Langsung ke konten utama

Males Merubah Menu Makanan

Tabiat saya sedari dulu tampaknya begitu.  Selain kadang-kadang suka mencoba-coba menu baru yang belum pernah saya rasakan, pada akhirnya menu makan saya sehari-hari ya itu-itu aja. 

Jadi, kalau saya sudah cocok dengan satu masakan, mungkin sebulan, mungkin lebih menu saya ya yang itu-itu saja.  Terlampau malas untuk merubahnya.

Saya tahan sebulan penuh buka puasa hanya dengan mie atom bulan goreng campur sayur dengan saus kacang yang menurut saya super duper enak buatan honey, istri saya.

Waktu dulu saya kuliah di Surabaya, nyaris setiap malam menu makan saya adalah pecel lele yang warungnya berjajar di sepanjang jalan Karang Menjangan, sedangkan makan siang nyaris selalu di warung kecil di belakang kampus pasca.  Menunya juga cuma nasi dengan lauk telor ceplok plus sambal kacang dan kerupuk.  Kalau tidak sesekali saya mampir warung di deket pasar karmen.  Nyaris dua tahun muter-muter aja disitu.

Sekarang, di sekitar saya berdomisili sekarang.  Pun hanya beberapa masakan yang pas di lidah dan kantong saya  (kombinasi dua hal itu penting, sangat).  Bulan-bulan yang lalu nyaris tiap hari, biasaya makan malam, akan berakhir di warung ayam serundeng bernama Ayam Beb.  Beneran itu porsi nasinya pas dengan perut saya, presisi sekali.  Biasanya saya cuma makan paket lele, itu lele goreng dengan serundeng, ditambah sepotong tahu & tempe dan teh manis, dihias sekeping kerupuk lilit, dunia pun terasa indah.

Akhir-akhir ini, pola makan saya sedikit berubah. Saya sedikit insyaf, sehingga berusaha banyak makan sayur dan buah.  Jadinya warung yang pas untuk memenuhi hasrat perut saya sekarang ini hanyalah warung prasmanan yang ada di Jl. Flamboyan, disitu sayurnya lengkap,  selain ada pilihan nasi dari beras merah yang nikmat.  Kalau malam, karena warung flamboyan buka cuma sampai sore, alternatifnya sekarang adalah capcay deket-deket sini.

Sejauh ini, menu makan saya rasanya sudah fix, selain tambahan air jeruk nipis dan buah pepaya tomat setiap paginya.

Tampaknya untuk sementara waktu ya begitulah bolak balik makan saya, selain rasanya enak, perut saya juga sudah bersahabat akrab dengan segala macam dedaunan dan segala macam buah sayur rupanya, hal yang dulu tak pernah terpikirkan.

Komentar

  1. Ini harusnya "mengubah" bukan "merubah" :)))

    Saya juga kayaknya perut nggak rewel-rewel amat Om soal makanan. Mau-mau aja nerima makanan yang itu-itu melulu dalam jangka waktu cukup lama. Dulu pas masih kuliah, pernah karena bokek, seminggu cuma makan nasi ditabur Masako (alias: nasi mecin). Pernah juga bulan puasa sahurnya cuma makan nasi ditabur Bon Cabe (kadang ditambah telur rebus kalau finansial agak oke). Hahaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Soal bahasa Indonesia, sudahlah tak usah dibahas, yg penting pesannya nyampe dah haha

      Dan menu anak kos gayamu itu sangar pisan, seminggu cuma sama micin? Hedeh, tp saya maklum akan daya tahan anak kos yg tiada duanya. Hidup anak kos!

      Hapus
  2. Aku suka tampilan blogmu yang baru, om. Lebih cerah dan fontnya unyu. Soal postingan ini, tentang makanan, ya. Hmm. Aku sering bingung mau makan apa tiap malam, karena kalau siang aku setiap hari beli makan di warung makan yang sama dan harganya cukup murah meriah, terus rasanya juga makanan rumah banget, jadi cucok sama perut dan lidahku. Kalau sesekali mau makan enak, aku beli makanan yang belum pernah aku coba atau jarang aku coba di dekat sini. Di pengkolan jalan ada tuh nasi uduk yang lumayan enak walau harganya agak mahal dikit. Hahaha.


