Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

tentang sepatu

disclaimer: ini sungguh bukan iklan. saya tak begitu suka dengan sepatu formal, atau yang terbuat dari kulit dan sejenisnya, sampai melihat seorang kawan memakai brodo, seri Signore, lha kok keren, dan lebih-lebih modelnya simpel.  Akhirnya pertama saya beli, Signore warna coklat no. 39 dan ternyata kekecilan, sempet maksa beberapa bulan, akhirnya tak tahan juga. Beberapa bulan kemudian ganti Signore full black, dan tak mau ambil resiko, memutuskan beli yang nomor 41, dan itu beli bekas, sama halnya kondisi Signore brown  tapi kondisinya masih teramat baik.  Sampai sekarang awet saya pakai, terakhir saya pakai jalan kaki sejauh 3 kilometer lebih saat menelusuri jalan Raden Intan di Bandar Lampung, dan tetap terasa nyaman di kaki, padahl solnya tak terlalu tebal, tapi entahlah, tak bikin sakit dan pegel. dan barusan, saya tergoda lagi, melihat seri baru, masih Signore, tapi seri Parang Jati, bedanya di sol yang sedikit lebih tebel, dan ukuran sepatunya lebih besar satu nomor diba

jejak jalan-jalan jauh

rasanya sekarang jalan kemanapun, tak lagi sesemangat dulu, tak lagi pengen eksplore terlalu banyak, mungkin fasenya sudah lewat, mungkin masanya sudah tak sama lagi... benar-benar setengah tak peduli dengan tempat-tempat yang mungkin menurut orang lain bagus dan sangat bagus, sekarang lebih ingin menikmati waktu di rumah, atau sepedaan yang tak terlalu jauh.  malas sekali sekarang menumbuhkan niat untuk bersepeda yang rada lamadan rada jauh euy. kalaupun jalan ke suatu tempat yang rada jauh dari rumah, aktifitas yang menyenangkan adalah menjumpai teman-teman lama, untuk kemudian berkeliling menikmati suasana sekitar dengan sederhana, kemudian istirahat menikmati malam, dimana pun itu. kalau soal makanan, itu sih masih, terutama makanan yang belum pernah dicicipi lidah.  mungkin sebuah perjalanan jauh saat ini, lebih pada mengenali sebuah tempat yang belum pernah didatangi sebelumnya. setelah sampai dan berkeliling sejenak yasudah, tak ingin lebih jauh dari itu.  kecuali suatu te

bila lama tak bersepeda

ya rasanya cukup lama, sekitar dua mingguan lebih, tadi saja memaksa niat untuk kembali bersepeda, dua kali dan dua sepeda.  awalnya sedikit kagok dan malas melewati tanjakan yang tak seberapa tingginya, apalagi sepeda A-Pro merah itu rada kagok digowes, mungkin karena stemnya tak sesuai ukurannya. mungkin, nantilah mencari ukuran yang pas. total dari dua sepeda itu, mungkin cuma sekitar 7 km-an saja, lebih sedikit mungkin.  ingin kembali membawanya ke kantor, tapi bagaimana mengantar istri ke kantornya? mungkin lebih baik mencoba di hari jum'at saja. walau pulangnya bakal malesin, panas bo. ada lagi wacana untuk sepedaan rada jauh lagi, mau di propinsi ini tapi yaitulah, panasnya kalau menjelang siang itu yang bikin mwales.  entahlah kapan lagi sepedaan yang rada jauhan dikit.  apalagi sadelnya lady red itu jauh dari break in . btw, si bungsu juga perlu sepeda juga toh, hedeh. aku egois sekali juga sih ya.

tentang koordinasi hedeh

gini ya, biasanya kalo ada surat masuk dari kementerian di kabupaten itu, lewatnya ya dialamatin ke bupati, trus ada disposisi turun ke sekda, trus ntar bisa turun ke instansi yang terkait atau bagian di setda. kadang ada surat yang masuk ke bagian, trus kudune, kalau terkait dengan kerjaan suatu instansi, harusnya ada koordinasi.  dan tahun ini parah, bikin saya sedikit kesel.  ada kerjaan yang harusnya masuk ke instansi saya, tapi tak sampai, ketahan sama satu bagian. entahlah gimana maksudnya. padahal penting sekali, terkait input data yang harus dilakukan terkait kerjaan saya. dan saya dikasih taunya, hanya beberapa minggu menjelang deadline.   ya jelas saya protes, itu surat yang datengnya sejak tiga bulan yang lalu, kenapa baru aja disampaikan isinya? ujug-ujug saya diminta bantu input. padahal sebelum itu ada pra kegiatan dan koordinasi yang kudu dilakukan.  Oke memang saya sedikit naif karena ngga ngecek web kementerian, tapi saya orang baru yang ga ngeh kalo ada info ter

tentang masalah-masalah

sebenarnya sudah terlampau lelah mendengar masalah-masalah orang lain, untuk kemudian berusaha menjaganya agar orang lain tidak mengetahuinya.   wong  nengok masalah sendiri saja pusing. kadang-kadang lebih ingin bersikap masabodo dan tak peduli, atau memang seharusnya memang demikian, bersikap netral dan seakan-akan hear nothing. saat ini tak ada keinginan lain selain ingin menikmati ketenangan hidup.  memang sesederhana itu sebenernya tujuan hidup.  kian lama cuma ingin berusaha menjauhi masalah, segala masalah.  Jauh sekali dengan beberapa tahun ke belakang, yang kadang malah ingin nyari masalah. sepertinya hidup sudah sampai pada titik jenuh pada apapun yang berbau tantangan, yang ada hanya keinginan besar untuk semakin menarik diri jauh dari keramaian.  apalagi aku, sekali lagi, yang sejatinya tak begitu suka dengan keramaian. hanya ingin berjalan dalam tenang. begitu saja.

tentang bagaimana nanti kau akan dirindukan

ini adalah, cuma sekilas pertanyaan, jika nanti kau, kita, aku, menghilang dari muka bumi ini, seperti apakah dirimu akan dirindukan. ataukah tidak? adakah jejak baik yang akan ditinggalkan untuk diingat dan sesekali ditangisi oleh orang-orang yang mungkin menyayangimu, terang-terangan maupun diam-diam. semua orang rasanya ingin diingat akan hal yang baik-baik saja. tapi kenapa masih saja sering berbuat hal buruk dan busuk?

bila november berakhir

rasanya baru saja, oktober berakhir menuju november yang hujan, tau-tau sekarang sudah tanggal dua puluh empat saja.  terasa sekali waktu berlari, smoga tahun ini berakhir dengan baik-baik saja. entah kenapa akhir-akhir ini terpikirkan akan masalah waktu ini, anak-anak yang satu persatu melangkah meninggalkan rumah, tahun depan giliran si tuan putri yang melanjutkan langkahnya, dia sudah memutuskan mau kemana, dan ya masih ada si bungsu memang, tapi tetap saja, mungkin nanti bakal lebih sepi dibanding biasanya. belum apa-apa aku sudah membayangkan sore hari pulang kantor tak ada lagi yang berlari membukakan pintu rumah.  tak ada lagi yang bakal ribut dengan celoteh artis-artis korea kesayangannya, kecuali nanti saatnya libur semesteran. ya masih lama memang, masih kurang lebih satu tahun lagi. tapi saya seakan-akan sudah bersiap-siap untuk merasa lebih sepi.  walau saya jelas tak bakal siap. ga asik ah tulisan kali ini endingnya. meuni sedih.

