Akhir-akhir ini, lama-lama gerah juga dengan segala macam berita buruk yang bertebaran di media maupun sosial media. Semua seperti berlomba-lomba menyebar dan menebar berita. Yang kalau dikerucutkan tetap mengarah pada satu hal: keyakinan.
Ada yang mengutuk, ada yang berteriak tentang provokator, ada yang berkata cinta damai. Tapi sadarkah, semakin disebar, semakin saja menebar benci, bagi siapa saja, bahkan bagi diri sendiri.
Kenapa tidak sejenak saja berpikir tenang, diam lalu berkaca sebentar saja. Bahwa apa yang dilakukan dengan menebar berita buruk tak lebih dari menghasut juga, karena pikiran pembaca yang menerjemahkan apa yang disebarnya beda-beda.
Tidak semua dewasa menyikapi kejadian-kejadian buruk, bahkan berkata benar pun akan tetap terasa salah. Semua punya versi benar di pikirannya masing-masing.
Silakan lah terus menyebar berita buruk. Saya cuma kecewa dengan orang-orang yang pikir cukup pintar dan dewasa dalam hal berpikir dan menggunakan logika, akhirnya kalah dengan mengedepankan kegeraman semata.
Saya sebenarnya hanya ingin bertanya: Siapa yang ingin berita buruk? Siapa yang ingin hal-hal buruk terjadi.
Itu adalah pertanyaan retoris memang.
Sudahlah, lebih baik sementara sign out dari media yang lagi entahlah. Atau mencoba berbagi yang baik-baik.
Ada yang mengutuk, ada yang berteriak tentang provokator, ada yang berkata cinta damai. Tapi sadarkah, semakin disebar, semakin saja menebar benci, bagi siapa saja, bahkan bagi diri sendiri.
Kenapa tidak sejenak saja berpikir tenang, diam lalu berkaca sebentar saja. Bahwa apa yang dilakukan dengan menebar berita buruk tak lebih dari menghasut juga, karena pikiran pembaca yang menerjemahkan apa yang disebarnya beda-beda.
Tidak semua dewasa menyikapi kejadian-kejadian buruk, bahkan berkata benar pun akan tetap terasa salah. Semua punya versi benar di pikirannya masing-masing.
Silakan lah terus menyebar berita buruk. Saya cuma kecewa dengan orang-orang yang pikir cukup pintar dan dewasa dalam hal berpikir dan menggunakan logika, akhirnya kalah dengan mengedepankan kegeraman semata.
Saya sebenarnya hanya ingin bertanya: Siapa yang ingin berita buruk? Siapa yang ingin hal-hal buruk terjadi.
Itu adalah pertanyaan retoris memang.
Sudahlah, lebih baik sementara sign out dari media yang lagi entahlah. Atau mencoba berbagi yang baik-baik.
Kalo menurutku orang yang masih suka share-share artikel berbau provokasi gitu adalah orang yang belum dewasa dalam bersosial media. Ini pendapatku. Tidak setuju tak mengapa.
BalasHapusTolong hargai. Aku jarang banget lho mau mengemukakan pendapat gini. Hahahaha... :)
Aku hargai kok biasanya dgn cara ngeklik tombol hide post :D
HapusSaya cuma kecewa dengan orang-orang yang pikir cukup pintar dan dewasa dalam hal berpikir dan menggunakan logika, akhirnya kalah dengan mengedepankan kegeraman semata.
BalasHapusSaya juga om :(
Kalo sdh begitu bener kata bijak para leluhur : silence is golden
Hapus"atau mencoba berbagi yang baik-baik"
BalasHapusaku suka banget kalimatnya mas. aku juga bukan gak pernah ngebahas berita yang buruk, pasti pernah. tapi cukup dibelakang layar saja. sama pak suami, atau sama teman dekat. itu jauh lebih baik menurutku. sisanya, mari menebar berita baik, sekecil apapun, seremeh apapun.. <3
Iya, mending bikin orang lain senyum daripada bikin semua orang manyun \m/
Hapus