susunan kalimat yang diucapkannya begitu tak beraturan..
"Katanya tadi naik angkot?"
"Iya, tadi naik yang warna ungu itu. Trus bingung, lalu turun di Raden Intan, trus nyewa motor deh.." Ringan saja ceritanya begitu
"Heh? Sinting!.."
Yang dibilangin gitu hanya ketawa.
Tiga puluh dua menit tak terasa berlalu begitu saja. Seakan-akan sudah sejak lama mereka pernah bertemu, seakan-akan..
"Trus ini mau kemana?"
"Nggak tau.."
"Mau aku temenin keliling kota?"
Yang ditanya tak menjawab, cuma mengangguk-angguk dengan cepat.
"Yaudah bentar ya, aku minta ijin ibu dulu.."
..
Dua puluh menit kemudian, Soul membelah Raden Intan..
"Eh ini kan jalan yang tadi, itu tempat aku nyewa tadi, trus itu apa..?
"Itu Pasar Bawah, yang bikin kamu penasaran sejak kapan tau"
Yang di depan cuma tergelak
"Ini kita kemana?"
"Lurus.."
"Terus?"
"Hu uh.."
"Oke, pegangan.."
"Eh, enak aja.."
Kembali tertawa begitu saja..
Motor dipacu ke selatan, lalu berbelok ke timur di perempatan yang tengahnya ada tugu payung, dan..
Memasuki Sudirman..
"Itu tadi gajah dan bola?"
Rasanya tak henti-henti sepanjang jalan tadi bertanya-tanya..
"Iyaa.., eh ntar kita mampir di depan situ ya"
"Dimana.."
"Eh, puter balik deh.."
"Lho, kok.."
"Udah puter balik deh.."
Kembali ke patung gajah berpayung..
"Belok kiri., tar lurus aja.."
"Iyaa.."
Soul mengarah ke selatan..
"Teluk betung.."
Mulutnya tanpa sadar mengeja nama tempat yang beberapa kali terbaca di beberapa papan nama sepanjang jalan Diponegoro itu..
(mungkin bersambung..)
.
.
.
.
.
note:
akhirnya setelah sekian lama, berhasil juga merangkai cerita tentang kota yang entah sejak kapan pengen saya kunjungi, ya seperti bagian terakhir di dalam kurung itu, mungkin suatu saat akan bersambung..
Komentar
Posting Komentar