napas yang cukup

sebenernya apa sih hakikat sebuah kata bernama : ' cukup ' itu?  Apa memang manusia tak pernah berkenalan sungguh-sungguh dengannya, atau memang tak pernah sampai pada titik dimana dirinya merasa cukup. Bagi saya, mungkin nanti suatu saat, kata itu akan datang menghampiri, saat anak-anak sudah selesai dengan urusan sekolahnya (yang padahal ga ada yang bakal tau kalau bakal berlanjut lagi suatu saat kelak hihi), lalu sepanjang hari menikmati waktu, bersepeda seharian, mengutak-atik sepeda, atau sibuk membasuh motor legenda di pekarangan yang tak begitu luas, atau berusaha bertukang membuat benda-benda apa saja dari apa saja di halaman belakang, atau iseng meraparasi apapun. Lalu duduk di sore hari berdua di teras, sambil minum teh tawar tentu saja, bercerita tentang apa saja dengan istri di kursi kayu, sambil sesekali menengok halaman-halaman buku-buku fiksi yang seperti tak selesai-selesai. Intinya menikmati sisa waktu, tanpa ada keinginan untuk menambah apapun lagi yang

tentang resolusi 2020

baru saja november, yang hujan, sudah teringat akan resolusi yang terakhir bikin kapan ya? pokoknya tahun depan aku ingin pindah rumah lah, apalagi pas tau kmaren atap rumah bocor, ya gara-gara seng pelapisnya pada lepas bagian tengahnya, jadi aja kamar tengah tau-tau basah. selain takut akan kayu-kayu yang sepertinya semakin parah dimangsa rayap-rayap iblis menjelma ke penjuru dunia.. puyeng jg ngitung2 bahan bangunan yang tiap tahun makin meninggi (yaiyalah), tapi mari semoga mewujud nyata. selain itu- masih saja ingin memiliki astrea legenda, motor yang paling nyaman yang pernah aku rasakan sepanjang hidup. kalo ga ketemu ya paling tidak astrea apa sajalah yang masih bagus. lalu ingin beli gitar, .. bentar-bentar, ini sebenernya resolusi apa bucket list  toh?  apa aja lah.  gitar butut di kamar ini entah sudah berapa tahun adanya, sampai-sampai saya beneran lupa itu sebenernya gitar punya siapa haha itu saja udah.

napas absurd.

angin maret begitu kering, dedaunan kuning berbaur rontokan rerumputan di lantai bumi yang mewangi vetiver, dan Albizia saman tak peduli, tetap pongah dengan hijaunya tapi juga tak mau merunduk, mungkin malu dengan sepasang kaki yang bertautan di rindangnya yang menghalau panasnya siang yang sebentar lagi usai.. itu adalah sabtu di akhir minggu kedua, akhir masa libur, akhir masa bertemu, akhir masa kembali mengurai rindu, tak lepas juga pelukan dan sesekali lembut hangat di keningnya, berbaur matanya yang sembab hingga berpulas bening perlahan mengalir di pipinya yang merona jingga. kontras dengan langit yang sepenuhnya biru. bibir mereka lekat, tak bertautan, kala tak kentara, tangan kanan Zi perlahan mengeluarkan belati kecil dari slingbang  yang sedari tadi tergeletak di sisi mereka, perlahan pula digoreskannya, ya hanya digoreskan saja pada punggung lelakinya yang lembab.. Zi melepaskan ciumannya, menatap mata lelakinya yang sayu, menciumnya sekali lagi, matanya sembab.  

tentang Love for Sale 2

akhirnya, penasaran juga nonton kelanjutannya, setelah nonton kekejian mb Arini Kusuma terhadap bang Richard di bagian pertamanya. di sekuelnya ini namanya berubah jadi Uni Arini Chaniago, masih berbasis love.inc, perusahaan berbasis   mobile  yang masih misterius keberadaannya, saking canggihnya. ceritanya sih berputar-putar di seputar jodoh yang tak kunjung datang pada anak kedua dari ibu siapa sih namanya lupa, yang tak kalah pusing dengan jodoh  anak pertama dan ketiganya.  Sampai kemudian datanglah Arini.. bagian yang paling bikin penasaran di film ini bagi saya adalah, saat tetangga depan rumahnya si Adipati Dolken ngasih tebak-tebakan tentang pohon, dan ga dikasih jawabannya, menyebalkan sekali hedeh. mungkin, sedikit kebalikan dari film pertama, menurut saya, kalo di bagian pertama lelakinya yang baper, di film ini kebalikannya.  Selain itu, filmnya mengalir begitu saja, dan menyenangkan karena setingnya kebanyakan di rumah yang ada di sebuah gang beserta kehidupan seki

jejak 1997.

22 tahun sudah berlalu kawan. pertamakali menyeberang lautan ke Jawa Dwipa, menjejak tanah dan pengalaman baru.  Menghirup udara yang belum pernah kita rasakan.  Melihat hirukpikuk yang sebelumnya cuma bisa dilihat dari layar televisi dan terbaca di lembaran koran. Praktek hutan tanaman yang tak sampai dua minggu, untuk dilanjutkan , dengan urusan masing-masing.  Aku sendiri ke arah barat, naik Kertajaya, atau Kereta Gaya Baru, persisnya lupa.  Menuju ibukota dari Lempuyangan, menikmati kereta api ekonomi tak lelah, sampai di ujung rel: stasiun Jakarta Kota.  Cukup sebentar untuk kemudian berganti kereta listrik, KRL dengan tiket seharga sembilan ratus perak.  Menuju kota hujan, kota yang aku impikan sejak lama untuk di datangi, untuk menemui dirinya, dirimu. (bersambung kapan2)

tentang leptop dan debian yang menyertainya

leptop fujitsu saya sudah ringkih bener, banyak scratch dan batrenya tak juga sempat terganti, mungkin suatu saat akan saya bawa ke Jogja saja, ganti layar dan batre sekalian. dan soal OS, saya masih setia dengan debian, satu-satunya sistem yang saya percayai saat ini, basic, ringan dan nyaris tak pernah ada masalah saat menggunakannya. dan tentu kinerjanya masih yahud untuk leptop yang usianya sudah berapa abad ini. barusan iseng ngecek, lah skarang sudah ada versi 10.1 nya, dengan code name buster.  hmm jadi tertarik pengen upgrade.  Tak tahu diri sekali ya, sudah tahu leptop ringkih, penasaran aja pengen apdet sana sini hehe. tapi bentar, saya ya kudu gugling juga, wong lupa lagi perintah-perintahnya haha dasar awam.

tentang senin yang dibenci

terus terang, di saat orang lain (mungkin) semangat menyongsong hari awalan minggu: senin.  Saya lambat laun mulai membencinya, lebih bersemangat untuk meninggalkan kantor yang entah kenapa tak tampak begitu menarik. kalau saja saya tak perlu uang untuk sekolah anak-anak- mungkin lebih baik membolos sahaja. nyaris setiap senin pagi, saya kehilangan semangat- ingin lari dan bersembunyi saja entah dimana. entah sampai kapan harus berlaku begitu.  jauh di sisi lain alam pikiran saya, adalah ingin keluar dari sistem yang semakin bikin mual. tapi sekali lagi: saya perlu uang. ingin mencarinya di tempat lain, sampai seusia ini, saya belum punya kebisaan apa-apa, selain sok-sokan mengatur ini itu, sambil sesekali marah di sana-sini.  selain penyakit bernama malas yang berakar dan melenakan. oh beruntunglah mereka dan kalian yang rajin dan punya keahlian lain selain enak-enak di kantor tanpa target yang memberatkan.

tentang rindu yang berkarat

kadang aku rindu bikin fiksi. imajinasiku rada buntu. perasaanku kurang enak. kadang juga rindu hal-hal seperti tidur agak telat seperti sekarang, menikmati hari-hari dengan senyap. tanpa perlu dan bermimpi yang macam-macam. aku hanya ingin bernapas seperti biasa, dan bangun pagi dengan ringan. untuk kemudian menuliskannya: di kertas, di blog, di notes  hape, dimana saja. kadang aku rindu diriku yang dulu.  yang sendiri di sudut, tanpa peduli apapun kelakuan orang lain.  diriku saat 29 tahun yang lalu, yang seringkali kurang uang namun tenang.

