Langsung ke konten utama

novel serial berusia 20 tahun



Tadi siang, tak sengaja melihat tulisan tangan saya sendiri di sudut kanan atas halaman kedua dari novel serial anak-anak mama Alin-nya bubin LantanG yang entah sudah berapa ratus kali saya baca ulang.  Saya memang biasa menandai buku yang saya beli dengan paraf atau tandatangan dengan tambahan tanggal pembelian, kadang kota tempat saya membelinya, sebagai pengingat saya sendiri.

Rasanya buku itu, adalah novel yang pertama saya beli, dari gaji di tahun pertama saya bekerja, ya tak terasa kalau dihitung masa kerja sudah sedemikian lama sekali, tentu dengan mengabaikan fakta bahwa nyaris setengah dari masa kerja saya diisi oleh cuti besar-besaran atas nama sekolah :D

Buku itu saya beli di toko buku Gramedia yang berada di lantai 2 -kalau tidak salah- Mitra Plasa, pusat pertokoan modern pertama di Banjarmasin yang akhirnya luluh lantak akibat kerusuhan tahun 1997.

Novel itu entah sudah berapa kali juga mengikuti jejak saya kemana-mana, rasanya saya seperti tak bisa dipisahkan dengannya.  Soalnya selalu saja, kalau pikiran saya sudah mulai ngaco, membaca buku serial itu adalah salah satu pengganti tabib yang berhasil merubah hari-hari buruk menjadi lebih baik, ya rada drama memang, tapi ya begitulah.

Sedari saya magang di akhir kuliah S1 dulu, sampai saya bawa ke dalam hutan.  Kemudian saat meneruskan sekolah di Surabaya sekitar 13 tahun yang lalu juga saya bawa-bawa dalam ransel saya, pun saat saya memutuskan untuk melanjutkan sekolah lagi ke Jogja ini, buku yang satu itu tak lepas dari daftar buku yang harus ikutserta.

Nyatanya saya selalu berusaha menjaga kondisinya tetap bagus dan nyaman untuk dibaca.  Rasanya, paling tidak sudah dua kali sampulnya saya ganti, belum lagi bagian kirinya sudah saya jahit, sudah dua kali pula karena lemnya sudah tidak kuat lagi mengikat jilidannya.

Tuh, buku yang saya suka aja, saya simpen dan pelihara sampai sebegitunya, apalagi perempuan yang saya sayangi ^^

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rekomendasi Toko & Bengkel Sepeda di Jogja

Sejak 'mengenal' sepeda, beberapa kawan yang sangat mengerti anatomi, morfologi dan histologi sepeda, saya pun memberanikan diri memberi rekomendasi beberapa toko dan bengkel sepeda di Jogja yang harus disambangi dikala sepeda memerlukan perawatan dan penggantian suku cadang. Rekomendasi tempat-tempat ini berdasarkan pertimbangan: harga, kelengkapan ketersediaan suku cadang, hasil seting sepeda dan pengalaman empunya bengkel.  Juga pengalaman beberapa kawan saat membeli spare part ataupun memperbaiki sepedanya.  Rata-rata setiap toko atau tempat yang menyediakan sepeda dan suku cadangnya juga menyediakan tempat dan tenaga untuk seting dan reparasi, tapi tak semua hasilnya bagus.   Bengkel sepeda Rofi (Rahul Bike) ,  pemiliknya adalah teman saya di komunitas sepeda Federal , tapi menurut sejarah awalnya justru beliau akrab dengan sepeda-sepeda keluaran baru.  Hasil seting sepeda mas Rofi ini sudah sangat dapat dipertanggungjawabkan, hal ini bisa dilihat dari jej

ada apa hari ini

 rencananya adalah: hunting komik lagi di lapak depan jalan nyuci sepeda bikin materi untuk ngajar besok, artinya kudu baca ulang lagi materinya belajar swot, skoringnya masih belum ngerti, hedeh.. mudahan mahasiswaku ga baca blog ini haha sepedaan bentar sore-sore.. dan sepagi ini, saya kembali, iya kembalai, men- deactive akun-akun sosmed saya, dan lagi-lagi, saya tak tahu sampai kapan itu berlangsung, toh siapa juga yang nyari saya kan haha kecuali blog ini, tampaknya tetap dipertahankan aktif untuk menumpahkan kisah-kisah tak jelas sepanjang waktunya.. tadinya kepikiran untuk menghapus akun whatsapp  untuk sementara waktu, tapi tak bisa karena ada terkait kerjaan di kantor, walau akhir-akhir ini tak begitu ada kerjaan juga, jadi ya mungkin ditengok sesekali saja. itu saja dulu, eh apa saya perlu.. hedeuh apa tadi lupa

..mencoba instal Lubuntu di Lenovo S206

..leptop honey, istri saya itu kondisinya sekarang lumayan amburadul, wifi susah konek, batterynya error - ya kalo ini sih salah saya gara-gara pernah nge-charge kelamaan-,  dan terakhir suka mati-mati sendiri sehabis diinstal ulang sama windows 7 (bajakan). Saya putuskan untuk instal linux saja, kali ini saya instalin Lubuntu, turunan ubuntu dengan pertimbangan spec leptop yang lumayan pas-pasan: RAM cuma 2 Gb dan prosesor yang cuma dual core 1,4 Gb.  Sebenarnya saya pengen nginstalin debian lagi, tapi selain lupa caranya, saya juga pengen nyoba OS yang lain, setelah saya timbang-timbang yang file ISO-nya lumayan kecil ya cuma Lubuntu, cuma sekitar 900-an Mb.  Itu juga lumayan lama downloadnya, cuma ngandelin hotspot dari hape. Setelah dapet iso-nya, bikin bootable di flashdisk pake unetbootin , lalu mencoba instal, berhubung saya termasuk user abal-abal yang taunya instal dan klik sana sini, jadi belum berani instal seluruhnya, takut data yang ada di hardisk keformat seperti