Langsung ke konten utama

Grounded Theory: Membaca Diam-diam

Entahlah apa arti judulnya, kali ini mungkin kembali semacam curhat tentang metode yang sangat tidak terbayangkan.  Sederhana namun ternyata sedikit rumit.  Musti pake opsi optimis untuk menyelesaikan bagian ini.

Jadi, rasanya saya tertahan karena, mungkin sedikit mules dan entahlah sata mau memasuki bagian open coding.  Bayangkan, baru masuk open coding saja tertahan untuk membaca berulang-ulang tentang hal ini.

Waktu awla konsultasi dan ujian komprehensif, memang sudah diingatkan pembimbing dan penguji untuk lebih mendalami metode ini.  Karena selain ini adalah hal baru bagi saya, dan nyatanya belum ada referensi yang berhasil membuat semuanya terlihat gamblang.  Sampai beberapa detik yang lalu.

Ada bagian yang sedikit membuat otak saya berpendar-pendar:

di bukunya bu Cathy Urquhart, pada halaman 107, she said:

Glaser (1978) puts it simply; there are two types of code to generate substantive and theoritical codes.  Substantives codes 'conceptualise the empirical substance of the area of research', while theoritical codes 'conceptualise how the substance codes relate to each other'

See?  sederhana sekali kata beliau.

Saya pun mengangguk-angguk sendiri, lalu sedikit berkunang-kunang hehehe.
Ya itulah sebenarnya inti dari grounded theory, yang cuma terdiri dari tiga fase: open coding, selective dan theoritical coding.

Sungguh, referensi disertasi seorang kawan serta beberapa riset lain yang berkiblat pada Strauss dan Corbin yang menyelipkan bagian axial coding membuat sedikit mumet.

Ya ya mudah-mudahan fase membaca ini tak lama-lama lagi, coding sedang menunggumu dengan tak sabar, kawan..

argh  ngomong apalagi aku ini.. :3

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rekomendasi Toko & Bengkel Sepeda di Jogja

Sejak 'mengenal' sepeda, beberapa kawan yang sangat mengerti anatomi, morfologi dan histologi sepeda, saya pun memberanikan diri memberi rekomendasi beberapa toko dan bengkel sepeda di Jogja yang harus disambangi dikala sepeda memerlukan perawatan dan penggantian suku cadang. Rekomendasi tempat-tempat ini berdasarkan pertimbangan: harga, kelengkapan ketersediaan suku cadang, hasil seting sepeda dan pengalaman empunya bengkel.  Juga pengalaman beberapa kawan saat membeli spare part ataupun memperbaiki sepedanya.  Rata-rata setiap toko atau tempat yang menyediakan sepeda dan suku cadangnya juga menyediakan tempat dan tenaga untuk seting dan reparasi, tapi tak semua hasilnya bagus.   Bengkel sepeda Rofi (Rahul Bike) ,  pemiliknya adalah teman saya di komunitas sepeda Federal , tapi menurut sejarah awalnya justru beliau akrab dengan sepeda-sepeda keluaran baru.  Hasil seting sepeda mas Rofi ini sudah sangat dapat dipertanggungjawabkan, hal ini bisa dilihat dari jej

ada apa hari ini

 rencananya adalah: hunting komik lagi di lapak depan jalan nyuci sepeda bikin materi untuk ngajar besok, artinya kudu baca ulang lagi materinya belajar swot, skoringnya masih belum ngerti, hedeh.. mudahan mahasiswaku ga baca blog ini haha sepedaan bentar sore-sore.. dan sepagi ini, saya kembali, iya kembalai, men- deactive akun-akun sosmed saya, dan lagi-lagi, saya tak tahu sampai kapan itu berlangsung, toh siapa juga yang nyari saya kan haha kecuali blog ini, tampaknya tetap dipertahankan aktif untuk menumpahkan kisah-kisah tak jelas sepanjang waktunya.. tadinya kepikiran untuk menghapus akun whatsapp  untuk sementara waktu, tapi tak bisa karena ada terkait kerjaan di kantor, walau akhir-akhir ini tak begitu ada kerjaan juga, jadi ya mungkin ditengok sesekali saja. itu saja dulu, eh apa saya perlu.. hedeuh apa tadi lupa

..mencoba instal Lubuntu di Lenovo S206

..leptop honey, istri saya itu kondisinya sekarang lumayan amburadul, wifi susah konek, batterynya error - ya kalo ini sih salah saya gara-gara pernah nge-charge kelamaan-,  dan terakhir suka mati-mati sendiri sehabis diinstal ulang sama windows 7 (bajakan). Saya putuskan untuk instal linux saja, kali ini saya instalin Lubuntu, turunan ubuntu dengan pertimbangan spec leptop yang lumayan pas-pasan: RAM cuma 2 Gb dan prosesor yang cuma dual core 1,4 Gb.  Sebenarnya saya pengen nginstalin debian lagi, tapi selain lupa caranya, saya juga pengen nyoba OS yang lain, setelah saya timbang-timbang yang file ISO-nya lumayan kecil ya cuma Lubuntu, cuma sekitar 900-an Mb.  Itu juga lumayan lama downloadnya, cuma ngandelin hotspot dari hape. Setelah dapet iso-nya, bikin bootable di flashdisk pake unetbootin , lalu mencoba instal, berhubung saya termasuk user abal-abal yang taunya instal dan klik sana sini, jadi belum berani instal seluruhnya, takut data yang ada di hardisk keformat seperti