tentang akhir-akhir ini

rasanya cukup melelahkan, mengejutkan dan random. hidupku yang sangat random. kerjaan yang entahlah, seringkali bikin emosi, bikin masalah dimana-mana. di sisi lain, semangat untuk membaca, bahkan untuk sekedar membaca novel atau fiksi pendek pun seperti beku, stagnan, punah entah kemana.  seekdar menikmati musik pun belum ada yang senyaman.  yang paling parah, perjalanan-perjalanan yang dilalui, belum ada yang memberi apa ya, jejak yang kuat. apalagi? sepedaan yang juga rada jarang, bahkan mengumpulkan niat dan semangat sepedaan ke kantor saja sedikit susah, beh, postingan kok ya isinya keluhan ya.  biar deh.  lha, aku pikir- seidealis-idealisnya di tempat sekarang, tetap saja, lebih baik selow. argh kalimat macam apa ini. intinya aku capek.  sedikit capek. banyak random.  aku ingin pindah rumah saja sudah #lah oh satu lagi. sosmed- sosial media sekarang, tak lebih dari sebuah toxic,  racun yang bikin sakit mata dan pikiran, semua orang seperti yang paling benar dimana-mana,

tentang perfumery

saya harus mengakui, indera penciuman saya terhadap sesuatu yang bernama parfum itu begitu payahnya, setelah membeli starter pack HMNS, menonton channel youtube indofragz dan diskusi dengan kang Inda, seorang teman yang suka dengan wewangian.  Akhirnya tergoda untuk membeli beberapa decant , selain juga iseng membeli beberapa refill 10 ml-an karena penasaran. Sejauh ini saya sudah punya decant Dior Sauvage, Terre d'Hermes, Armaf Ventana, Armaf  Club de Nuit Intense Man, dan punya refill Dunhill London, Bvlgari Men Wood Essence, selain juga membeli AL Rehab Siver. Hasilnya? Indera penciuman saya bingung hahaha Tapi sejauh ini yang enak bagi idung saya sih HMNS Theta dan dan Alpha, Armaf Ventana dan Bvlgari Men Wood Essence.  Tapi masih penasaran dengan Terre yang sepertinya saya beli decant yg meragukan keasliannya, walau beli di toko rekomendasi vlogger eta. Entahlah, masih nyari signature scent yang pas untuk saya.  Yaiyalah, wong sebelumnya saya cuek dengan segala macam

jejak bubin Lantang

jika ditanya salah satu kota yang ingin saya datengin sejak berpuluh tahun yang lalu, jawaban saya pastilah: Bandar Lampung.  Tentu karena nama-nama sudut kota itu lekat di otak saya, gara-gara karya bubin Lantang itulah. dan saya, akhirnya menjejakkan kaki juga di tanah impian itu.  Sengaja dari penginepan, naik gojeg ke Jl. Manggis.  Itu kalo di serial Anak-anak Mama Alin adalah lokasi rumahnya Wulansari- ceweknya 'Ra. Sedangkan di novel Bila, itu adalah jalan tempat kediamannya Puji- ceweknya Fay. di Bila, malah jelas dibilangin nomer rumahnya: empatbelas, ya persis nomer rumah saya dulu di kampung.  Melihat plang nama jalan Manggis saja saya senang tak terkira.   Apalagi habis itu menemukan rumah bernomor 14.  Dan saya baru tau kalo itu rumah pegawai perusahaan kereta api.  Rumah tua memang, persis seperti yang digambarin di buku. Belum cukup senang saya, saat berjalan ke arah barat, ternyata ujung jalan bermuara ke Pasir Gintung! Tempat legendaris yang digambarkan sebaga

tentang 1998-2019

21 tahun adalah rentang waktu yang lama, banyak yang berubah: pengetahuan, keterbukaan, keberanian. tahun 1998, saya masih mahasiswa tahun kelima- yang belum tahu lulusnya kapan, sementara pengetahuan terbatas, baik referensi mata kuliah, ataupun referensi atas berita-berita di media yang sangat ketat.  Apalagi tahun-tahun sebelum presiden waktu itu turun, semua berita isinya selalu yang manis-manis.  Nyaris tak tahu ada apa di balik semua peristiwa yang terjadi di sudut-sudut negeri sendiri. Informasi paling cepat mungkin hanya bisa didapatkan dari televisi, yang sekali lagi isinya selalu yang manis dan baik.  Penonton mengkonsumsi produk yang sudah melalui QC lumayan ketat.  Kebenaran di baliknya entahlah. sekarang, 21 tahun kemudian. Orang-orang tua di gedung Yoni dan kerabatnya, mungkin berpendapat, masih bisa semaunya berperilaku seperti di duapuluh tahun yang lalu.  Memanfaatkan kekuasaan di atas segalanya. Menganggap bisa mengendalikan dunia dengan cangkemnya. Men, sekar

bila asap tiba.

akhirnya saya harus menuliskan hal ini juga, sedikit gemas yang mengutuk tanpa tahu akar masalah soal asap yang tak henti dikeluhkan saat kemaru tiba di beberapa titik di negeri ini. beberapa poin harus diingat kembali, adalah bahwa di tahun 1980-akhir 1990-an: iklim masih bagus, masih jelas batas antara musim hujan dan kemarau di kampung saya membakar jerami di sawah setelah panen adalah hal yang biasa, tapi tak sampai muncul kabut asap. bahkan sudah biasa muncul kabut tebal di pagi hari, kabut yang dingin dan segar. membakar lahan hutan untuk berladang adalah hal yang biasa, tapi peladang pun menggunakan pola bergilir, dan kemampuan membuka lahan seperti itu pun sangat terbatas dengan peralatan yang sederhana. luasan hutan, khususnya di Kalimantan pada awal 1980-an masih relatif terjaga, mungkin harus melihat data yang lebih akurat untuk hal ini dalam setahun, adalah sangat biasa hutan gambut terbakar, hanya luasannya kecil, tidak dalam jangka waktu yang lama dan sangat tida

napas orang-orang dekat

saya barusan nonton kumpulan video tentang selebritis dan fansnya, berlanjut ke video marinir USA yg menemui keluarganya diam-diam setelah lama tak bertemu.  sungguh adalah rekaman dengan konsentrasi bawang tingkat planet namec. sebuah pertemuan yang lebih berharga dibanding apapun.  saat kedatanganmu ditunggu melebihi apapun. jadi, apalagi yang lebih berharga di dunia ini selain hubungan dekat dengan orang-orang yang dikagumi dan dicintai? tak ada. tak ada lagi. maka, sesekali pergilah jauh, tapi jangan lupa kembali. selalu ada yang menunggu. dan rindu, lebih berbahaya dibanding lindu.

napas yang keluar dari mulut

seringkali aku pikir, kian hari mulutku ini semakin tak bisa terjaga, mengeluarkan kalimat yang tak semestinya, mneumpahkan apa saja yang ada di dalam otak dalam bentuk suara hingga membanjir. sekali lagi aku rindu masa sekolah menengah pertama dulu, saat aku lebih sebagai pengamat dibanding ikut dalam riuhnya dunia.  aku ingin kembali menjadi aku di masa itu. belum lagi rahasia-rahasia sederhana tentang dunia, yang kebenarannya tak begitu jelas, dengan gampang diumbar melalui apa saja, di mana-mana, dan kapan pun.  padahal tak begitu jelas apa maunya. diam-diam. seringkali aku kecewa dengan diriku sendiri.

tentang produk lokal

setelah aku ingat-ingat, ternyata aku banyak make produk lokal, coba kita cek satu-satu. ( kita? gue aja kali). salah banyaknya adalah : sepatu : brodo (bandung) tas : eiger (bdg juga) kaos : kebanyakan bikinan oasis sablon (jogja) pomade : RND (prototype, merk sendiri, diracik oleh ND leather) sepeda : federal mt everest dan wim cycle pocket rocket parfum : HMNS (menteng) belum lagi penulis favorit saya : bubin LantanG (lampung) dan andrea Hirata (belitung), bung Smas (semarang) musik? sudahlah itu ranahnya bang Rhoma. film favorit, sampe sekarang ya Jomblo (2006) yg dari novel Aditya Mulya itu. coba ada sepedamotor gitu bikinan negeri ini ya. Jadi apapun, sebenarnya bikinan negeri ini keren-keren kok.

