Pernah nggak terpikirkan, bagaimana proses meminta sesuatu.
Meminta, artinya berharap diberi. Tapi siapa yang mengerti, apa yang ada di benak sang pemberi.
Lebih-lebih saat berdoa, meminta sesuatu pada-Nya. Kita, eh saya cuma bisa meminta sesuatu, berharap banyak, tanpa mengerti kapan pinta saya dikabulkan, kapan pula setelah apa-apa yang saya pinta akan ditarik kembali oleh-Nya.
Seringkali, saya menganggap segala pinta saya yang dikabulkan-Nya, segala yang diberi-Nya, otomatis menjadi milik saya. Jarang saya sadar bahwa segala yang diberikannya, hal-hal baik, maupun hal-hal yang buruk, waktunya tak bisa ditentukan. Lambatlaun pasti akan kembali pada sang Pemberi. Semuanya hanya berbentuk pinjaman.
Saya cuma diberi hak untuk merawat pinjaman itu, apapun itu, harus dijaga, dengan sepenuh hati, sembari belajar untuk bersiap saat harus berpisah dengan pemberian-Nya. Walaupun nyatanya jarang-jarang ada manusia yang siap untuk menerima sebuah kehilangan, dalam bentuk apapun:
Toh, manusia memang egois, yang diminta selalu yang bagus-bagus, mana ada manusia yang meminta diberi kesengsaraan dan keburukan dalam hidup. Mungkin ada sih, dalam situasi tertentu.
Seharusnya, meminta memang tak berharap selalu akan diberi, tapi ya namanya manusia, ngarep hukumnya wajib hehehe. Tapi ngarep memiliki sesuatu untuk selamanya, sering tak bisa dihindari, sehingga saat sesuatu itu hilang, baru deh nyadar, bahwa kewajiban untuk merawat pemberian seringkali di abaikan.
Jadi, saat kita eh saya deh, berharap mendapatkan sesuatu, harusnya juga disertai pikiran dan tekat untuk menjaganya sebisa mungkin, dan tetep mikir itu hanya pinjeman yang bakal diambil lagi, ga ada batasan waktu memilikinya sampai kapan.
Sayang, manusia mikirnya memang suka lelet deh, nyadarnya suka lama. Manusia disini maksudnya saya.
Meminta, artinya berharap diberi. Tapi siapa yang mengerti, apa yang ada di benak sang pemberi.
Lebih-lebih saat berdoa, meminta sesuatu pada-Nya. Kita, eh saya cuma bisa meminta sesuatu, berharap banyak, tanpa mengerti kapan pinta saya dikabulkan, kapan pula setelah apa-apa yang saya pinta akan ditarik kembali oleh-Nya.
Seringkali, saya menganggap segala pinta saya yang dikabulkan-Nya, segala yang diberi-Nya, otomatis menjadi milik saya. Jarang saya sadar bahwa segala yang diberikannya, hal-hal baik, maupun hal-hal yang buruk, waktunya tak bisa ditentukan. Lambatlaun pasti akan kembali pada sang Pemberi. Semuanya hanya berbentuk pinjaman.
Saya cuma diberi hak untuk merawat pinjaman itu, apapun itu, harus dijaga, dengan sepenuh hati, sembari belajar untuk bersiap saat harus berpisah dengan pemberian-Nya. Walaupun nyatanya jarang-jarang ada manusia yang siap untuk menerima sebuah kehilangan, dalam bentuk apapun:
Duit yang banyak, cerita cinta yang asik, kekasih yang menyenangkan, keluarga yang menentramkan, keturunan yang lucu, kebahagiaan tak berujung, you name it..
Toh, manusia memang egois, yang diminta selalu yang bagus-bagus, mana ada manusia yang meminta diberi kesengsaraan dan keburukan dalam hidup. Mungkin ada sih, dalam situasi tertentu.
Seharusnya, meminta memang tak berharap selalu akan diberi, tapi ya namanya manusia, ngarep hukumnya wajib hehehe. Tapi ngarep memiliki sesuatu untuk selamanya, sering tak bisa dihindari, sehingga saat sesuatu itu hilang, baru deh nyadar, bahwa kewajiban untuk merawat pemberian seringkali di abaikan.
Jadi, saat kita eh saya deh, berharap mendapatkan sesuatu, harusnya juga disertai pikiran dan tekat untuk menjaganya sebisa mungkin, dan tetep mikir itu hanya pinjeman yang bakal diambil lagi, ga ada batasan waktu memilikinya sampai kapan.
Sayang, manusia mikirnya memang suka lelet deh, nyadarnya suka lama. Manusia disini maksudnya saya.
Paragraf :
BalasHapus" Seringkali, saya menganggap segala pinta saya yang dikabulkan-Nya, segala yang diberi-Nya, otomatis menjadi milik saya. Jarang saya sadar bahwa segala yang diberikannya, hal-hal baik, maupun hal-hal yang buruk, waktunya tak bisa ditentukan. Lambatlaun pasti akan kembali pada sang Pemberi. Semuanya hanya berbentuk pinjaman."
Menurut saya itu jauh lebih baik dari pada orang yg tidak mau berdoa sama sekali dan beranggapan apa yg dimiliki semua karena dia..
Seburuk buruk makhluk adalah makhluk yg tidak mau berdoa dan meminta kepada Rabb yang mana bumi dan langit berada dalam genggaman-Nya.. Tak peduli sebanyak apapun maksiat dan dosa yang pernah mereka kerjakan :)
namanya manusia, seringnya jua lupa :|
HapusAhh... terima kasih untuk postingan ini :)
BalasHapusTerimakasih pula sdh mampir & menyempatkan membaca ^^
Hapus