Bagian kedua
"Ringin!"
Suara yang melengking itu sudah menerpa dedaunan sawo kecik sepagi ini. Sebentar saja, langkah-langkah cepat yang sangat aku kenal sudah menyusul dan berusaha mengikuti ritme jalanku. Aku menoleh. Dia nyengir. Agak sedikit ditahan senyumnya, seperti itu pikirku.
"Ada apa, Mi?"
"Ke kantin situ, yuk!" Jemarinya menunjuk ke kantin terbuka, di antara psikologi dan sastra.
"Aku mau ke perpustakaan sebentar."
"Ayolah, ini juga sebentar, kok" Tangan kanannya sudah menarik strap ranselku saja.
"Ada apa, Mi?" Pertanyaan yang sama.
"Aku sakit kepala"
"Yuk lah.."
Dua pasang kaki kami, berbalik arah. Menuju timur.
"Ringin!"
Suara yang melengking itu sudah menerpa dedaunan sawo kecik sepagi ini. Sebentar saja, langkah-langkah cepat yang sangat aku kenal sudah menyusul dan berusaha mengikuti ritme jalanku. Aku menoleh. Dia nyengir. Agak sedikit ditahan senyumnya, seperti itu pikirku.
"Ada apa, Mi?"
"Ke kantin situ, yuk!" Jemarinya menunjuk ke kantin terbuka, di antara psikologi dan sastra.
"Aku mau ke perpustakaan sebentar."
"Ayolah, ini juga sebentar, kok" Tangan kanannya sudah menarik strap ranselku saja.
"Ada apa, Mi?" Pertanyaan yang sama.
"Aku sakit kepala"
"Yuk lah.."
Dua pasang kaki kami, berbalik arah. Menuju timur.
Komentar
Posting Komentar