tentang HMNS

HMNS adalah  eau de perfume racikan anak Menteng, paling ngga saya tau itu dari alamat pengirimnya hehe selaku manusia yang benar-benar awam tentang wewangian, hal ini adalah benar-benar baru bagi saya.  Mulai tertarik dengan hal ini justru gara-gara beberapa kali kawan saya yang bernama Inda posting tentang koleksi parfumnya.  Walau sekali lagi, pertamakali yang namanya parfum bikin saya penasaran adalah film dengan tokoh utama Jean-Baptiste Grenouille yang jenius itu. dan kebetulan ada gerombolan yang rajin mengapdet produknya di media sosial, bikin saya penasaran dan memesan starter pack  yang berisi tiga varian produk andalannya : alpha, delta dan theta. saya yang tak begitu paham tentang esensi  top notes, middle notes, dan  base notes, akan mencoba memberikan gambaran ketiga wangi yang beberapa jam tadi saya sniff  satu-satu, dan imajinasi tentang ketiga makhluk itu pun muncul begitu saja.. alpha. adalah kalem, misterius, berkesan elegan tapi sekaligus berpotensi seba

potret pa Habibie

saya barusan membeli buku tentang wawancara dengan orang yang menurut saya paling pintar di negeri ini: pa Habibie.  Yang barusan berpulang untuk bertemu kembali dengan orang-orang yang dicintainya. membaca buku yang berjudul Habibie: dari Pare-Pare lewat Aachen terbitan tahun 1986 itu, saya kembali patah hati.  Rasanya sangat jarang menemukan orang yang bekerja hanya dengan motivasi ingin memajukan bangsa dan negaranya. bagian yang bikin patah hati adalah saat beliau mengemukakan potensi negeri ini dan potensi sumber daya manusianya, bahwa: buat apa kita beli pesawat kalau bisa membuatnya sendiri.  Dan itu beberapa dekade yang lalu sudah berhasil direalisasikannya, dengan perencanaan  yang sangat matang dan penuh perhitungan. Kerja bagi beliau adalah berbasis kepentingan masyarakat, bukan berdasar keinginan penguasa.  Kapan lagi menemukan orang pintar yang senaif beliau.  Tapi saya tak ingin apatis, inginnya begitu. -- ohiya, saya semenjak postingan ini, mungkin tak cuma

tentang yang terlupa

aku bukan siapa-siapa, jadi kalau suatu saat kalah dan tersingkir dari manapun, sungguh tidaklah masalah besar. bubin LantanG mengajarkan padaku bahwa idealisme harus tetap dipegang, hidup pun harus terus berjalan, dan tak ada pesta yang tak akan usai.  Tak ada juga kisah yang selalu berakhir bahagia, itu cuma di FTV, sementara kisah-kisah karya bubin selalu berakhir tragis. aku hanya ingin belajar menulis lagi, walau  seringkali gagal dan tak tahu arah seperti sekarang ini.  penyebabnya padahal sederhana: malas membuat line out , eh garis besar cerita.  bahkan begitu juga mungkin hidupku yang seperti tetap dibiarkan mengalir, tanpa tahu dimana hilir. tapi sejauh ini, aku menikmatinya. berusaha menikmatinya. dan terus berpikir aku bukanlah apa-apa, juga bukan siapa-siapa. jadilah biarlah terlupa.

tentang wewangian

mungkin aku sedang perlu wewangian, untuk menghiasi senin yang membosankan mungkin?  gara-gara seorang teman, saya lagi penasaran dengan aroma dior sauvage, walau katanya coba aja armaf ventana, yang kloningan sauvage. alih-alih memesan decant -nya, aku malah memesan HMNS, parfum racikan dalam negeri, beli starter pack-nya sahaja, isi 3 variannya: alpa, delta dan tetha.  Deskripsi ketiga notes dari ketiga parfum itu juga menggoda pikiranku.  Entah kapan dikirim karena sistem pre-order, janjinya minggu depan. Aku memang jarang pakai wewangian, tapi suka bila ketemu wangi yang enak, yang awet di otakku masihlah pierre cardin pacarku dulu, yang masih pakai seragam putih, menemuiku di samping laboratorium anatomi, sambil menyerahkan surat, yang isinya kalau tidak salah penundaan jadwal bertemu karena harus pulang dulu... Selain itu, parfum selalu mengingatkanku akan film Perfume: the story of a murderer yang keren itu, lalu novel Aroma Karsa-nya dewi lestari yang beberapa alurnya jel

tentang komunikasi

sekali lagi, aku akui, komunikasiku sangatlah jelek, kadang bicaraku seperti marah-marah / padahal tidak.  kadang aku berkata seperti nyindir padahal tidak.  Kadang yang aku sampaikan lewat mulut dan tulisan tidak sama dengan apa yang ada di benakku, jadinya responnya kadang tak seperti yang diharapkan. tapi tak mengapa, seringkali akupun susah memahami isi pikiran orang lain, maunya apa, dan nyambungin dua kemauan apalagi, seringkali sulit. mungkin akibat sedari kecil tak dibiasakan bicara dan menyampaikan pendapat di rumah, terbiasa diam, karena takut dimarahin.  dan memang ga dibiasakan ngomong.  lha bicara di depan kelas waktu sekolah saja seakan-akan neraka saja bagiku. aku tak menyalahkan siapa-siapa, kok.  akunya saja yang kurang berusaha, jadinya sampai sekarang bicara di depan orang banyak selalu gugup, seringkali susunan kalimat yang aku sampaikan tidak begitu beraturan. sekarang rasanya tambah parah, menulisku pun kacau.  postingan-postingan di blogku semakin tidak b

tentang kejadian hari ini

Pagi-pagi masih segar, udara masih bagus, sampai di jam sembilan lewat saat keluar rumah, beberapa ratus meter dari komplek kabut asap menghadang.  terpaksa mampir minimarket, beli masker.  Udara pun terasa lebih panas. Untung saat balik rumah lagi asap sudah reda, dan rasanya beda, di sekitar komplek jauh lebih seger dan lebih enak udaranya dibanding dekat jembatan, sekitar seratus meter dari gerbang komplek.  Yaelah ini aku cerita kok ya mbulet lagi. Aku baru nyadar, di pinggir jalan ada mahoni dan angsana yang tumbuhnya bagus dan daunnya lebat, sekitar rumah juga masih ada pepohonan, nyesel juga dulu nebang  jeruk bali depan rumah.  karena apa dulu lupa. Sementara, soal asap di negeri ini, mau nyalahin siapa? Salahin tuh cukong-cukong kayu yang bertahun-tahun melahap hutan di negeri ini dengan berbekal ijin HPH. Hedeh, dongkol bener kalo inget itu, mana kampusku waktu S1 dulu sedikit banyak ikut peran serta dalam merusak hutan walau secara tak langsung.  Lah dosen-dosen yang sib

tentang blank

pernah tidak, mengalami satu titik dimana rasanya otakmu rasanya menghentikan kemampuannya berpikir.  bukan karena malas, tapi karena memang pikiranmu sendiri menolak untuk memikirkan sesuatu.  Saat sesaat aktif kembali, alih-alih memikirkan hal-hal baik dan positif, benakmu malah selalu memikirkan hal terburuk dari akibat sesuatu hal yang bahkan belum kau kerjakan. Denial. Mungkin salahsatu kata yang agak tepat untuk menggambarkannya.  Akan posisimu saat ini. Baik bukan-mu, tapi -ku. Entahlah. Ini bukanlah hal yang baik dan tidak bisa terus berlanjut.

tentang keputusan sederhana

konsekuensi dari pola pikirku yang terlalu sederhana adalah sering memutuskan semua persoalan dengan sangat sederhana pula.  antara lain: menghindar saja jika dirasa ada masalah yang tak bisa terpecahkan, alih-alih berusaha mencari jalan keluar yang mungkin lebih baik. tapi kali ini aku benar-benar lelah, setengah dipaksa mengerjakan sesuatu yang di luar perencanaan benar-benar menguji pendirianku kali ini.  sudah dua hari  lebih semenjak jumat, pikiranku blank , kosong, ditambah dengan gempuran masalah-masalah kecil dan mindset  bahwa kalau akhir pekan ya libur. tak ada yang lebih aku pikirkan lagi selain, mencari cara untuk berhenti dari apa yang harusnya aku hadapi dan jalani besok.  aku merasa sedikit dibodohi.  apalagi semua berujung pada satu hal: duit. beh, aku muak bener.

