Langsung ke konten utama

Hotel Merah Putih tidak seasyik dulu..


Judul di atas dikutip dari kalimat di akun instagram di atas itu.

Sepertinya apa yang dikatakan mereka di atas itu ada benarnya, hotel yang mereka maksud tentulah POM bensin, tempat persinggahan siapapun secara cuma-cuma.

Saya sendiri beberapa kali mampir dan tidur di salah satu pojok pom bensin, baik sekedar leyeh-leyeh sebentar, ataupun malah numpang tidur yang cukup lama.

Tapi memang, ada beberapa pom bensin yang sepertinya pelit sekali, menerapkan aturan dilarang tidur di musholla.  Menurutku sebenarnya tujuannya sih bagus, musholla khusus untuk tempat ibadah.

Tapi menurutku lagi, bukankah lebih bagus lagi jika juga dipersilakan untuk para musafir yang sedang singgah untuk melepas penat, saat tidak dipergunakan untuk sholat.  Toh tidak 24 jam difungsikan untuk itu.

Okelah mungkin untuk menjaga kebersihan dan kerapian.  Lha kan ada petugas bersih-bersihnya juga.  Maksudku, sebagai jalan tengah, harusnya kalau ada larangan ya gitu, coba ya larangan istirahatnya cuma berlakuwaktu ibadah.  Jadi sama-sama enak, pun harusnya bisa sama-sama ngerti.


Tapi (entah ini kata tapi yang ke berapa).  Masih banyak kok, pemilik hotel merah putih yang baik hati, yang mempersilahkan bagian dari bangunan bisnisnya dijadikan tempat istirahat, yang kaya gini biasanya petugasnya juga ramah-ramah.   Saya doain smoga pom bensin yang ikhlas nyediain tempat istirahat bagi orang-orang yang lagi dalam perjalanan rejekinya lancar dan usahanya selalu untung dan mengalir terus.

Tuh, coba mereka tahu kalo berbaik hati didoain yang baik-baik sama yang mampir, padahal yang singgah tiap harinya nggak kehitung.  Seandainya mereka tahu, tentu bukannya melarang orang mampir, tapi justru nyedian tempat khusus untuk istirahat..

Sayangnya mereka ga tahu, mereka tempe..

Komentar

  1. Walah, kalo pom bensin ga boleh istirahat, terus mau istirahat di mana? Bahu jalan lak malah bikin macet.

    BalasHapus
  2. kalau sekedar mampir bagi yg punya mobil sih gpp kyknya mas, lah kalo yg pake motor atau sepeda, pas mampir tp ga boleh rebahan dan leyeh2 kan ya ga seru toh :D

    BalasHapus
  3. "Sayangnya mereka ga tahu, mereka tempe.." YA ALLAH ini kalimatnya sungguh sangat om-om :))))

    Eniwei, bukunya sudah tiba ke tangan saya dengan selamat, Om :D
    Terima kasih banyak! *sungkem
    Tapi berhubung masih harus ngantri panjang untuk dibaca, jadi nggak saya buka dulu dari bungkusannya hahaha ~

    BalasHapus
    Balasan
    1. hayah ada gitu kalimat yg sungguh sangat om2 :))

      baiklah, smoga nantinya menikmati bacaannya :D

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rekomendasi Toko & Bengkel Sepeda di Jogja

Sejak 'mengenal' sepeda, beberapa kawan yang sangat mengerti anatomi, morfologi dan histologi sepeda, saya pun memberanikan diri memberi rekomendasi beberapa toko dan bengkel sepeda di Jogja yang harus disambangi dikala sepeda memerlukan perawatan dan penggantian suku cadang. Rekomendasi tempat-tempat ini berdasarkan pertimbangan: harga, kelengkapan ketersediaan suku cadang, hasil seting sepeda dan pengalaman empunya bengkel.  Juga pengalaman beberapa kawan saat membeli spare part ataupun memperbaiki sepedanya.  Rata-rata setiap toko atau tempat yang menyediakan sepeda dan suku cadangnya juga menyediakan tempat dan tenaga untuk seting dan reparasi, tapi tak semua hasilnya bagus.   Bengkel sepeda Rofi (Rahul Bike) ,  pemiliknya adalah teman saya di komunitas sepeda Federal , tapi menurut sejarah awalnya justru beliau akrab dengan sepeda-sepeda keluaran baru.  Hasil seting sepeda mas Rofi ini sudah sangat dapat dipertanggungjawabkan, hal ini bisa dilihat dari jej

..mencoba instal Lubuntu di Lenovo S206

..leptop honey, istri saya itu kondisinya sekarang lumayan amburadul, wifi susah konek, batterynya error - ya kalo ini sih salah saya gara-gara pernah nge-charge kelamaan-,  dan terakhir suka mati-mati sendiri sehabis diinstal ulang sama windows 7 (bajakan). Saya putuskan untuk instal linux saja, kali ini saya instalin Lubuntu, turunan ubuntu dengan pertimbangan spec leptop yang lumayan pas-pasan: RAM cuma 2 Gb dan prosesor yang cuma dual core 1,4 Gb.  Sebenarnya saya pengen nginstalin debian lagi, tapi selain lupa caranya, saya juga pengen nyoba OS yang lain, setelah saya timbang-timbang yang file ISO-nya lumayan kecil ya cuma Lubuntu, cuma sekitar 900-an Mb.  Itu juga lumayan lama downloadnya, cuma ngandelin hotspot dari hape. Setelah dapet iso-nya, bikin bootable di flashdisk pake unetbootin , lalu mencoba instal, berhubung saya termasuk user abal-abal yang taunya instal dan klik sana sini, jadi belum berani instal seluruhnya, takut data yang ada di hardisk keformat seperti

jejak bubin Lantang

jika ditanya salah satu kota yang ingin saya datengin sejak berpuluh tahun yang lalu, jawaban saya pastilah: Bandar Lampung.  Tentu karena nama-nama sudut kota itu lekat di otak saya, gara-gara karya bubin Lantang itulah. dan saya, akhirnya menjejakkan kaki juga di tanah impian itu.  Sengaja dari penginepan, naik gojeg ke Jl. Manggis.  Itu kalo di serial Anak-anak Mama Alin adalah lokasi rumahnya Wulansari- ceweknya 'Ra. Sedangkan di novel Bila, itu adalah jalan tempat kediamannya Puji- ceweknya Fay. di Bila, malah jelas dibilangin nomer rumahnya: empatbelas, ya persis nomer rumah saya dulu di kampung.  Melihat plang nama jalan Manggis saja saya senang tak terkira.   Apalagi habis itu menemukan rumah bernomor 14.  Dan saya baru tau kalo itu rumah pegawai perusahaan kereta api.  Rumah tua memang, persis seperti yang digambarin di buku. Belum cukup senang saya, saat berjalan ke arah barat, ternyata ujung jalan bermuara ke Pasir Gintung! Tempat legendaris yang digambarkan sebaga