Langsung ke konten utama

musholla bukan untuk tidur

Pada beberapa kali perjalanan saya yang jaraknya lumayan jauh, beberapa kali saya terpaksa singgah di beberapa tempat untuk istirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan.  Dan tempat favorit untuk ngaso adalah pom bensin dan masjid.

Seringkali karena lelah yang tak tertahankan, saya kadang merasa perlu tidur beberapa waktu di tempat persinggahan.  Masalah yang sering mengganjal di benak saya adalah, seringkali terpampang tulisan :

dilarang tidur di musholla

malah pernah saya temui di sebuah pom bensin, yang dalam jam-jam tertentu, mushollanya digembok.

Saya tak tahu atas dasar alasan apa larangan tersebut, mungkin ada yang pernah jorok tidurnya atau gimana, tapi saya rasa, mana ada orang yang tidur tanpa pakaian lengkap dalam musholla, maksud saya entahlah, di bagian mana mengganggunya orang yang tertidur dalam musholla. Soalnya, sungguh tempat yang paling enak untuk tidur di musholla gitu ya di bagian sudut atau paling samping.

Aduh kenapa pagi-pagi saya malah menuliskan hal ginian,  Karena saya tiba-tiba teringat, beberapa minggu yang lalu saya melepas lelah dalam musholla yang terpampang peringatan begitu.  Tapi toh saya tak peduli karena saya ngantuk berat dan lelah sekali.  Untunglah saya tak diusir.

Komentar

  1. Masjid/Musholla emang nyaman. Saya sering siang-siang mlipir ke belakang lalu tiduran sebentar. Pas bangun seger lagi hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah kan, harusnya yg bikin larangan itu ngerti akan perasaan pada penggemar musholla sbg tempat istirahat selain tempat sholat hehe

      Hapus
  2. Padahal musholla itu tempat paling enak untuk bobok. Anginnya semilir, adem, dan enak aja dengerin orang-orang baca doa (kalau ada yang ngaji).

    Mungkin dilarang tidur itu takut spacenya penuh sama orang bobo. Mungkin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya nggak juga kali ck, wong musholla sepi kok, dan orang pasti ngerti jg kalo pas istirahat ada yg sholat jg sungkan, eh kecuali saya kmaren emang ga peduli tidur di pojokan hehe

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rekomendasi Toko & Bengkel Sepeda di Jogja

Sejak 'mengenal' sepeda, beberapa kawan yang sangat mengerti anatomi, morfologi dan histologi sepeda, saya pun memberanikan diri memberi rekomendasi beberapa toko dan bengkel sepeda di Jogja yang harus disambangi dikala sepeda memerlukan perawatan dan penggantian suku cadang. Rekomendasi tempat-tempat ini berdasarkan pertimbangan: harga, kelengkapan ketersediaan suku cadang, hasil seting sepeda dan pengalaman empunya bengkel.  Juga pengalaman beberapa kawan saat membeli spare part ataupun memperbaiki sepedanya.  Rata-rata setiap toko atau tempat yang menyediakan sepeda dan suku cadangnya juga menyediakan tempat dan tenaga untuk seting dan reparasi, tapi tak semua hasilnya bagus.   Bengkel sepeda Rofi (Rahul Bike) ,  pemiliknya adalah teman saya di komunitas sepeda Federal , tapi menurut sejarah awalnya justru beliau akrab dengan sepeda-sepeda keluaran baru.  Hasil seting sepeda mas Rofi ini sudah sangat dapat dipertanggungjawabkan, hal ini bisa dilihat dari jej

..mencoba instal Lubuntu di Lenovo S206

..leptop honey, istri saya itu kondisinya sekarang lumayan amburadul, wifi susah konek, batterynya error - ya kalo ini sih salah saya gara-gara pernah nge-charge kelamaan-,  dan terakhir suka mati-mati sendiri sehabis diinstal ulang sama windows 7 (bajakan). Saya putuskan untuk instal linux saja, kali ini saya instalin Lubuntu, turunan ubuntu dengan pertimbangan spec leptop yang lumayan pas-pasan: RAM cuma 2 Gb dan prosesor yang cuma dual core 1,4 Gb.  Sebenarnya saya pengen nginstalin debian lagi, tapi selain lupa caranya, saya juga pengen nyoba OS yang lain, setelah saya timbang-timbang yang file ISO-nya lumayan kecil ya cuma Lubuntu, cuma sekitar 900-an Mb.  Itu juga lumayan lama downloadnya, cuma ngandelin hotspot dari hape. Setelah dapet iso-nya, bikin bootable di flashdisk pake unetbootin , lalu mencoba instal, berhubung saya termasuk user abal-abal yang taunya instal dan klik sana sini, jadi belum berani instal seluruhnya, takut data yang ada di hardisk keformat seperti

jejak bubin Lantang

jika ditanya salah satu kota yang ingin saya datengin sejak berpuluh tahun yang lalu, jawaban saya pastilah: Bandar Lampung.  Tentu karena nama-nama sudut kota itu lekat di otak saya, gara-gara karya bubin Lantang itulah. dan saya, akhirnya menjejakkan kaki juga di tanah impian itu.  Sengaja dari penginepan, naik gojeg ke Jl. Manggis.  Itu kalo di serial Anak-anak Mama Alin adalah lokasi rumahnya Wulansari- ceweknya 'Ra. Sedangkan di novel Bila, itu adalah jalan tempat kediamannya Puji- ceweknya Fay. di Bila, malah jelas dibilangin nomer rumahnya: empatbelas, ya persis nomer rumah saya dulu di kampung.  Melihat plang nama jalan Manggis saja saya senang tak terkira.   Apalagi habis itu menemukan rumah bernomor 14.  Dan saya baru tau kalo itu rumah pegawai perusahaan kereta api.  Rumah tua memang, persis seperti yang digambarin di buku. Belum cukup senang saya, saat berjalan ke arah barat, ternyata ujung jalan bermuara ke Pasir Gintung! Tempat legendaris yang digambarkan sebaga