tentang maramara hari ini

paling tidak tiga kali aku mara-mara hari ini, bukan hal yang baik memang, tapi di saat aku ingin tenang dan tak ingin ada masalah justru ada saja yang memantik esmosy.  Aku menyebalkan memang. Entahlah. Barusan, memutuskan memblok seorang anggota keluarga di akun fb, cuma gara-gara sepele.  Okelah biasanya suka becanda gak jelas, komentar tak jelas.  Tapi barusan, dia ngasih komentar di kolom komentar seorang kawan, alihalih bikin komentar sendiri.  Masalahnya bukan disitu, apa ya, temanku berkomentar dalam bahasa Jawa, dan keluarga saya itu berkomentar ga jelas- seakan-akan menanggapi, tapii ngenyek.  Lah, kok kurang ajar. Kemarin, di kantor, yang bikin esmosi sih temen satu ruangan.  Jelas-jelas aku bermaklumat kalau di dalam ruangan jangan merokok, lah diam-diam menghembuskan asap, walau bukan dari sebatang rokok biasa- tapi dari vapor, tetap saja ngenyek. Kurang ajar sekali. Nantilah aku kasih ultimatum pilihan terakhir kalau memang niat kerja sambil main asap: dia atau saya y

tentang merdeka (2)

rasanya, tiap manusia bebas menentukan nasibnya, langkahnya, keinginannya, tentu dengna segala konsekuensinya.  semua ada plus dan minusnya, ada sisi baik dan sisi buruknya, tinggal menimbang-nimbang mana yang lebih baik untuk dirinya. pengalaman hidup bertahun-tahun pun kadang belumlah cukup, untuk menentukan langkah besok hari, kadang situasi nyaman memang melenakan, lupa bahwa tiada yang abadi selain kedamaian yang kadang hanya bisa didapatkan saat kembali pulang ke rumah. damai itu sederhana, sangat sederhana. manusia saja kadang suka sekali membuatnya rumit. dan manusia itu aku. aku yang selalu ingin merdeka bermimpi dan bernapas lega setiap pagi, tapi tak sadar menjeratkan diri pada masalah-masalah yang belit membelit mengikat seperti akar pohon ag berusia ratusan tahun di hutan yang sangat sunyi dan tak terjamah logika. aku lelah. juga ingin mengambil jeda.

tentang keberanian

jabatan di birokrasi sekarang, aku pikir diciptakan hanya untuk orang-orang pemberani, yang berani mengambil resiko atas pekerjaannya. dan aku- adalah seorang penakut. mungkin pula karena aku merasa tidak kompeten dengan pekerjaan yang aku kira netral, ternyata terselip secara halus, keinginan satu-dua orang yang cuma menginginkan satu hal: uang. edan. mari lihat besok, apakah nyaliku benar-benar lolos dari ujian, untuk berani menyatakan ketakutanku.  terlalu naif memang tidaklah baik. dan aku- memang begitu adanya. maaf.

tentang merdeka

aku pikir, semua orang ingin hidupnya merdeka, berlaku sesuai dengan keinginannya, itu sudah sifat dan haknya manusia, lalu jadi aneh jika keinginan orang untuk merdeka itu ditentang oleh orang yang sebenernya juga ingin merdeka hidupnya. mbulet? iya. gini analoginya, kamu aja ingin hidup seneng, bebas dari bacotan dan omongan ga jelas, tapi kamus sendiri anehnya ga ingin orang lain seneng seperti hidupmu. apa itu? munafik? lalu berpijak pada tatanan peraturan? peraturan apa? yang semacam penjara? merantaimu untuk berbuat sesuatu yang padahal tidaklah terlarang dan jamak. manusia, kadang emang ingin enaknya sendiri. heu. di satu sisi kamu ingin merdeka, tapi juga ingin memenjarakan hak orang lain. kan aneh, pisan.

tentang roadmap hidup

katanya productplan itu. . a roadmap is a strategic plan that defines a goal or desired outcome and includes the major steps or milestones needed to reach it. It also serves as a communication tool, a high-level document that helps articulate strategic thinking—the why—behind both the goal and the plan for getting there. dan intinya adalah rencana, sebuah kata yang seringkali gagal saya wujudkan, saya memang perencana yang payah, ajaibnya sekarang malah bekerja di institusi perencana. satu hal yang kepikiran pagi-pagi ini, akibat status seorang kawan~ yang bicara soal roadmap kehidupannya, semacam rencana hidup jangka panjang.  Sungguh bertolakbelakang dengan hidup saya yang sungguh banyak tanpa rencana.  Mengalir semengalirnya semenjak dulu kala. Jadi jangan aneh melihat rekam jejak hidup saya yang penuh belokan, tikungan dan tanjakan, rencana hidup itu mungkin saya nyaris tak punya. Padahal sok-sokan belajar dan neliti soal rencana strategis sebuah institusi, sementara

tentang gombal

sudah kubilang diriku gombal, coba lihat, baru tiga hari, beberapa sosmed aktif lagi, cuma satu yang mash keukeuh belum dihidupkan lagi. seperti juga rencana gombal beralih profesi, maksudnya beralih fungsi, menjadi seorang fungsional, ujung-ujungnya masih mikir akan realita juga.  misalnya pindah, sesuai kah perbandingan duit yang didapat? walau tak seberapa, untuk ini, untuk itu, perlu juga dipikirkan, hedeh.  padahal keburu emosi dan gombal berkata rencana itu kesana kemari.  Makanya berapa kali aku bilang pada diriku sendiri untuk menjaga mulut sendiri, agar tidak tumpah kemana-mana. belum lagi, kemarin bicara mimpi dengan seorang kawan, tentang rencana berhenti dari pekerjaan sekarang ini, untuk kemudian menyepi, buka warung dan menulis . rasanya rencana itu masih jauh panggang dari api. tapi kebayang kok, hidup damai bebas tanpa bayang-bayang hirarki yang kurang menyenangkan. mungkin memang, pilihan yang diinginkan adalah, bekerja sendiri, atau sekalian di atas garis hirar

tentang deaktivasi (lagi)

..bosen sih, sudah beberapa kali deaktif akun sosial media, lalu dalam kurun waktu beberapa lama kemudian ya dibuka lagi, ya gimana- namanya juga iseng.  juga kali ini, tak ada maksud apa-apa- selain iseng dan bosan.  banyak bosan. toh, siapa juga yang peduli dengan akun sosmedmu, saya juga bukan apa-apa-, yang dibagikan juga hal-hal remeh standar yang semuanya ya biasa-biasa saja, jadi ya santai wae*  lah. lalu, sampai kapan? entahlah, seperti biasanya. rasanya terlalu banyak masalah (yang dibuat-buat) akhir-akhir ini. dan saya ingin lebih banyak membaca, atau jalan-jalan ke tempat yang sepi? sekali lagi entahlah. entah. btw, template blog yg ini cukup bagus juga, sangat simpel, walau ga ngerti ngatur sidebar-nya. tapi toh itu juga tak terlalu penting juga.

tentang kordinasi

aku pernah melontarkan pernyataan, bahwa masalah pekerjaan di sektor birokrasi ini bisa diselesaikan dengan memperhatikan dua hal, yaitu komitmen pimpinan dan koordinasi yang baik. lha, pas aku ngomong gitu sama bos, malah diremehkan, yaudah. Itu biar buat ntar bahanku untuk diklat aja #lah Lah, nyatanya gitu, dari pengalaman dan pengamatan kerja selama ini ya gitu.  Ujung-ujungnya dari semua kegiatan ya di kebijakan, kebijakan yang buat ya pimpinan.  Terus kegiatan juga bisa jalan dengan baik kalo koordinasi antar lini bisa berjalan dengan baik pula.  Percaya deh, beberapa unit pemerintahan yang pernah saya datengin karena keberhasilannya dalam pelaksanaan publik ya karena dua hal itu. Mentah sekali memang.  Tanpa teori. Tapi kenyataannya begitu. Asudahlah.

