Langsung ke konten utama

Menyalakan bara yang menguap luruh

Rasa-rasanya, beberapa jenak terakhir ini, saya kehabisan energi untuk tiga hal penting yang membuat hidup ini menyala dan terus berjalan, adalah menikmati musik yang bagus, semangat untuk membaca apa saja dan kesenangan menulis.



Semua rasanya begitu tawar, mengarah hambar.  Mungkin bosan, mungkin tak ada alternatif yang menyenangkan lagi, tapi sungguh ini sangat tidak menyenangkan.

Saya berusaha mencari-cari musik yang bisa bikin normal lagi.  Sejauh ini channel di youtube bernama sounds from the corner menjadi pilihan, di samping video-videoklip di .net music everywhere

Tentang bacaan, aduh itu referensi saya yang bertumpuk, mungkin lebih bosa lagi dengan saya, rindu akan sentuhan mata dan jemari saya tampaknya halahaha.  Kemarin-kemarin sempet mampir di toko buku, pengen sekali membeli buku-bukunya Emha Ainun Nadjib, dulu waktu lagi suka-sukanya dengan buku beliau, cuma sempet beli dua: titik nadir demokrasi sama apa lagi satunya saya lupa.

Satu lagi sisanya, menulis.  Hal yang mudah, yang teramat mudah, hal yang sebenarnya sangat saya sukai.  Menuangkan segala yang sudah mengendap di otak.  Ide-ide, makian, yang berlompatan ingin keluar, masih terpenjara di sana.  Pelan-pelan saya ingin mengeluarkannya, salah satunya lewat tulisan ini.

Saya toh tak peduli ada yang membaca atau tidak.  Yang penting ditulis saja.  Ya ya terkecuali untuk tugas akhir itu, wajib dipikirkan respon pembacanya.  Walau untuk titik awalnya harusnya tak perlu memikirkan hal itu.

Jadi ya begitu saja,  saya cuma ingin bercerita, itu saja.

Komentar

  1. Om, ada channel di Youtube yang namanya Kok Bisa? . Bagus-bagus deh videonya. Eh, tapi barangkali Om sudah tahu ya. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. walah belum tau, nanti aku cek, makasih infonya :D

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rekomendasi Toko & Bengkel Sepeda di Jogja

Sejak 'mengenal' sepeda, beberapa kawan yang sangat mengerti anatomi, morfologi dan histologi sepeda, saya pun memberanikan diri memberi rekomendasi beberapa toko dan bengkel sepeda di Jogja yang harus disambangi dikala sepeda memerlukan perawatan dan penggantian suku cadang. Rekomendasi tempat-tempat ini berdasarkan pertimbangan: harga, kelengkapan ketersediaan suku cadang, hasil seting sepeda dan pengalaman empunya bengkel.  Juga pengalaman beberapa kawan saat membeli spare part ataupun memperbaiki sepedanya.  Rata-rata setiap toko atau tempat yang menyediakan sepeda dan suku cadangnya juga menyediakan tempat dan tenaga untuk seting dan reparasi, tapi tak semua hasilnya bagus.   Bengkel sepeda Rofi (Rahul Bike) ,  pemiliknya adalah teman saya di komunitas sepeda Federal , tapi menurut sejarah awalnya justru beliau akrab dengan sepeda-sepeda keluaran baru.  Hasil seting sepeda mas Rofi ini sudah sangat dapat dipertanggungjawabkan, hal ini bisa dilihat dari jej

ada apa hari ini

 rencananya adalah: hunting komik lagi di lapak depan jalan nyuci sepeda bikin materi untuk ngajar besok, artinya kudu baca ulang lagi materinya belajar swot, skoringnya masih belum ngerti, hedeh.. mudahan mahasiswaku ga baca blog ini haha sepedaan bentar sore-sore.. dan sepagi ini, saya kembali, iya kembalai, men- deactive akun-akun sosmed saya, dan lagi-lagi, saya tak tahu sampai kapan itu berlangsung, toh siapa juga yang nyari saya kan haha kecuali blog ini, tampaknya tetap dipertahankan aktif untuk menumpahkan kisah-kisah tak jelas sepanjang waktunya.. tadinya kepikiran untuk menghapus akun whatsapp  untuk sementara waktu, tapi tak bisa karena ada terkait kerjaan di kantor, walau akhir-akhir ini tak begitu ada kerjaan juga, jadi ya mungkin ditengok sesekali saja. itu saja dulu, eh apa saya perlu.. hedeuh apa tadi lupa

tentang Nuran, penulis yang mencoba bengal namun gagal

..."Aku pake topi bergambar macan.."  Demikian isi pesan pendek yang masuk ke telepon genggam jadul saya. Waktu itu adalah acara meet and greet Pidi Baiq di Togamas Gejayan. Akhirnya saya bisa bertemu & bersalaman dengan blogger yang -maaf- baru-baru saja saya kenal waktu itu namun langsung membuat terpikat dengan tulisan-tulisannya. Apalagi beberapa tulisannya menguak lugas berbagai sisi Guns n' Roses, band rock n' roll peringkat satu dalam hidup saya. Itulah Nuran, pemuda bertubuh sehat jebolan Tegalboto. Belakangan saya baru nyadar kalau saya berkenalan dengan wartawan majalah musik ternama. Pantas saja tulisan-tulisannya beralur rapi, batin saya. Beberapa jeda kemudian, saya sempat nengok kontrakannya di Condongcatur. Kenalan dengan peliharaanya yang bertitel Oz. Berkesempatan melihat-lihat sebagian koleksi bacaannya yang.. tampaknya terlalu berat untuk otak saya. Ohiya, waktu itu seorang Nuran masih berstatus maha