    By the way, om, mengubah, bukan merubah :(
    *kemudian diusir dari blog ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mending yg jelas enak & murah daripada repot nyari yg ga jelas kecuali sesekali kalo pas iseng

      Dan soal tata bahasa ya sudah laaaah haha

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rekomendasi Toko & Bengkel Sepeda di Jogja

Sejak 'mengenal' sepeda, beberapa kawan yang sangat mengerti anatomi, morfologi dan histologi sepeda, saya pun memberanikan diri memberi rekomendasi beberapa toko dan bengkel sepeda di Jogja yang harus disambangi dikala sepeda memerlukan perawatan dan penggantian suku cadang. Rekomendasi tempat-tempat ini berdasarkan pertimbangan: harga, kelengkapan ketersediaan suku cadang, hasil seting sepeda dan pengalaman empunya bengkel.  Juga pengalaman beberapa kawan saat membeli spare part ataupun memperbaiki sepedanya.  Rata-rata setiap toko atau tempat yang menyediakan sepeda dan suku cadangnya juga menyediakan tempat dan tenaga untuk seting dan reparasi, tapi tak semua hasilnya bagus.   Bengkel sepeda Rofi (Rahul Bike) ,  pemiliknya adalah teman saya di komunitas sepeda Federal , tapi menurut sejarah awalnya justru beliau akrab dengan sepeda-sepeda keluaran baru.  Hasil seting sepeda mas Rofi ini sudah sangat dapat dipertanggungjawabkan, hal ini bisa dilihat dari jej

ada apa hari ini

 rencananya adalah: hunting komik lagi di lapak depan jalan nyuci sepeda bikin materi untuk ngajar besok, artinya kudu baca ulang lagi materinya belajar swot, skoringnya masih belum ngerti, hedeh.. mudahan mahasiswaku ga baca blog ini haha sepedaan bentar sore-sore.. dan sepagi ini, saya kembali, iya kembalai, men- deactive akun-akun sosmed saya, dan lagi-lagi, saya tak tahu sampai kapan itu berlangsung, toh siapa juga yang nyari saya kan haha kecuali blog ini, tampaknya tetap dipertahankan aktif untuk menumpahkan kisah-kisah tak jelas sepanjang waktunya.. tadinya kepikiran untuk menghapus akun whatsapp  untuk sementara waktu, tapi tak bisa karena ada terkait kerjaan di kantor, walau akhir-akhir ini tak begitu ada kerjaan juga, jadi ya mungkin ditengok sesekali saja. itu saja dulu, eh apa saya perlu.. hedeuh apa tadi lupa

..mencoba instal Lubuntu di Lenovo S206

..leptop honey, istri saya itu kondisinya sekarang lumayan amburadul, wifi susah konek, batterynya error - ya kalo ini sih salah saya gara-gara pernah nge-charge kelamaan-,  dan terakhir suka mati-mati sendiri sehabis diinstal ulang sama windows 7 (bajakan). Saya putuskan untuk instal linux saja, kali ini saya instalin Lubuntu, turunan ubuntu dengan pertimbangan spec leptop yang lumayan pas-pasan: RAM cuma 2 Gb dan prosesor yang cuma dual core 1,4 Gb.  Sebenarnya saya pengen nginstalin debian lagi, tapi selain lupa caranya, saya juga pengen nyoba OS yang lain, setelah saya timbang-timbang yang file ISO-nya lumayan kecil ya cuma Lubuntu, cuma sekitar 900-an Mb.  Itu juga lumayan lama downloadnya, cuma ngandelin hotspot dari hape. Setelah dapet iso-nya, bikin bootable di flashdisk pake unetbootin , lalu mencoba instal, berhubung saya termasuk user abal-abal yang taunya instal dan klik sana sini, jadi belum berani instal seluruhnya, takut data yang ada di hardisk keformat seperti