tentang dendam pendendam

saya ternyata, barusan sadar, kalau sudah punya dendam, bisa saya rawat sampai bertahun lamanya, dan susah luntur, bahkan ada yang sewaktu-waktu muncul dan membara lagi. tak bagus memang, tapi saya memang pendendam. yang masih baru bisa dibilang lucu, saya kesel sama ibu-ibu komplek.  omongannya bikin kesel.  akibatnya saat barusan warga komplek ngadain bikin sate bareng2, saya ga mau ikutan - dengan sadar.  karena takut emosi lagi, dengan omongan orang yang susah ditakar. mungkin, satu dendam kesumat saya, yang lumayan bikin hal positif di masa-masa berikutnya adalah, saat seorang adik kelas bilang di depan saya, kalau tiada bisa orang meneruskan sekolah kalo ga punya duit. itulah salah satunya yang bikin saya terus nekat sekolah, walau terseok-seok.  saya mau ngebuktiin, duit bukanlah segalanya, dan tak harus punya duit banyak untuk sekolah. ada beasiswa dll. ya saya baru sadar kalau saya seorang pendendam yang akut. melelahkan memang.

tentang kota tanpa rasa seni

berulangkali aku berpikir, rasanya kota ini- mungkin lebih tepatnya provinsi ini, tempat aku tinggal sejak lahir, adalah tempat yang paling tidak mempunyai cita rasa seni di negeri ini. mungkin akibat dulu dibuai oleh kekayaan alamnya, hutan yang hijau dan lebat, yang setelah dihabiskan entah oleh siapa, kemudian terbuai oleh batubara yang entah kenapa banyak sekali bermukim di bumi ini.  Kemudian setelah batuhitam itu tak begitu menggoda, ramai-ramai orang menanam tanaman yang konon rakus air, sawit. aku pikir, karena apa-apa sudah tersedia dan murah, maka tak banyak yang berusaha membuat kreasi apapun atas hidup, diam tak berbuat apa-apapun di sini sudah bisa hidup.  Beda dengan di pulau seberang, yang sepertinya manusia akan mati jika tak bergerak. anehnya, juga tak ada alam yang benar-bernar perwujudan citarasa yang cukup tinggi.  Sepertinya Sang Pencipta tak tertarik menciptakan sudut-sudut yang cukup bagus digunakan untuk bersantai.  Taman Nasional tak punya, pantai keruh k

tentang (tu)lisan

..saya sebenarnya menyadari, akar masalah dari setiap persoalan yang menyangkut hubungan manusia dan sekitarnya adalah sesuatu yang bernama komunikasi.   Segala yang tak disampaikan dengan baik, via lisan maupun tulisan- ujung-ujungnya mesti bikin riweuh.  Pokonya gitu lah. Karena itu, saya selalu ngiri  dengan orang dengan kemampuan komunikasi yang baik, dan biasanya orang semacam itu sabar, baik bertutur kata maupun menuliskan ide-idenya.  Jujue sajalah, ini saya nulis salahsatunya akibat baca postingan (yang lama ga apdet) di blognya mas nuran . Saya sih, jangankan ngomong, bikin status di sosial media saja seringkali rancu, isinya ngaco, ya gitu-gitu lah.  Apalagi postingan di blog ini- wah semau-maunya, entah sejak kapan pengen nulis yang sedikit  terarah gitu, tapi ya akhirnya tetep saja akhirnya sesuai mood. Maksudnya pas mood ya nulis pas males- dan seringnya gitu- ya udah ga nulis. Ini juga sebenernya tentang apa juga.  Intinya kemampuan komunikasi saya jele' .  Seri

tentang kepemimpinan

..saya selalu meyakini, bahwa kepemimpinan itu adalah mengenai seni dan bakat seseorang, bagaimana pun dipelajari tak akan pernah bisa dilakukan dengan baik.  Kalau ada yang bilang: kan manusia dilahirkan sebagai khalifah di muka bumi ini.  Iya, itu benar, tapi kadar kepemimpinan manusia itu beda-beda, ada yang cuma mampu RT, Desa, Lembaga, dan ada yang mimpin satu negara.  Padahal yang paling susah ya mimpin diri sendiri. Dulu, salah satu unsur tesis saya adalah kemimpinan, terkait dengan kerjaan, walaupun ga sepenuhnya murni neliti tentang  leadership -nya, karena benar kata pembimbing saya, kepemimpinan sulit untuk dinilai secara langsung, lebih-lebih dikuantifikasi.  Sebuah konstruk yang dapat lumayan terukur lewat analisa multivariat, itupun saya selalu menyangsikan validitasnya, lebih-lebih dulu sempat ragu karena yang menjadi objek riset adalah kepala kantor.  Untunglah hasilnya cuku valid dan reliabel. Lah, malah nostalgia soal penelitian hehe.  Kembali ke paragraf awal.

tentang I'm neither here nor there

judul di atas itu adalah tulisan di foto profil akun twitternya Ferry Irwanto- nama asli dari bubin LantanG.  Akun yang cuma pernah ngetwit tiga kali, ttg milih pak Jokowi: Sukabumi-BSD 2 jam cuma buat JKW4P. Nyetir 175 di tol jagorawi cuma buat JKW4P. Nyoblos pertama saya buat JKW4P. — Ferry Irwanto (@Ferry_Irwanto) July 9, 2014 tentang sedikit gerutuan: Sleepless nights. Foodless days. City of the damned. — Ferry Irwanto (@Ferry_Irwanto) July 31, 2014 satu lagi, tentang nanyain seseorang- mungkin urusan bisnis. Hidupnya mungkin sepi, karena idealismenya.  Saya pernah dengar cerita tentangnya, yang benar-benar idealis dalam artian sebenarnya.  Apa yang menurutnya tidak boleh- maka itu benar-benar tidak boleh.  Mana yang bukan haknya- maka itu harus ditolak. Keras dengan dunia. Yang tak sepikiran dengannnya, berujung pada kehidupan yang sepi.  Tidak sejalan dengan pikiran dan keinginan orang-orang. Mungkin aku sekarang sedang merintis arah jalan ke situ.  Walau tak

tentang pamer

terkadang, seringkali, manusia tak sabar untuk memamerkan apa saja kesehariannya, saya juga seringkali begitu. Tapi ada saatnya, keinginan itu dipendam dan ditahan untuk sementara waktu.  Bukan demi sendiri kadang, tapi demi orang lain juga. jd kmaren, ..ah biar aja aku cerita sendiri, lagian siapa juga yg iseng baca blog ini. apa ya, pas kmaren jalan2 satu rombongan, ada satu personil yang iseng aplot- jadinya ga enak diomongin orang.

tentang fiksi yang berlalu

..malam baru saja benar-benar menampakkan jatidirinya, walau tak benar-benar senyap, di dermaga buatan, yang tak seberapa jauh dari tempatnya duduk dan menikmati sebotol minuman hitam, masih ada beberapa orang yang belum menuntaskan obrolannya. suara ombak menyusup, dan ujung buihnya terlihat datang cepat-cepat, lalu mundur pelan-pelan, menyisakan pasir yang basah, padahal laut sedang tidak pasang. Otaknya beku. Langit sedang gelap, bintang yang ada tak mampu menembus pekat sepenuhnya. Pikiran rasanya masih penuh dengan siang yang lengang, jalanan yang sepi, air laut yang memamerkan jernihnya tosca,  langit yang cerah - lalu kenapa tenggelam sendiri di tengah malam? pernah tidak merasakan, kaki ingin lebih jauh berlari, tangan ingin lebih lebih banyak menuliskan cerita, ingin lebih lama bercerita, tapi energi seakan-akan sirna, raib entah kemana, lelah yang entah. 02.30 arlojinya berpendar.  kakinya malah melangkah, ke batas semu antara ombak dan pasir yang bertemu,  berjalan

tentang jeung Indie

.. salahsatu blogger yang sangat ingin saya temuin semenjak tahun jebot adalah: jeung Indie, pemilik blog sumpahserapahku.blogspot.com .  Ngefans berat saya sama itu blog, isinya naudzubillah, pasti kalau dicermati, bakal bikin mencak-mencak uda Ivan Lanin hihi Gaya bahasanya proletar banget, merakyat dan di luar batas-batas kewajaran, postingan beliau pun tiada pernah pendek, panjang sepanjang mbuh- tapi ya saya selalu penasaran dan menamatkan seluruh postingannya dengan rajin, bahkan saling rajinnya, rasanya seluruh postingannya pernah saya kopi paste dalama format .word.  Disimpen dimana ya? malah lupa hihi maapkeun saya mpok. Kenapa saya manggilnya jeung Indie? Karena dienya sendiri manggil namanya gitu, yang konon berasal dari her real first name: Indiana.  Sesuai juga dengan jalan hidupnya, yang punya banyak sahat dari negeri India sono, ya sedikit ga nyambung emang. Pokoknya saya senang akhirnya bisa bertemu, salaman dan ditraktir bubur ayam.  Walaupun kami ternyata beda a

tentang kampung hening yang sederhana

..entahlah, aku pikir kampung yang aku datangi ini adalah sebuah cermin kesederhanaan dan ketidakbegitutertarikan dengan kemewahan dunia.  Bayangkan saja, dalam jarak sekitar 80 km, sepanjang perjalanan mobil yang kutumpangi hanya berpapasan dengan kurang dari lima mobil lainnya, bayangkan itu.  Motor juga rasanya tak sampai sepuluh yang aku temui di sepanjang jalan. Rumah-rumah penduduk yang kadang berkelompok di satu titik, lalu di beberapa ruas jalan berikutnya, adalah sepi. kanan kiri jalan hanyalah tanah berpasir yang selangseling oleh tanaman lada, kadang sawit, ada karet dan tanaman liar, tak ada sejengkal pun sawah kulihat. Jalanan yang halus itu sepi, nyaris sepi.  Keheningan jalan yang aku nikmati. Begitupun titik awal perjalanan, dari Tanjung Kelayang, yang pantainya berpasir halus, dan lautnya berwarna tosca, adalah kedamaian yang belum pernah aku temukan di sisi pantai manapun yang pernah aku datangi.  Batu-batu besar yang berserakan di antara batas laut dan pantai.

tentang karepmu

dipikir-pikir, pikiranku sepertinya lebih sering fokus pada orang lain, apa yg orang lain ucapkan, apa yg orang lain perbuat, terutama hal-hal yang tidak baik, hal-hal yang negatif.  Saat-saat gini malah teringat masa-masa SMP ( jadi teringat karena mendadak seorang teman memasukkan dalam grup whatsapp es-em-pe, yang setelah saya masuk, nyatanya yang aku kenal cuma tiga orang: satu temen deket yang sesekali ketemu, satu sepupu dan satunya lagi yang memasukkan ke grup, sisanya tiada yg kukenal ). Masa dimana aku tidak peduli dengan orang lain, aku pedulinya cuma soal keseharian, selalu berusaha (dan nyatanya memang selalu) tepat waktu ke sekolah, yang jaraknya cuma beberapa ratus meter saja dari rumah.  Kawan dekat juga sedikit, mungkin banyak yang kenal gara-gara abah ngajar di sekolah yang sama.  Tapi aku benar-benar tak peduli.  Yang aku pedulikan cuma koleksi bacaan di perpustakaan yang rajin disambangi, sambil sesekali melirik penjaga perpustakaan yang menurutku saat itu keren.

tentang (mantan) sepeda

tulisan ini aslinya berupa thread di twitter, yang sepertinya alangkah baiknya diarsipkan juga di sini, dengan beberapa tambahan dan pengurangan kalimat dan beberapa gambar yang sempat terdokumentasikan..  mari nostalgia dg (mantan) sepeda2 saya yg tak seberapa itu.. kebetulan, sebagian besar baru bisa kebeli saat di Jogja. #1. Sepeda mtb ladies, mbuh merknya apa. Beberapa kali sempet dibawa ke kampus. Waktu make sepeda itu ga ngerti sama sekali sama setingan yg enak dll- asal bawa aja. Endingnya ilang di dpn kontrakan. Dicuri kyknya. #2. Sepeda hitam. Merknya jg mbuh. Beli sama mas bengkel- yg namanya saya lupa/ hedeh- Karangkajen. Sempat saya pikir Federal tp ternyata bukan, tp gara2 sepeda ini saya kenal dg anak2 Fedjo- federal jogja.  Itu di bawah fotonya, . saat sepedaan minggu pagi, mbonceng Thor dan bang Ai depan rektorat UGM. #3. Federal Metal Craft. Beli di bengkel sepeda di Jl. Gambiran. Beli fullbike dg setingan & groupset seadanya. Akhirnya dipake si

tentang sebuah marah

kemarin, ada kejadian memalukan, saya sedikit meledak, marah-marah di kantor, marahin lelaki yang -walaupun maksudnya bercanda- megang-megang kedua lengan seorang perempuan dari belakang.  Gimana ya ngejelasinnya, pokoknya gitu deh, saya liatnya risih sendiri, saya tegur malah ngajak becanda, yaudah saya seriusin sekalian. Sebenernya saat marah gitu banyak ga enaknya, ujung-ujungnya nyesel dan malah minta maaf akibat marah-marah.  Walaupun padahal yang salah juga siapa. Ga enakeun euy. Belum lagi perasaan yg ngga nyaman, saya mikir sendiri: saya ini kenapa sih.  Masih saja ga bisa mengendalikan emosi. Entah sampai kapan.  Saya lelah juga.

tentang sebuah nama

seorang kawan, kemarin menatap nametag saya, lalu bertanya dengan raut muka bingung, ohiya itu adalah kawan seperguruan kyokushinkaikan waktu kuliah, dan sering main ke kos, kebetulan satu kos dan sekondannya memanggil saya dengan nama : uji. "trus nama oji itu asalnya dari mana, ji?" Ya tetap saya dia manggil saya dengan akhiran -ji, tiap kali ketemu. "lah dikira sudah tau, itu dulu ceritanya waktu opspek, aku digundul, trus dikata2in mirip sama aktor hantu yang lagi naik daon waktu itu, Ozzy Syahputra.  Gitu.." Temen saya manggut-manggut hwehehe Ya namanya orang Banjar, sulit melafalkan huruf o dan z, yang ada jadinya Uji.. Ya tiap segmen kehidupan saya, rasanya ada beberapa kumpulan orang yang punya panggilan masing-masing terhadap saya, jadinya cukup menyenangkan, tanpa menolehpun saya tau yang manggil saya itu dari kelompok mana. Keluarga. Keluarga mertua dan komplek. Temen sekolah. Sebagian kecil kawan sekolah dan guru agama. Temen kuliah. Tem

tentang domain setengah milyar

jadi, kemarin kapan itu, seorang kawan bercerita tentang domain barunya yang berekstensi dot id.  katanya lagi promo, sayapun tertarik, lalu ngecek domain auk.id, eh masih tersedia, dan daftarnya cuma 120rb.  minta proseskan sama temen saya itu, walau katanya nanti pas perpanjangan domain harganya jadi duakali lipat. yaudahlah gpp. lalu, saya iseng ngecek lagi, domain rd.id,, eh tersedia, harga pendatarannya juga cuma 120rb. Tanpa pikir panjang, klik- masukin keranjang. tapi, besoknya temen saya itu nelpon, kalau ternyata biaya domain itu ternyata bukan cuma 120rb, untuk auk.id yang tiga digit, masuk kategori domain premium yang harganya 15jeti. lah! Kemudian saya pun bergegas ngecek harga domain rd.id yang cuma dua digitm ternyata harganya setengah milyar hahaha edun. lah, harga aslinya ga dicantumin dg jelas je, jadi aja saya sudah geer duluan, ngebayangin punya blog dengan domain dua digit yang ternyata cuma mimpi... :))

tentang hal-hal remeh yg random

saya kadang ga ngerti, dengan kerandoman hidup saya sendiri, seperti kemarin- megang duit dikit, eh pas tipi di rumah (kontrakan) abah rusak, langsung aja kepikiran pengen beliin beliau tipi.. dan dua hari yang lalu mampir toko elektronik aja gitu, tanya-tanya ujug-ujug besoknya- saya keingetan kalo bapa mertua entah kapan bilang pengen hape yang bisa whatsapan, biar bisa tahu kabar dari kawan pengajian, pulang kantor kemarin mampir beli hape, mungkin bukan yang canggih, tapi saya pikir cukup untuk keperluan beliau..  kalaupun nanti misalnya tidak sesuai, diganti saja lah. dan, bisakah saya dibilang riya' hanya gara-gara bercerita hal-hal sederhana seperti ini? entahlah, saya juga tak peduli perbuatan saya bakal mendapat pahala atau tidak, yang saya tahu saya cuma berusaha bikin orang lain seneng, itu aja.  lagian yang diceritakan juga bukanlah hal yang wah. itupun juga bisa terjadi karena sepeda saya barusan laku- hasil ngejual setengah paksa sama adik saya haha selain itu

tentang abah

sebenarnya sebaiknya tak usah bercerita tentang beliau, saya selalu berusaha menahan emosi saya saat bercerita, bahkan saat bertemu abah- panggilan saya untuk bapak, cuma, dua hari yang lalu, sehabis bertemu dengan saudara-saudara saya, saya memutuskan tidak mampir ke rumah abah, karena sudah malam. menjelang tengah malam, salahsatu adik saya mengirimkan pesan kalau abah tidak bisa berdiri dari tempat tidurnya saat mau ke kamar mandi. kemarin saya menengok abah, lelaki gagah itu terlihat semakin kurus dan kelelahan, bersender di dinding rumah, kegerahan juga sepertinya.. saya cuma sesekali berbicara dengan beliau, saya tak tega melihat keadaan abah sekarang- pertama melihat saya datang dan bersalaman pun abah langsung menangis begitu saja, jadi untuk mengalihkan perhatian, saya bercanda saja dengan adik ketiga saya, abah sesekali tertawa melihat tingkah kami.. kadang saya berpikir, dan berdoa- semoga saya nantinya tidak selelah beliau di saat nanti..

tentang sesuatu yang berubah

kemarin,  kawan lama dari Tulungagung berkunjung bersama kawan-kawannya, tiga hari.  Saya berusaha nemenin kemana bisanya.  Secara saya biasa bingung kalo nganter tamu, karena terbatasnya objek wisata yang bisa dikunjungi di selatan kalimantan ini. Tapu hari terakhir kemarin seru, ngajak mereka ke maskot wisata di sini: pasar terapung di Lok Baintan, nah yang beda, saya iseng nanya kalo lanjut ke Banjarmasin berapa menit, eh katanya motoris cuma sekitar 40 menitan.  Jadi aja setelah selesai liat-liat dan makan soto di atas sungai, perjalanan lanjut ke ibukota provinsi ini. Kepikiran banyak selama di jalan: rumah-rumah yang terasnya ngadep sungai, jamban-jamban yang masih berjejer di sisi sungai yang sampai sekarang saya ga habis pikir kenapa harus dihapuskan hanya gara-gara etika berkedok kesehatan.   Kehidupan dan aktifitas di sepanjang sisi sungai, kehidupan yang akrab sedari saya kecil. Di jalan kepikiran, kenapa objek wisata di kampung saya ini sedikit, dan baru rada banyakan

tentang lospokus

ya, rasanya beberapa hari ini ada beberapa kejadian yang membuat saya lospokus alias ga fokus terhadap hal yang sebenarnya sederhana. Mungkin akibat saya yang baru menyadari bahwa pekerjaan yang sekarang, orang yang dihadapi sekarang, jauh beda dengan lingkungan kerja sebelum-sebelumnya.  Dan apa ya, seperti yang sudah-sudah, jikalau sudah tidak berkenan- maka saya akan bosan dan dengan cepat mencari pembenaran-pembenaran atas ketidaksukaan saya akan sesuatu yang tidak berkenan dengan hati nurani saya. *edun kalimatnya ga efektif samasekali dan banyak kata ulangan hehe Mungkin jalan alternatif yang saya pikirkan beberapa minggu belakangan ini harus diwujudkan.  Saya masih tidak rela akhir pekan saya dikorbankan demi kerjaan, sungguh not worthed. Merusak jadwal sepedaan saya sahaja. Haha alasan yg absurd. “The loneliest people are the kindest. The saddest people smile the brightest. The most damaged people are the wisest. All because they do not wish to see anyone else suffer

tentang hidup ini tujuanmu untuk apa, sih?

Saya pikir, setelah 'kabur' dari tempat kerja sementara untuk sekolah, untuk kemudian kembali ke tempat 'kerja' masalah akan (sedikit) berkurang- tapi nyatanya hidup ini memang terbentuk dari kumpulan masalah, yang ga bakal pernah hilang, kan? Tapi paling tidak, saya semakin belajar akan arti sebuah konsekuensi, tentang sedikit keberanian, dan semakin meyakini bahwa destiny does exist.  Tak ada yang namanya sebuah kebetulan, bertentangan dengan petuah di film 500 days of Summer: ..you can't ascribe great cosmic significance to a simple earthly event. Coincidence. That's all anything ever is. Nothing more than coincidence.. ( Scott Neustadter) Sudahlah, nikmati dunia ini sebagaimana adanya.

tentang Pure Saturday

..sebenernya, lebih pas ini adalah tentang buku perjalanan band indie asal Bandung.  Band yang musiknya tidak masuk kategori favorit saya hehe tapi apapun buku mengenai kisah perjalanan seseorang selalu menarik perhatian saya.  Hal itulah yang secara random membuat saya memutuskan dengan singkat untuk membeli buku ini (yang sebenernya diterbitkan pertamakali di tahun 2013 oleh  nkl347 yang kemudian dicetak ulang oleh KPG di tahun sekarang) beberapa menit sebelum ada pengumuman kalau toko buku akan ditutup. Firasat saya kali ini tepat.  Buku yang bersampul warna hitam, warna favorit saya, ditambah dengan tampilan yang super sederhana, itu ternyata isinya mudah sekali dicerna, alurnya mudah diikuti, walau berisi perjalanan (karir) band Pure Saturday secara detil dan runut sejak personilnya berkenalan, membentuk band, manggung, sampai bikin rekaman, sampai keadaan personilnya di saat sekarang. Saya sendiri mengenal band ini melihat videoklip Pure Saturday tampil di televisi, dan mend

tentang kang Lantip

siapa sih yg ndak kenal sama blogger asal Njogja yg bernama kang Lantip kui.  Kecuali dirimu ndak kenal blog, saya sedari dulu tau tapi sungkan kenalan dengan beliau, soalnya ketoke terkenal sekali.  Tujuh taun hidup di Jogja malah tak pernah ngobrol sekalipun dengan beliau itu, lha kan nyebahi sekali saya ki, ga sopan sama tuan rumah hihi lucunya, saya jadi bertekat ingin ketemu dengan beliau itu gara-gara kami satu pemahaman mengenai panganan bulet ijo bernama KLEPON! yang disesatkan sedemikian rupa oleh oknum-oknum tak bertanggungjawab yang malah keukeuh  kalau makhluk itu adalah Onde-onde, wooo ngawur. Jadi aja, kmaren malam janjian di warung kopi, yang posisinya padahal deket dengan tempat saya tinggal dulu, tapi saya justru ga ngeh: namanya warung kopi Blandongan.  Woh kopinya ampuh tenan, mampu bikin mata saya tadi malam super cerah sampai menjelang sahur haha Dan, sosok kang Lantip ternyata jauh dari bayangan saya, lha habisnya saya kebayang ikon gajahnya beliau je, duh n